Jodoh Pengganti CEO Galak

Bima menerima tantangan Aira yang mengajaknya pergi dan menginap di hotel. Sebenarnya, ia tahu bahwa gadis yang ada didepannya ini hanya mencoba membuatnya ilfeel supaya perjodohan mereka dibatalkan. Bima sangat suka dengan tantangan, wanita yang tak asing baginya ini sangat berbeda dengan para wanita yang pernah ditemui Bima. Sebab itulah ia memenuhi tantangan wanita yang sebenarnya adalah sekretarisnya sendiri.

Sepanjang perjalanan, keduanya cuma diam. Aira sedang sibuk memikirkan 1000 macam cara agar bisa kabur dari Bima bila sesuatu yang tak diinginkan terjadi padanya. Sedangkan Bima, sudah menyiapkan rencana spektakuler untuk membuat wanita bergaya sok nakal ini tak bisa berkutik lagi dihadapannya. Dua insan bengek ini sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing hingga akhirnya tibalah mereka di hotel bintang 5 seperti yang diinginkan Aira.

Aira benar-benat mati kutu tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa. Berkali-kali ia menghubungi Anita tapi tetap tidak membuahkan hasil. Entah ada di mana sebabnya sekarang.

Begitu keduanya sampai di kamar hotel, Bima menawarkan segelas minuman yang sengaja ia beri obat tidur terlebih dulu pada Aira. Ia tahu kalau wanita yang sedang sekamar dengannya ini tampak tegang dan panik. Bima hanya tersenyum puas melihat wajah pucat pasi dan yang sedang ketakutan itu padahal ia belum melakukan apa-apa.

"Kau pucat sekali Nona Anita, apa ... ini pertama kali bagimu sekamar dengan seorang pria?" tanya Bima sambil meneguk minumannya. Mata Bima seakan menguliti habis seluruh tubuh Aira.

Entah kenapa, gadis itu merasa Bima sedang mengejeknya sekarang. Aduh gawat ... bagaimana cara bisa kabur dari sini? jerit Aira dalam hati. Ayo Ai, putar otakmu, geramnya dalam hati.

"Bukankah tadi ... kau bilang tak ingin buang waktu lagi? Bagaimana kalau sekarang ... tunjukkan padaku ... seperti apa Lalisa dan Senoritamu itu?" Bima bangun berdiri dan mulai menanggalkan satu persatu pakaian yang ia kenakan lalu membuangnya ke segala arah.

Deg!

Tentu saja Aira terkejut karena ia belum siap untuk ini.

"Ka-kau ... mau ... a-apa?" tanya Aira ketakutan. Pertahanannya benar-benar runtuh dihadapan Bima.

"Menurutmu ... aku mau apa?" Bima malah balik bertanya dengan santai. Ia sengaja mendekatkan diri pada Aira untuk menciptakan suasana tegang.

Tiba-tiba saja, mata Aira jadi berkunang-kunang. Rasanya ia sangat mengantuk dan ingin sekali tidur. Tak perlu menunggu waktu lama, Aira yang menyamar sebagai Anita, langsung tertidur pulas di kursi sofa berkat minuman dari Bima.

Saat itulah Bima mulai melancarkan aksinya dengan mengobrak abrik tas milik wanita yang ternyata adalah sekretaris perusahaannya sendiri, yaitu Aira. Awalnya Bima tidak percaya, sekretaris perfectnya bisa berubah drastis macam ondel-ondel begini. Ia jadi penasaran kenapa Aira mau saja menggantikan Anita untuk berkencan dengannya.

Bima benar-benar kesal karena sekretarisnya ini mencoba menipunya dengan berpura-pura sebagai wanita yang dijodohkan dengannya. Ini tidak termaafkan. Namun, sebuah ide jahil muncul di benak Bima sehingga ia menyunggingkan senyum liciknya.

"Ini menarik," gumam Bima senang seolah baru saja mendapatkan mainan baru di tengah-tengah kesibukannya bekerja sebagai CEO perusahaan keluarga.

***

Keesokan harinya, begitu Aira sadar, ia sangat terkejut bukan kepalang karena mendapati dirinya sudah tak memakai sehelai benangpun di atas tempat tidur. Gadis itu mengingat-ingat apa yang terjadi semalam tapi tetap tidak ingat juga.

Tentu saja Aira shock melihat kondisinya yang sangat berantakan dan lebih shocknya lagi, Aira melihat Bima hanya memakai celana panjang saja ketika berdiri di depan jendela hotel. Sementara tubuh bagian atas bos galaknya sengaja dibiarkan terbuka.

"Astaga ... apa yang terjadi?" Aira panik dan matanya terbelalak kala wig rambutnya sudah terlepas. Balon-balon yang Aira gunakan untuk menyumpal dada kecilnya berserakan di mana-mana.

Dan yang membuat mulut Aira menganga lebar adalah, semua pakaian dalamnya dan pakaian yang ia kenakan ikut bertebaran di sembarang tempat menghiasi kamar hotel dengan fasilitas mewah ini. Jantung Aira serasa ingin meledak saking shock dan terkejutnya. Tanpa dijelaskanpun, ia sudah tahu apa yang terjadi semalam.

"Tidak ... ini ... tidak mungkin ... tidak mungkin semalam aku ... dan kulkas 10 pintu itu ... aaaaahhhh! jerit Aira dalam hati sambil memegangi kedua kepalanya berharap bahwa ini hanya mimpi. Gadis itu meyakinkan diri kalau hang ia alami ini cuma halusinasinya saja. Tetapi, suara Bima langsung menghancurkan segalanya.

"Kau sudah sadar, Nona Anita? Ehm, aku baru tahu kalau kau itu sangat mirip dengan sekretarisku, " tanya Bima dengan gaya coolnya dan masih pamer betapa seksi dan kerennya si bos galak ini kalau sedang setengah telanjangg. Perut kotak-kotaknya bikin Aira menelan saliva dalam-dalam.

Tubuh sekretaris Bima itu langsung lemah kala ia yakin bahwa Bima sudah mengetahui identitas aslinya. Gadis itu cuma menunduk lesu pasrah akan keadaan dimana setelah keluar dari kamar ini, ia sudah bersiap-siap untuk merencanakan jutaan metode bunuh diri.

CEO galak itu sedang berdiri santai menikmati sinar mentari di pagi hari melalui kaca jendela kamar hotel. "Semalam adalah malam syahdu bagi kita berdua," ujar Bima mulai melancarkan serangan yang membuat Aira semakin mantap untuk mengakhiri hidupnya sesegera mungkin.

Diluar sana, Aira mati-matian menjaga diri dan kehormatannya agar kelak dapat ia berikan hanya pada sang suami tercinta. Tapi kini, harapan itu pupus sudah. Kesuciannya malah terenggut oleh bos galaknya sendiri. Aira tidak tahu apa yang harus ia katakan sekarang. Hatinya berkecamuk dan ia tak ingin melihat Bima lagi.

"Kenapa kau diam saja? Semalam kau benar-benar ganas," goda Bima dan malah langsung duduk di samping Aira yang terbujur kaku.

Rasanya, Aira tidak ingin memercayai semua ini. Tapi sungguh ini nyata sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa selain menerima keadaan.

"Jika memang itu yang terjadi ... kenapa aku tidak merasakan sakit?" serang Aira balik tanpa ekspresi. Ia menganggap ini bentuk perwujudan balas dendam Bima karena telah menipunya dengan berpura-pura jadi Anita. Salah Aira sendiri juga sih, melibatkan diri masuk ke kandang singa, akhirnya ia pun menjadi mangsa singa itu juga.

"Aku melakukannya dengan sangat pelan, dan juga hati-hati karena aku ... tidak ingin menyakitimu," terang Bima dengan suaranya yang menggoda. "Ah ... kau bisa cek sendiri ... di bawah selimutmu, ada noda merah cantik. Aku sudah melihatnya tadi saat kau masih terlelap akibat pergulatan semalam." Bima mengedipkan salah satu matanya dan semakin shock beratlah Aira.

Padahal tak terjadi apa-apa diantara mereka berdua. Bima hanya membalas mengerjai Aira karena ia sudah tahu yang sebenarnya. Siapa suruh Sekretaris cantiknya ini mencoba bermain api dengannya. Jadi, inilah hukuman yang pantas didapatkan Aira.

"Jika Anda sudah tahu yang sebenarnya, kenapa Anda melakukan hal ini pada saya? Kenapa Anda tidak pecat saya saja? Tega-teganya Anda melakukan ini pada saya?" isak Aira. Ia sudah tidak bisa menahan diri lagi. Hancur audah masa depannya terenggut oleh Bima.

"Berapa tahun kau berkerja untukku, Ai. Kau pikir aku pria macam apa? Bukankah kau adalah pengganti wanita yang dijodohkan denganku? Kalau begitu ... kau saja yang menikah denganku. Anggap ini bentuk tanggungjawabku padamu." Bima mengambil kertas dan bulpoin lalu menyerahkannya pada Aira. "Tulis saja daftar mahar yang kau inginkan untuk pernikahan kita. Ah ... dan ayo kita ke kantor. Mandilah dan kutunggu kau satu jam lagi dari sekarang. Semua pakaianmu sudah kusiapkan. Jangan pakai Lalisa dan Senoritamu itu lagi!" tandas Bima menikmati wajah pucat bagai mayat Aira.

BERSAMBUNG

***