NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan

Pengantin Bayangan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Cinta Paksa
Popularitas:923.3k
Nilai: 5
Nama Author: sushanty areta

Sebuah permintaan mengejutkan dari Maria, mama Paramitha yang sedang sakit untuk menikahi Elang, kakak kandungnya yang tinggal di London membuat keduanya menjerit histeris. Bagaimana bisa seorang ibu menyuruh sesama saudara untuk menikah? padahal ini bukan jaman nabi Adam dan Hawa yang terpaksa menikahkan anak-anak kandung mereka karena tidak ada jodoh yang lain. Apa yang bisa kakak beradik itu dilakukan jika Abimanyu, sang papa juga mendukung penuh kemauan istrinya? Siapa juga yang harus dipercaya oleh Mitha tentang statusnya? kedua orang tuanya ataukah Elang yang selalu mengatakan jika dirinya adalah anak haram.

Mampukah Elang dan Mitha bertahan dalam pernikahan untuk mewujudkan bayangan dan angan-angan kedua orang tuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sushanty areta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamar Elang

Ragu-ragu, Mitha mengangkat tangannya mengetuk pintu kamar Elang yang tertutup rapat. Hari sudah sore, satu jam lagi Maria sudah harus ke rumah sakit untuk mulai menjalankan pemeriksaan dan dia harus memberitau Elang sesuai permintaan papa mamanya.

"Apa?" tanya Elang dingin saat pintu terbuka. Tampak wajah bantal dari kakak yang sudah menjadi suaminya itu. Pasti dia tidur setelah acara usai tadi. Tapi memang sudah dasarnya cakep, bangun tidurpun pria itu tetap terlihat ganteng.

"Kau kesini untuk melamun atau pindahan ngikut perintah mama??!!!" pertayaan bernada keras itu menyadarkan lamunan Mitha yang langsung memilin tangannya karena gugup parah.

"Mama harus kerumah sakit satu jam lagi." beritahunya lembut masih dengan lutut sedikit gemataran.

"Lalu?" telisik sang pria.

"Papa ingin kakak ikut mengantar ke rumah sakit."

"Ya sudah." Elang membanting pintu dengan keras tepat di depan wajah Mitha yang bergetar hebat karena kaget. Bayangan sikap Elang padanya beberapa tahun lalu kembali menguasai ingatannya. Sikap yang sama.

Entah berapa kali Mitha beristighfar, minta dikuatkan untuk terus menjalani pernikahan yang bahkan belum genap 24 jam ini. Ternyata berbakti pada orang tua seberat ini rasanya. Menikah di usia muda, punya suami aneh dan tempramen serta tekanan lain yang mulai dia rasakan.

"Sudah diberi tau Elangnya Mith?" tanya sang mama yang sedang menonton tv di ruang keluarga.

"Sudah ma, kak Elang baru bangun tidur. Mungkin masih mandi, ma."

"Lho kok kamu nggak ke kamarnya? nyiapin baju Elang?"

"Tapi ma, kak Elang bisa sendiri kan? lagian kakak sepertinya nggak suka dibantu." elak Mitha membela diri. Maria tersenyum dan mengusap tangan Mitha.

"Suka atau tidak suka Elang harus belajar menyukai dan menerimamu. Kau juga harus tetap menjalankan kewajibanmu. Sudah..sana, masuk ke kamarnya lalu siapkan semua keperluannya." Ingin rasanya Mitha lenyap saja dari sana. Kenapa mamanya sama sekali tidak mengerti perasaanya? kenapa harus menyuruhnya kesana lagi sedang sekarang saja jantungnya belum berdetak dengan benar?

"Mitha..." panggil mamanya sekali lagi.

"Ehh..ohh iya ma."

"Ayo buruan kesana!"

"Harus sekarang ya ma?" tanyanya memelas, berharap wanita itu mencabut perintahnya. Tapi mamanya tetap pada pendiriannya.

"Mitha!"

"iya ma." dan gadis itu memilih cepat naik ke lantai dua, menuju kamar Elang. Maria bukan tak mendengar suara pintu dibanting tadi, tapi dia sengaja menyuruh Mitha kembali. Mereka berdua harus saling terbiasa agar kebal satu sama lain.

Kembali gadis cantik itu mengetuk pintu, tak ada sahutan hingga dia memutuskan masuk saja. Toh dia anak pemilik rumah, juga istri pemilik kamar, jadi tidak salah sepenuhnya jika dia masuk kamar.

Tak ada siapapun di dalam kamar. Tapi Sofia tau jika Elang sedang mandi dari gemricik air yang terdengar dari dalam sana. Sepintas dia melirik koper yang dibawa Elang kemarin, masih sedikit terbuka dengan tumpukan pakaian utuh yang belum sempat dipindahkan ke dalam lemari. Pelan-pelan dia memindahkan dan menatanya ke dalam lemari, memisahkan pakaian resmi dan casual sesuai jenisnya hingga rapi.

Mitha baru saja menghembuskan nafas lega dan meregangakan otot-ototnya kala pintu kamar mandi dibuka. Sesosok pria tampan dengan balutan handuk selututnya muncul disana. Rambut dan dadanya yang masih basah terkesan sangat seksi hingga membuat Mitha kesulitan menelan ludah.

"Siapa yang mengijinkan kamu masuk?" sergahnya dengan tatapan tidak suka.

"Mama menyuruhku kemari, kak. Lagian tadi aku sudah mengetuk pintu tapi kakak lagi mandi. Akhinya aku menata lemari kakak sambil menunggu kakak selesai."

"Kau mau bersikap sebagai istri heh?"

"Memang benar aku istrinya kakak kan?"

"Istri bayangan, ingat Itu. Pernikahan kita hanya karena orang tua, kau dan aku hanya pengantin bayangan sesuai harapan orang tua kita. Tidak lebih. Jadi jangan berharap jadi pengantin dan menikah sungguhan denganku karena aku tidak suka di jodohkan. Aku akan memilih istriku sendiri. Apa kau mengerti?" sentak Elang sambil meraih lengan mitha kasar.

"Tidak. Yang aku tau kita sudah menikah. Bayangan atau kenyataan."

"Terserah kau. Tapi aku tidak mau menikah dengan anak haram." ketus Elang makin menjadi dengan mata berkilat marah.

"Astaghfirullahaladzim." pekik Mitha kaget. Apa tadi? anak haram? siapa? tak ada siapapun selain dia. Benarkah dia anak haram? lalu dia anak haram siapa? Matanya berkaca.

"Benar apa yang kakak katakan?" Elang membuang wajahnya, tak ingin bersitatap dengannya. Mitha berbalik mencekal lengan Elang dan mengguncangnya keras.

"Jawab aku kak!" pekiknya, membuat Elang jengah dan menghempaskan tangan itu kasar hingga Mitha terhuyung dan nyaris jatuh.

"Jangan katakan apapun karena aku tida ingin mamaku kenapa-napa. Jika kau tetap mengatakannya..maka jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu anak manja. Sekarang pergi!" Mitha masih menatapnya dengan mata berkaca. Mamanya? berarti Maria adalah ibu Elang. Lalu siapa yang membuatnya jadi anak haram? papanya? sudah pasti dia. Pria paruh baya itu pasti berselingkuh dengan wanita lain dan melahirkan dirinya. Jika itu benar maka...dia akan selamanya berhutang budi pada wanita itu. Wanita yang sangat menyayanginya dari kecil bahkan sekarang. Tak pernah sekalipun dia melihat mamanya itu berkata kasar atau membandingkan dirinya dengan siapapun.

Lambat, Mitha menyeret langkah keluar kamar. Masih ada waktu setengah jam lebih sebelum berangkat dan dia memilih pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri. Ternyata itu alasan Elang membencinya sejak kecil dan memilih pergi dari rumah menuju London hingga sekian tahun lamanya. Tiba-tiba dia merasa rendah hati. 20 tanun menjadi duri dirumah ini dan menjadi tembok penghalang antara seorang ibu dengan anak laki-laki semata wayangnya yang lebih memilih membesarkan dirinya. Ahhh...semulia apa hati wanita itu yang meskipun tidak ada hubungan darah dengannya tapi menyuruhnya memanggil dirinya mama.

1
Santi
Luar biasa
Ds Phone
bahagia sampai lupa kawan
Ds Phone
apa kah dapat
Ds Phone
dah laki bini pangil yang manis aja
Ds Phone
muking betul dia cinta sama kamu
Ds Phone
nemang halal
Ds Phone
dah jadi laki apa lagi jalan terus
Ds Phone
nikah secara paksa
Ds Phone
betul betul jadi
Ds Phone
semua nya main paksa
Ds Phone
gila tu orang
Ds Phone
marah lah tu
Ds Phone
kawan baik nya
Ds Phone
bahagia sangat lah tu
Ds Phone
berita gembira tu
Ds Phone
ada ada aja yang nak di gaduh kan
Ds Phone
ya betul tu baik di lepas kan
Ds Phone
ada aja meraka ni
Ds Phone
sedih tak habis
Ds Phone
memang itu ke bahagian nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!