Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana yang Bocor
Jenaka pulang ke rumah dengan memesan ojek online. Ia tidak membawa uang sama sekali dan hanya membawa Hp saja. Untunglah Ia membawa Hp jadi bisa memesan ojek online untuk pulang.
Mobil Mandala masih terparkir di parkiran rumahnya. Artinya Mandala masih ada di rumah. Apakah Kinara juga ada di dalam?
Jenaka masuk ke dalam rumah. Tak ada keberadaan Mandala di ruang makan dan ruang tamu. Hanya Mala saja yang sedang membersihkan meja makan.
"Bu Jena mau sarapan sekarang?" tanya Mala saat melihat kedatangan Jenaka.
"Nanti saja, Mal. Saya kenyang." bohong Jenaka, padahal Ia hanya minum air mineral yang diberikan oleh Bu Sri saja.
"Baik, Bu. Kalau Ibu mau makan atau mau dibuatkan sesuatu bisa panggil saya." ujar Mala.
"Iya, Mal. Makasih." Jenaka sebenarnya hendak bertanya apakah Mandala dan Kinara ada di rumah atau tidak, namun Ia mengurungkan niatnya. Ia lalu naik tangga menuju kamarnya.
Jenaka mau mandi dan membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket tersebut. Namun suara manja dari kamar Mandala mengusik dirinya.
Dengan mengendap-endap, Jenaka berjalan mendekati pintu kamar Mandala. Ternyata pintu kamarnya agak sedikit terbuka.
Jenaka bisa melihat dari sela pintu yang terbuka pemandangan di dalam. Mandala sedang bertelanjang dada dengan Kinara yang berada di pelukannya.
Tubuh polos Kinara ditutupi selimut. Menandakan kalau Mandala dan Kinara baru saja melakukan hubungan suami istri.
Jenaka yang baru saja menenangkan diri kembali merasakan sakit di hatinya. Air matanya tanpa dikomando sudah menetes membasahi wajahnya.
"Bagaimana mungkin mereka berdua setega ini padaku? Kenapa mereka melakukannya di rumah ini? Apa mereka sama sekali tak memperdulikan perasaanku?" batin Jenaka seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Jangan sampai isak tangisnya terdengar.
Baru saja Jenaka hendak pergi meninggalkan tontonan yang menyakitkan hatinya, suara Kinara membuat Ia urung melangkah.
"Kamu mau menceraikan dia berapa lama?" tanya Kinara.
Jenaka memasang telinganya dengan tajam. Mendekatkan telinganya ke pintu agar bisa mendengar lebih jelas.
"Hmm... Berapa lama ya? Setahun gimana?" Mandala meminta pendapat Kinara.
"Udah gila ya kamu! Setahun tuh lama! Aku enggak mau kamu lama-lama menikahi dia! Ceraikan dia secepatnya!" perintah Kinara penuh emosi.
JEGERRRRR!!!
Bagai mendengar petir di siang hari. Jenaka amat terkejut mendengarnya. Jadi dia akan diceraikan juga pada akhirnya? Bukankah Mandala yang mengatakan kalau pernikahan ini benar adanya? Kenapa terselip rencana perceraian?
Kaki Jenaka mulai lemas dan tak kuat menopang tubuhnya, namun Ia berusaha sekuat tenaga menahannya. Jangan sampai kedua orang di dalam kamar sana mengetahui kalau Ia sedang menguping percakapan mereka.
Suara Mandala kembali terdengar. "Sabar dong, Sayang! Aku enggak bisa semudah itu membuat keputusan. Orang tua kami sudah lama bersahabat. Aku bisa diusir Papi dan diancam akan dicoret dari ahli waris kalau aku melakukannya! Bagaimana aku akan menjalani hidup tanpa sokongan Papi?"
Jenaka kembali mengintip sambil tetap membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Mandala sudah duduk di tempat tidur dan nampak menenangkan Kinara yang duduk sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Setahun itu lama! Aku mau kamu ceraikan dia secepatnya!" perintah Kinara.
"Tapi enggak dalam waktu dekat ini. Aku juga harus mengatur cara agar kamu bisa menjadi istri sah aku! Enggak bisa semudah itu, Sayang!" Mandala mulai membujuk Kinara.
"Kalau dalam sebulan kamu belum menceraikan dia, aku akan kembali mengambil pekerjaan sebagai model!" ancam Kinara.
Mandala menggacak acak rambutnya dengan kesal. "Jangan sebulan Sayang! Kasih aku tambahan waktu lagi. Bisa langsung dipecat Papi kalau aku lakuin itu!"
"Pokoknya aku akan mengambil pekerjaan sebagai model lagi! Kalau kamu mau aku jadi istri yang selalu di rumah, ceraikan dia secepatnya!" keputusan Kinara sudah bulat. Ia tahu kalau Mandala tak mau dirinya berkecimpung di dunia model lagi.
"Oke, aku akan pikirin caranya. Aku enggak mau kamu lama-lama di dunia model lagi!" Mandala menyerah dan mengiyakan permintaan Kinara.
Jenaka yang tak tahan lagi mendengar percakapan mereka pun pergi ke kamarnya. Ia menutup pintu kamarnya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Dinyalakannya shower dan Ia duduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya. Air shower pun membasahi sekujur tubuhnya.
Jenaka menangis sesegukan. Ia merutuki pernikahan ini. Ia merutuki kebodohannya yang menerima perjodohan tanpa mencari tahu siapa Mandala dan bagaimana kehidupannya selama ini.
"Jena bodoh! Jena bodoh!" Jenaka bahkan menampar wajahnya sendiri. "Huaaaaaaaa...."
Sungguh ironis, sementara di kamar sebelah dua insan sedang memadu kasih di kamar yang lain seorang wanita sedang menangis menyesali keputusannya.
Setelah puas menangis, Jena mematikan shower dan menghapus air mata yang tersisa di wajahnya.
"Aku enggak akan membiarkan rencana kalian berjalan dengan mulus. Aku akan mengagalkan rencana jahat kalian!" tekad Jenaka.
Jenaka tidak keluar kamar sampai makan malam tiba. Ia terpaksa keluar karena seharian belum makan. Perutnya terasa perih dan minta diisi.
Di meja makan sudah ada Mandala dan Kinara yang sedang makan tanpa menunggu kehadiran Jenaka. Benar-benar Jenaka tidak dianggap sama sekali.
"Kirain enggak butuh makan! Ternyata laper juga!" sindir Kinara melihat Jenaka duduk dan mengambil piring tanpa dipersilahkan.
Jenaka tak menggubris omongan Kinara dan mulai memakan makanannya. Mandala memperhatikan apa yang Jenaka lakukan.
"Kamu sakit Jen?" tanya Mandala khawatir.
"Kamu ngapain sih perhatian sama dia?" tanya Kinara sebal.
"Bukan begitu, Sayang. Jenaka kan tanggung jawab aku. Kalau dia sampai kenapa-napa aku harus bilang apa sama Papi dan Mami?" Mandala berusaha menjelaskan pada Kinara agar tidak cemburu.
"Aku baik-baik aja kok, Kak." jawab Jenaka singkat. Ia lebih sibuk dengan makanannya. Rasa laparnya mengalahkan sakit hatinya saat ini.
"Tuh kan kamu dengar sendiri! Dia tuh enggak apa-apa!" sahut Kinara.
"Syukurlah kalo kamu baik-baik aja, makanlah yang banyak. Kalau kurang kamu bisa minta Mala masakkin lagi!" Mandala menunjukkan sedikit perhatian pada Jenaka, membuat Jenaka merasa sedikit senang meski tahu kalau pada akhirnya akan dihempaskan lagi ke jurang kesakitan yang dalam.
"Iya, Kak." jawab Jenaka.
"Oh iya, ini!" Mandala mengeluarkan sebuah kartu dan memberikannya pada Jenaka. "Buat kamu! Pakailah untuk membeli kebutuhan sehari-hari kamu. Pinnya tanggal pernikahan kita."
Jenaka menerima Black Card yang diberikan oleh Mandala. Dalam hatinya amat senang, kapan lagi dia akan memiliki Black Card?
"Nanti Kinara yang akan mentransfer uang bulanan buat kamu!" tambah Mandala lagi. Entah mengapa Jenaka merasa perasaannya tak enak. Kenapa harus Kinara yang mengatur berapa yang akan ditransfer untuknya?
"Iya, Kak. Makasih." Jenaka menyembunyikan kecurigaannya lalu memasukkan Black Card dalam saku celananya.
Mandala dan Kinara selesai makan lebih dahulu. Ia pun pamit pada Jenaka.
"Aku pulang ke rumah Kinara, Jen." ujar Mandala yang pergi sambil merangkul pinggang Kinara.
Tanpa menunggu persetujuan Jenaka, mereka melenggang pergi. Jenaka hanya melihat punggung Mandala yang pergi sampai tak terlihat lagi. Meninggalkan dirinya sendiri menghabiskan malam-malam tanpa ada yang menemani.
"Sabar Jen, suatu saat nanti keadaan bisa saja berbalik!"
****
Drmn Jenaka tau klo bacaan sholat Mandala benar???
salam buat neng Maya dan neng Adel yaaa😍😍
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak