Harap bijak dalam membaca... ada beberapa adegan dewasa (21+)
Meylani Putri (18 th), gadis bar bar yang jatuh cinta pada sosok Om duda tampan bernama David Lander. Yang tak lain adalah Ayah dari sahabatnya sendiri. Mungkinkan gadis yang kerap di sapa Mey itu mendapatkan cinta sang Om duda? Sedangkan David sendiri sangat anti dengan wanita bar bar dan ceplas ceplos seperti May.
Yuk simak kisah selengkapnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeNura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Seperti kesepakatan yang Tasya katakan kemarin. David benar-benar menjemput Mey sampai depan rumah. Kini lelaki itu sudah berdiri dengan punggung yang menyandar di mobil. Menunggu gadis dekil itu keluar rumah. Beberapa kali David berdecak kesal karena gadis itu belum juga muncul. Padahal ia sudah berdiri di sana setengah jam yang lalu. Dengan wajah yang ditekuk, David terus melirik arloji ditangannya. Lalu melirik pintu kayu itu dengan tatapan kesal.
Beberapa menit kemudian, pintu itu pun terbuka. Menampakan seorang Mey yang sudah lengkap dengan seragam sekolah. "Mey berangkat ya, Pak." Teriaknya yang masih tak menyadari kehadiran David.
Mata Mey melotot saat melihat keberadaan David yang berdiri dengan tatapan yang tak bersahabat. "Eh, Om beneran jemput Mey? Kenapa gak manggil?"
Mey menghampiri lelaki itu sambil cengengesan. Langkahnya juga masih sedikit pincang.
"Mulai besok, pukul enam tiga puluh kamu harus sudah berdiri di sini dengan seragam sekolah. Saya tidak suka orang yang tidak disiplin." Tegas David seraya menegakkan tubuhnya. Lalu meneliti penampilan Mey yang terlihat biasa aja.
Mey menghela napas berat. "Halo, Om. Biasanya juga Mey pergi sekolah itu jam enam empat puluh." Protes Mey menatap David malas.
"Mulai sekarang ganti jadi jam enam tiga puluh. Cepat naik ke mobil." Titah David penuh penekanan.
"Baik, calon suami." Sahut Mey yang berhasil membuat David kaget karena mendengar panggilan Mey untuknya.
"Berhenti memanggil saya dengan sebutan itu, lagian belum pasti kamu jadi istri saya."
"Mey pastikan Om bakal jadi suami Mey." Ucap Mey dengan santai dan bergegas masuk ke dalam mobil.
David menghela napas gusar. Sepertinya mulai saat ini hidupnya tak akan tenang. Ia pun ikut masuk ke dalam mobil. Lalu mobil itu melaju dengan cepat.
"Om, udah sarapan?" Tanya Mey melirik David yang tengah serius menyetir.
"Belum." Jawab David sekenanya.
"Mey ada bawa bekal, Om mau gak? Tadi Mey sempat masak nasi goreng. Mungkin Om mau cobak?"
"Tidak, terima kasih." Sahut David tak berminat.
"Owh. Padahal nasi gorengnya enak banget loh." Bujuk Mey seraya mengeluarkan kotak bekal miliknya. Lalu membuka penutup wadah itu. Dan aroma nasi goreng pun menyeruak masuk dalam indra penciuman David.
"Em... enak banget pake telur mata sapi. Om gak mau kan? Kalau gitu Mey makan ya?"
"Terserah," sahut David sambil melirik kotak nasi goreng milik Mey. Aroma harum itu berhasil mengundang rasa lapar, apa lagi nasi goreng telur mata sapi adalah makanan favoritnya.
Mey hendak menyendok nasi goreng itu, tetapi dengan cepat di tahan oleh David. "Letakan kotak bekalnya di atas dasboard, nanti saya makan di kantor." Perintah David dengan nada cepat.
Mey yang mendengar itu tersenyum senang. Ternyata rencananya berhasil. Untung saja Tasya sempat bilang tentang makanan favorit David. Jadi pagi tadi ia sempatkan untuk masak. Meski pada awalnya Mey ragu kalau David akan benar-benar menjemputnya.
Ok, pertama-tama gw pikat si Om duda lewat perutnya. Sedikit demi sedikit pindah ke hatinya. Pikir Mey.
Mey meletakkan kotak bekalnya di dasboard. Kemudian melirik David yang masih memasang wajah datar. "Om, gak capek apa merengut terus? Tar cepet tua loh."
Mendengar itu, David melirik Mey sekilas. "Saya memang sudah tua." Jawab David apa adanya.
"Gak papa kok udah tua juga, soalnya Om masih cocok jadi hot daddy." Celetuk Mey sambil tertawa geli.
"Berisik."
Mey mengerucutkan bibirnya saat mendengar ucapan David. Ia pun berhenti bicara, dengan tatapan lurus ke depan.
"Om." Panggil Mey yang tak tahan jika mulutnya tak bergerak sedetik saja.
"Saya pikir kamu sudah tobat."
"Emangnya saya buat dosa besar sampe harus tobat segala?" Kesal Mey.
"Seperti yang saya katakan, menjadi Nyonya Lander itu tidak mudah. Kamu harus lebih banyak diam dan menjaga tatakrama. Karena saat sudah menjadi istri saya, kamu akan ikut kemana saya pergi."
Mey tersenyum malu mendengar perkataan David. "Cie... jadi Om mengakui nih kalau Mey bakal jadi istri Om?"
David berdeham pelan karena merasa sudah salah bicara.
"Om tenang aja, Mey gak akan buat Om malu kok."
Gimana ceritanya gak akan bikin malu? Lihat penampilan aja udah bikin aku malu.
"Walaupun wajah Mey ini paspasan, tapi Mey bisa memposisikan diri kok di tempat-tempat tertentu. Misalnya di dalam kelas, Mey tidak akan ribut saat guru menjelaskan. Yah, meski kadang-kadang ketiduran juga sih."
David kembali melirik gadis disebelahnya. Gadis itu benar-bener membuatnya jengkel karena ocehannya yang tak penting. Beruntung mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan gerbang sekolah.
"Sampe sini aja, Om. Mey bisa jalan kaki." Pinta Mey bersiap untuk turun. Namun mobil itu masih melaju dan memasuki pelataran sekolah. Membuat Mey merasa heran.
"Jangan berpikir terlalau jauh, saya cuma kasian sama kakik kamu." Ucap David tanpa berniat melihat lawan bicaranya. Dan kini mobil mewah itu benar-benar terparkir di pelataran sekolah.
"Iya, Om. Makasih banyak ya. Kalau memang sibuk, siang nanti gak perlu jemput Mey. Mey bisa pulang bareng Tasya atau nebeng sama temen lainnya."
"Hm."
Mey menghela napas panjang, kemudian memutuskan untuk langsung turun dari dalam mobil David.
"Mey." Panggil David yang berhasil menahan pergerakan Mey yang hendak membuka pintu mobil. Gadis itu menoleh.
David mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu. Lalu memberikannya pada Mey. "Uang jajan buat kamu."
"Eh? Gak usah, Om. Mey punya uang jajan sendiri kok." Tolak Mey. Namun David seakan tak mau tahu. Ia menarik tangan Mey dan meletakkan uang itu di telapak tangan Mey.
"Simpan itu, siapa tahu kamu perlu. Dalam satu bulan ini kita benar-benar melakukan pendekatan. Anggap saja saat ini kita resmi pacaran. Wajar kan seorang laki-laki kasih sesuatu buat pacarnya?"
Mulut Mey menganga saat mendengar perkataan David. Apa ia sedang bermimpi? Pacar? Akh... itu sangat menggelikan.
"Mey." Panggil David saat tak mendapat respon.
Mey pun terhenyak dan kembali dalam kesadaran. "Ok deh, Mey simpan ya, Om. Makasih banyak pokoknya, Mey masuk dulu. Assalamualaikum, Om."
"Waalaikumsalam." Balas David.
Mey pun langsung turun dari mobil. Dengan langkah yang sedikit pincang, Mey memasuki pintu utama sekolah. Semua itu tak luput dari pengawasan David. Setelah gadis itu menghilang dari pelupuk mata, David kembali melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah.
Dari kejauhan, Tasya memperhatikan itu semua. Ia tersenyum senang, sepertinya rencana perjodohan itu akan berhasil.
I'm so sorry, Mom. Sasa tidak berniat untuk mencari pengganti Mommy. Tapi Sasa butuh seseorang yang bisa menjadi Mommy di dunia ini. Dukung Sasa untuk menyatukan mereka, Mom.
***
"Mey, ngapain aja tadi sama Daddy gw? Lama banget kayaknya di dalam mobil." Tanya Tasya mulai kepo. Saat ini mereka di kantin karena sedang jam istirahat.
"Gak ngapa-ngapain kok, cuma ngobrol biasa. Cuma Daddy lo bilang, sekarang kami pacaran."
"What? Seriusaan, Mey?"
Mey mengangguk pelan sambil terus menikmati semangkuk bakso. Tasya yang terlanjur senang pun langsung memeluk Mey. Untung Mey enggak keselek bakso.
"Aaaa... gw seneng banget dengernya. Itu
artinya lo bakal jadi nyokap gw."
"Ih... lepasin ah. Hampir aja gw keselek, Sya." Kesal Mey mendorong Tasya supaya menjauh darinya. "Lagian baru juga pacaran, belum tentu sampe pelaminan, Sya."
"Tapi gw yakin kalian bakal sampe pelaminan, karena selama ini bokap gw gak pernah mau pacaran kecuali deket gitu aja."
"Semoga aja perkataan lo bener. Meski gw kurang yakin, pasti banyak banget cewek cantik yang naksir bokap lo kan? Secara dia kan duda ganteng tajir melintir."
"Iya sih, tapi bokap gw gak akan bawa perempuna ke rumah selagi gak ada restu dari gw. Daddy itu sayang banget sama gw."
"Hm." Mey kembali melahap sisa baksonya yang hampir habis.
"Oh iya, tadi bokap lo juga ada kasih duit ke gw. Katanya suruh simpan aja, mana tahu gw butuh." Ujar Mey mengatakan sejujurnya. Mey memang selalu terbuka pada Tasya.
"Daddy bener, lo simpan aja uangnya. Bokap lo juga butuh buat berobat kan?"
Mey mengangguk pelan. Lalu menatap Tasya lamat-lamat. "Sya, sebenarnya Bokap gw udah cerai sama nenek lampir itu."
Kedua mata Tasya membulat saat mendengar kenyataan itu. "Lo serius, Mey?"
"Iya, waktu gw pulang dari rumah sakit nenek lampir itu ngatain gw tidur bareng Om-om, bokap gw marah dong. Kita bertengkar, dan ujung-ujungnya bokap nalak nenek lampir."
"Terus masalah hutang itu gimana?"
Mey menghela napas berat. Sebelum menjawab, Mey meneguk sisa jusnya hingga tandas. "Nenek lampir itu jadiin rumah sebagai jaminan. Dan itu sebelum bokap gw cerein dia."
Lagi-lagi Tasya terkejut mendengar pengungkapan Mey. "Udah gila kali tu orang! Seenak jidatnya aja jadiin rumah kalian sebagai jaminan. Gimana bisa sertifikat rumah ada sama dia, Mey?"
Mey mengangkat kedua bahunya. "Gw jarang di rumah, Bokap gw sakit dan gak mungkin mantau dia terus. Gw sama bokap udah pasrah. Sekarang gw mau cari kontrakan, soalnya bisa kapan aja mereka ngusir kita."
Tasya menggenggam tangan Mey erat dan hendak berbicara. Namun Mey lebih dulu mendahuluinya. "Gw cerita sama lo bukan berati gw mau minta bantuan lo, Sya. Gw cuma butuh sandaran dan temen curhat."
Tasya menatap Mey penuh arti. "Gw tahu, gw siap denger apa pun keluhan lo. Gw juga akan dukung apa pun keputusan lo saat ini. Tapi... kalau lo udah jadi nyokap gw, lo harus dengerin saran gw, okey?"
Mey terdiam sesaat. Lalu mengangguk kuat dengan senyuman manisnya. Keduanya pun saling berpelukan.