Lima abad setelah hilangnya Pendekar Kaisar, dunia persilatan terbelah. Pengguna tombak diburu dan dianggap hina, sementara sekte-sekte pedang berkuasa dengan tangan besi.
Zilong, pewaris terakhir Tombak Naga Langit, turun gunung untuk menyatukan kembali persaudaraan yang hancur. Ditemani Xiao Bai, gadis siluman rubah, dan Jian Chen, si jenius pedang, Zilong mengembara membawa Panji Pengembara yang kini didukung oleh dua sekte pedang terbesar.
Di tengah kebangkitan Kaisar Iblis dan intrik berdarah, mampukah satu tombak menantang dunia demi kedamaian, ataukah sejarah akan kembali tertulis dalam genangan darah?
"Satu Tombak menantang dunia, satu Pedang menjaga jiwa, dan satu Panji menyatukan semua."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Kasur Berbulu Putih
Zilong menatap lubang besar di depannya dengan tatapan kosong. Alih-alih gemetar ketakutan, ia justru menutup mulutnya dan menguap lebar.
"Ah... aku jadi mengantuk," gumamnya tanpa beban. Ia kemudian memperhatikan ekor putih yang berayun di depannya. Sebuah ide konyol melintas di kepalanya. "Bulumu sepertinya sangat lembut dan tebal. Hei, rubah! Cepat berubah ke wujud aslimu. Aku butuh alas tidur."
"Berani sekali kau meremehkanku, manusia keparat!" Raungan gadis rubah itu menggetarkan pepohonan. Matanya menyala merah terang, dan aura ungu gelap mulai menyelimuti tubuhnya.
Zilong tidak menunggu musuhnya selesai mengamuk. Ia melesat maju seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Kecepatannya membuat dedaunan kering di bawah kakinya beterbangan.
"Mati kau!" Rubah itu mengibaskan ketiga ekor panjangnya secara bersamaan, masing-masing setajam mata pedang yang siap membelah tubuh Zilong.
Zilong meliuk di udara, gerakannya luwes seperti aliran air. "Lambat sekali!" ejeknya. Dengan satu hentakan, ia mengirimkan tusukan kilat ke arah dada sang siluman.
CLANG!
Gadis rubah itu berhasil menangkis mata tombak dengan kuku-kuku hitamnya yang sekeras baja. Wajah cantiknya kini terdistorsi oleh kemarahan yang luar biasa. Ia memutar tubuh dan melayangkan tendangan bertenaga penuh ke arah perut Zilong.
BUGH!
Zilong menahan tendangan itu dengan lututnya, menciptakan gelombang kejut kecil yang menghempaskan kabut di sekitar mereka. Ia lalu mendorong tubuh rubah itu menjauh hingga sang siluman terlempar beberapa meter.
Kini, Zilong tidak lagi terlihat malas. Ia memegang tombaknya dengan kedua tangan, dan perlahan, cahaya biru murni mulai menyelimuti mata tombak Naga Langit. Udara di sekitar Zilong mendadak terasa berat dan bergetar hebat.
"Teknik Naga Langit: Penjinak Binatang Liar!"
Zilong bergerak bukan untuk membunuh, melainkan untuk melumpuhkan. Dalam sekejap, ia sudah berada di belakang sang rubah. Gagang tombaknya menghantam tengkuk makhluk itu dengan presisi tingkat tinggi, disusul dengan totokan Qi yang mengunci seluruh persendian sang siluman.
POOF!
Asap putih mengepul hebat. Karena aliran energinya dikacaukan oleh Zilong, gadis itu tidak bisa lagi mempertahankan wujud manusianya. Ia berubah kembali menjadi seekor rubah putih raksasa yang gemuk dan sangat berbulu.
Zilong mengangguk puas melihat mangsanya kini tak berdaya dan hanya bisa merintih kesal. Tanpa rasa berdosa, Zilong menyandarkan tombaknya pada pohon terdekat, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas punggung rubah tersebut.
"Nah, ini baru kasur yang layak." ucap Zilong sambil memejamkan mata, membenamkan wajahnya di bulu putih yang sangat halus itu.
Rubah raksasa itu mencoba menggeram, namun seluruh tubuhnya terasa kaku seperti batu. Ia, seorang penguasa ilusi yang ditakuti, kini benar-benar dipermalukan dan dijadikan tempat tidur oleh seorang pemuda pembawa tombak.
Zilong hampir saja terlelap ketika ia merasakan sesuatu yang keras di balik bulu leher rubah itu. Dengan mata setengah tertutup, ia merogohnya dan menemukan sebuah medali kuno dengan ukiran yang sangat ia kenal.
Mata Zilong langsung terbuka lebar. Rasa kantuknya hilang seketika.
"Medali ini... ini milik klan pendekar tombak yang hilang seratus tahun lalu," bisik Zilong pelan. Ia bangkit berdiri dan menatap tajam ke arah mata rubah tersebut. "Katakan padaku, dari mana kau mendapatkan ini, atau aku akan mencukur habis seluruh bulumu sekarang juga!"
Rubah itu gemetar, namun di balik ketakutannya, ada sebuah rahasia besar yang siap terungkap.