"Tolong, lepaskan aku Anthonio. Kau tak seharusnya ada disini." Maria Ozawa
"Tidak, sampai kapanpun aku tak akan melepaskan mu. Aku tak akan membiarkan mu terluka lagi, Maria." Anthonio Vanders
"Apa yang mereka lakukan di dalam sana?" Marimar Ozawa
Tujuh tahun lamanya menikah, namun tak membuat hati Anthonio tergerak sama sekali. Bahkan hanya sekedar membuka hati pun, tak dapat lelaki itu lakukan. Hatinya benar-benar membeku, menciptakan sikap dinginnya yang kian meledak. Sementara Marimar yang sangat mencintai suaminya, Anthonio. Merasa lelah tatkala mendengar sebuah fakta yang begitu menusuk hatinya.
Lantas, fakta seperti apakah yang membuat sikap Marimar berubah tak hangat seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Berani
BRAK!
Terdengar bunyi keras dari sebuah pintu hingga terbuka lebar, menampilkan sosok lelaki yang bertubuh tinggi, tegap, dan rupawan. Hal itu membuat Marimar tersentak kaget melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Sungguh Marimar tak menyangka bila lelaki itu telah berada di rumahnya.
Ya, lelaki itu adalah Anthonio yang tengah berdiri di ambang pintu dengan tatapan elangnya menatap pada Marimar. Sedangkan Marimar yang baru saja keluar dari kamar mandi pun hanya bergeming di tempatnya.
"Kenapa kau pergi dari hotel?" tanya Anthonio dingin yang masih dengan sorot mata elangnya yang sukses menghujam Marimar. Namun hal itu tak membuat Marimar gentar sedikitpun, justru wanita cantik itu juga membalas tatapan lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
Memang awalnya Marimar terkejut dengan kedatangan Anthonio yang tanpa dia kira bila lelaki itu tak akan menemuinya. Mengingat bahwa sang suami sama sekali tak peduli dengannya, terlebih Marimar telah mengetahui fakta sebenarnya.
"Lagi tidak enak badan." Secepat kilat Marimar memutus pandangannya, kemudian mengalihkan pandanganya ke arah lain.
"Tidak enak badan?" Anthonio mengulang kembali ucapan Marimar sembari tersenyum devil menatap wanita di hadapannya.
"Kenapa kau selalu saja membuat onar. Tidak bisakah kau berhenti berbuat semaumu, hah?" lanjut Anthonio yang begitu geram dengan tingkah istrinya. Pasalnya lelaki itu telah muak dengan segala sikap dan tingkah laku Marimar selama ini. Terlebih Marimar yang selalu memaksakan kehendak tanpa memedulikan perasaan orang lain.
Marimar masih bergeming di tempatnya, berusaha mencerna setiap kata yang terlontar dari bibir suaminya sebelum akhirnya Marimar pun kembali menatap Anthonio. Di pandanginya wajah rupawan itu, terlihat jelas kilatan amarah yang terpancar di bola matanya. Sedikitpun tak ada rasa khawatir yang Marimar lihat dari suaminya. Justru hanya kata-kata tajam lah yang sukses mencabik-cabik dadanya. Terlebih sorot matanya memancarkan sebuah kebencian mendalam yang baru Marimar sadari.
Cinta yang begitu besar pada Anthonio benar-benar telah membuat Marimar bodoh, bahkan telah membuatnya tak bisa membedakan mana yang benar-benar mencintainya atau hanya sekedar sandiwara. Cukup sulit untuk membuat Marimar membuka lebar matanya, namun setelah fakta yang dia ketahui barulah Marimar menyadari sepenuhnya bahwa tak ada cinta di mata suaminya.
Menyesal? Tentu saja wanita itu menyesali segala kebodohannya selama ini yang faktanya sang suami sama sekali tidak mencintainya, tapi mencintai wanita lain yang merupakan adiknya sendiri.
"Aku memang tidak enak badan. Jadi ku putuskan untuk pulang," sahut Marimar dengan nada datarnya. Bola matanya masih menatap lurus pada lelaki yang ada di hadapannya. Kini dia yakin akan keputusan yang telah dia buat untuk segera menyelesaikan semuanya. Percuma bertahan yang hanya menggerogoti hatinya, pasalnya dia hanya cinta sepihak. Tak ada balasan dari sosok lelaki yang dia puja.
"Dengan membuat seluruh keluarga panik dan berpikir negatif?" tanya Anthonio lagi.
"Ingat Marimar ini adalah pestamu. Kau sendiri yang mendesainnya, bahkan kau telah menyiapkan semuanya dengan sempurna. Tapi kau malah pergi begitu saja dari tempat itu. Apa kau kira bisa mempermainkan segala sesuatu di dunia ini, hah? Jangan bertindak seperti anak kecil lagi!" Lanjutnya dengan kata-kata tajam yang sukses mengoyak hati dan perasaan Marimar.
Cukup lama Marimar hanya berdiam diri menatap suaminya. Terlihat jelas tatapannya yang begitu sendu dengan gurat wajah yang begitu menyedihkan. Namun, tentu saja hal itu sama sekali tak menggerakkan hati Anthonio yang begitu dingin pada Marimar. Sedikitpun tak ada rasa kasihan melihat raut wajah Marimar saat ini. Hatinya benar-benar telah membeku sekeras gunung es.
"Aku memang tidak enak badan. Terserah kau mau percaya atau tidak, itu bukan urusanku. Aku tahu betul kalau kau sangat membenciku, tapi bukan berarti kau berhak menghinaku seperti ini," ketus Marimar yang telah kesal dengan segala kata-kata tajam suaminya itu.
Entah keberanian darimana Marimar dapat mengatakan semua itu, mengingat selama ini dia sangat takut bila suaminya tengah murka. Dulu, mungkin Marimar akan menjaga segala ucapannya agar tak ada kata yang menyakiti Anthonio. Tapi, untuk saat ini Marimar begitu berani melontarkan kata-kata pedas untuk suaminya.
DEG!
Seketika jantung Anthonio berdetak kencang kala mendengar ucapan Marimar. Sungguh lelaki itu tak menyangka bila sang istri dapat membalas ucapannya dengan kata-kata pedas. Tatapannya masih lurus ke depan, menatap Marimar yang berdiri tak jauh dari tempatnya.
Anthonio merasa bahwa sang istri terlihat aneh, tidak seperti biasanya yang begitu lembut dan manja. Dia ingat betul bahwa Marimar tak bisa bila melihat dirinya murka. Secepat kilat wanita itu akan meminta maaf dan membujuk dirinya untuk meredakan emosinya.
Kini, Anthonio tidak menemukan hal itu pada istrinya, seolah yang berdiri di hadapannya saat ini bukanlah Marimar tapi orang lain. Sikapnya begitu dingin dan acuh, jauh berbeda dengan Marimar dulu yang selalu bergelayut manja padanya. Tapi, sayangnya hal itu tak membuat hati Anthonio mencair, yang ada semakin membeku bersamaan dengan sikapnya yang kian lama membuat Marimar tersakiti.
"Aku tidak menghinamu, hanya saja kau yang terlalu ...."
"Terlalu manja ... begitu maksudmu, hem?" secepat kilat Marimar memotong ucapan Anthonio.
"Kau tenang saja Anthonio, mulai detik ini tidak akan ada lagi sosok seperti itu di rumah ini. Kau juga akan bebas, dan tak perlu risau lagi untuk mencari alasan untuk bersandiwara lagi." Marimar pun berjalan keluar meninggalkan kamar yang begitu pengap karena kedatangan Anthonio.
Marimar merasa dirinya tak bisa bernapas lagi bila dia satu kamar dengan lelaki itu. Hingga akhirnya Marimar pun memilih pergi dari kamarnya. Namun baru tiga langkah, Marimar pun menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya menatap Anthonio.
"Satu hal lagi, harusnya kau tahu betul kenapa diriku sampai pulang tanpa sarapan bersama di hotel. Kurasa kau cukup mengerti jawabannya tanpa ku beritahu faktanya." Setelah mengatakan hal itu, sebelum akhirnya Marimar melangkahkan kakinya turun ke lantai bawah.
🥕Mansion Keluarga Ozawa🥕
"Maria, sebenarnya apa yang terjadi pada kakakmu? Kenapa dia tiba-tiba pulang dan tidak sarapan bersama di hotel?" tanya Nyonya Ozawa pada putri bungsunya yang kini tengah duduk di ruang keluarga.
Ya, mereka barusaja tiba di mansion megah keluarga Ozawa setelah melakukan sarapan bersama dengan besannya di hotel. Kepergian Marimar yang secara tiba-tiba cukup menggelitik hati wanita paruh baya itu. Mengingat Marimar yang begitu manja pada suaminya, tapi beberapa jam yang lalu putrinya lebih memilih untuk pulang dari hotel miliknya.
Entah kenapa Nyonya Ozawa merasa ada yang ganjal pada putrinya seolah bukan sosok Marimar sesungguhnya. Berbagai macam pertanyaan memenuhi isi kepalanya hingga akhirnya dia pun bertanya pada putri bungsunya.
"Katakan ... apa yang terjadi pada Marimar? Jangan ada yang kau sembunyikan dari Mommy. Ingat, jangan sampai Marimar mengetahui fakta yang sebenarnya! Kalau tidak, kau akan tahu akibatnya."
.
.
.
🥕Bersambung🥕
kenapa dengan Antonio bukanya kemarin mau mengatakan semua rasa di hati ko jadi belok