NovelToon NovelToon
Menantu Sampah Ternyata Billionere

Menantu Sampah Ternyata Billionere

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / CEO
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: rikistory33

Gavin Adhitama (28 tahun) adalah menantu yang paling tidak berguna dan paling sering dihina di Kota Jakarta. Selama tiga tahun pernikahannya dengan Karina Surya (27 tahun), Gavin hidup di bawah bayang-bayang hinaan keluarga mertuanya, dipanggil 'pecundang', 'sampah masyarakat', dan 'parasit' yang hanya bisa membersihkan rumah dan mencuci mobil.

Gavin menanggung semua celaan itu dengan sabar. Ia hanya memakai ponsel butut, pakaian lusuh, dan tidak pernah menghasilkan uang sepeser pun. Namun, tak ada satu pun yang tahu bahwa Gavin yang terlihat kusam adalah Pewaris Tunggal dari Phoenix Group, sebuah konglomerat global bernilai triliunan rupiah.

Penyamarannya adalah wasiat kakeknya: ia harus hidup miskin dan menderita selama tiga tahun untuk menguji ketulusan dan kesabaran Karina, istrinya—satu-satunya orang yang (meski kecewa) masih menunjukkan sedikit kepedulian.

Tepat saat waktu penyamarannya habis, Keluarga Surya, yang terjerat utang besar dan berada di ambang kebangkrutan, menggan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rikistory33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pintu Gerbang Darma dan Laksmi

Tiga hari setelah Gavin kembali dari Zurich, sebuah amplop putih bersih tiba di penthouse. Amplop itu tebal, tanpa alamat pengirim, hanya dihiasi segel perak klan Adhitama yang paling kuno dan gambaar naga yang melingkari pedang. Isinya adalah undangan sederhana untuk makan malam pribadi.

"Dari Dharma dan Laksmi Adhitama," bisik Karina, membaca kartu itu. "Orang tuamu."

Gavin mengambil kartu itu. Ini adalah pertama kalinya ia menerima kontak langsung dari mereka setelah empat tahun. Ketegangan yang dipancarkan oleh undangan itu lebih intens dari pada perintah dari Tiga Belas Penatua. Para Penatua mewakili tradisi klan, orang tuanya mewakili eksistensi dan standar pribadinya.

"Ini bukan pertemuan keluarga yang sederhana, Karina," kata Gavin, suaranya mengandung nada hormat dan waspada. "Ayahku, Dharma, adalah dalang di balik semua kekayaan Phoenix yang tidak terlihat. Ibuku, Laksmi, adalah wanita yang membuat Klan Adhitama menghormati nama keluarga kami. Mereka akan mengujimu dengan cara yang tidak akan pernah terpikirkan oleh Julian atau bahkan Penatua Tertinggi."

Persiapan untuk pertemuan itu memakan waktu seharian. Gavin memastikan Karina mengenakan sesuatu yang menunjukkan kekuatan tanpa mencolok, gaun sederhana buatan desainer ternama, tanpa perhiasan berlebihan. Kekuatan Karina harus berasal dari kehadirannya, bukan berliannya.

Perjalanan itu membawa mereka ke properti Adhitama yang berbeda dari Pulau Langit. Kediaman ini berada di tengah kota, tetapi tersembunyi dari pandangan dunia luar oleh hutan buatan dan tembok tinggi berlapis baja. Tempat itu tampak seperti kuil Buddha yang mewah, memancarkan keagungan yang hening.

Di ruang tamu, yang dihiasi dengan artefak berusia ratusan tahun, Dharma dan Laksmi menunggu.

Dharma Adhitama, ayah Gavin, adalah pria paruh baya yang ramping dengan rambut beruban rapi. Ia mengenakan setelan sutra Tiongkok, matanya tajam dan sangat dingin. Ekspresinya jarang berubah, memberinya aura kendali penuh.

Laksmi Adhitama, ibu Gavin, adalah wanita yang keanggunannya bisa membuat Ratu mana pun cemburu. Ia mengenakan cheongsam berwarna giok yang mewah, posturnya sempurna, dan ia memancarkan kehangatan serta dingin. Fokusnya adalah pada detail kecil, bagaimana seseorang memegang cangkir teh, bagaimana seseorang berbicara tentang masa lalu yang kotor.

"Selamat datang kembali, Gavin," sapa Dharma, suaranya tenang, tanpa emosi, menjabat tangan putranya sejenak. "Aku senang melihat kamu mengakhiri ujian dengan hasil yang memuaskan."

Laksmi, sebaliknya, mendekati Karina. Matanya menyapu Karina dari atas ke bawah, menilai, bukan menghakimi secara terbuka, melainkan mencatat setiap hal kecil.

"Nyonya Karina," Laksmi memulai, suaranya lembut, tetapi setiap kata terasa seperti es. "Aku dengar kau berhasil melewati ujian Klan. Itu sangat berani. Tapi keberanian dan keanggunan adalah dua hal yang berbeda. Aku harap kau mengerti bahwa sebagai Nyonya Adhitama, tugasmu jauh lebih besar daripada sekadar bertahan dari hinaan."

Makan malam dimulai dengan keheningan yang tegang, di mana setiap Penatua atau sepupu yang bermasalah dibahas dengan nada sinis. Gavin dan Karina diizinkan makan, tetapi mereka pada dasarnya adalah subjek dari analisis klinis.

"Kami menyukai bagaimana kau menangani Vivian Thorne," kata Dharma, memotong sepotong daging dengan presisi yang sama seperti ia memotong kesepakatan bisnis. "Menggunakan koneksi lama di Swiss adalah langkah yang cerdas. Tetapi kekacauan yang kau tinggalkan di belakangmu, Surya, Liong, itu terlalu mencolok. Klan Adhitama tidak membuat kebisingan. Kami bertindak dalam bayangan."

Laksmi kemudian menyerang. "Karina, aku dengar kamu menghabiskan beberapa jam di penjara bawah tanah yang disebut Ruang Penantian. Itu sangat tidak elegan. Bagaimana kamu bisa menjadi simbol ketenangan yang dibutuhkan oleh Marga ini jika kau bahkan tidak bisa mengendalikan reaksimu terhadap trauma masa lalu?"

Karina tahu ini adalah ujian yang sebenarnya. Para Penatua menguji kekuatan, orang tua Gavin menguji kendali dan kemampuan untuk menutupi.

Karina meletakkan garpunya dengan tenang. "Ibu Laksmi, Tuan Dharma. Saya tidak memilih Ruang Penantian. Itu adalah ujian yang diberikan. Saya tidak bisa memilih bagaimana saya diuji, tetapi saya bisa memilih bagaimana saya merespons."

"Saya setuju bahwa Marga Adhitama membutuhkan ketenangan. Namun, klan juga membutuhkan kebenaran. Saya menunjukkan kepada para Penatua bahwa saya tidak takut pada kebenaran. Itulah yang membedakan saya dari wanita-wanita yang dibesarkan dalam kebohongan. Saya tidak berusaha menjadi mencolok. Saya berusaha agar menjadi fondasi yang kuat."

Gavin tersenyum tipis. Karina menolak standar mereka, tetapi ia melakukannya dengan logika.

Setelah hidangan utama, Dharma mencondongkan tubuh ke depan. Aura kekuasaannya memenuhi ruangan.

"Kami akan mendukung Proyek Kota Pilar," kata Dharma, suaranya kini terdengar seperti janji mutlak. "Kami akan memberikan pendanaan dan perlindungan politik yang akan melumpuhkan OmniCorp. Tetapi ada satu syarat, Karina."

"Apa itu, Tuan Dharma?"

"Kami melihat kamu terlalu terlibat dalam hal-hal yang 'kotor'. Yayasan Integritas Adhitama adalah ide yang mulia, tetapi itu menarik terlalu banyak perhatian pers. Mulai sekarang, kamu harus menyerahkan YIA kepada direktur profesional dan menjauh dari segala urusan bisnis dan politik, Fokusmu harus pada citra dan memiliki keturunan."

Laksmi mengangguk setuju. "Karina, Marga Adhitama membutuhkan keturunan secepat mungkin. Dan kamu harus fokus menjadi tuan rumah yang sempurna. Kamu harus menjadi simbol kemewahan, kesempurnaan sosial, dan keanggunan, bukan seorang aktivis atau politisi. Kami akan membantumu membangun Citra Ratu yang tak tersentuh."

Ini adalah permintaan yang sulit. Itu memaksa Karina kembali ke peran pasif yang selama ini ia hindari, mengesampingkan YIA yang menjadi kebanggaannya.

Karina menatap Gavin, yang matanya menunjukkan dilema, kekuasaan penuh untuk proyeknya, dengan harga membungkam istrinya.

Karina menarik napas dalam-dalam. "Tuan Dharma, Ibu Laksmi. Saya menghargai tawaran dukungan Anda yang luar biasa. Tetapi saya harus menolak syarat itu."

Dharma mengerutkan kening. Itu adalah pertama kalinya seseorang menolak persyaratannya secara langsung.

"Kalian membutuhkan keturunan dan citra. Saya setuju," lanjut Karina. "Tetapi kalian membutuhkan lebih dari itu. Kalian membutuhkan integritas di garis depan Marga ini. Kami baru saja memenangkan perang melawan OmniCorp dan Julian karena YIA membuktikan bahwa kami sangat jujur dan terbuka. Jika saya berhenti memimpin YIA, OmniCorp akan mengklaim kami korup dan hanya membungkam musuh. Citra yang Anda inginkan akan runtuh, karena tidak didukung oleh tindakan."

"Saya tidak akan menjadi boneka yang hanya peduli pada keturunan dan pesta. Saya adalah pasangan Gavin. Saya akan menjamin ketenangan Anda di dunia sosial, tetapi saya juga akan menjamin kebersihan reputasi Anda di mata publik. Saya adalah Ratu yang tidak hanya duduk di takhta, tetapi juga berjuang di garis depan."

Laksmi, yang biasanya sangat dingin, memiringkan kepalanya sedikit, menunjukkan sedikit kejutan.

Serangan yang Tiba-Tiba

Tepat saat ketegangan mencapai puncaknya, Beny, yang menunggu di luar, masuk dengan wajah pucat.

"Tuan Dharma, Tuan Gavin. Ada berita yang sangat buruk. Kami mencoba menahannya," lapor Beny, "tetapi Vivian Thorne dari OmniCorp bergerak sangat cepat. Mereka baru saja berhasil mengakuisisi Sinar Bumi Logistik, perusahaan yang memegang izin eksklusif untuk transportasi semua material berat ke lokasi Kota Pilar."

Gavin bangkit, rahangnya mengeras. "Bagaimana mungkin? Itu adalah perusahaan keluarga kecil!"

"Kami menduga OmniCorp membayar lebih dari sepuluh kali lipat nilai pasarnya," jawab Beny. "Mereka tidak ingin Kota Pilar dibangun. Mereka telah memotong jalur logistik utama kita."

Situasi ini mendadak membuat syarat yang diajukan Dharma terasa tidak relevan. OmniCorp telah menyatakan perang skala penuh.

Dharma menatap putranya, lalu beralih ke Karina yang berdiri di samping Gavin, wajahnya serius dan berpikir keras.

"Ini adalah masalah logistik murni, Gavin. Kau harus mencari jalur transportasi alternatif," kata Dharma.

Karina, tanpa diminta, melangkah maju. "Tidak, Tuan Dharma. Ini bukan hanya logistik. Ini perang psikologis. Vivian Thorne ingin menunjukkan bahwa setiap aspek Kota Pilar rapuh. Kita tidak bisa mencari alternatif sekarang; kita harus menunjukkan bahwa kita tidak bisa diintimidasi."

"Kita harus mempublikasikan akuisisi Sinar Bumi Logistik oleh OmniCorp," lanjut Karina, matanya bersinar. "Biarkan YIA mengumumkan bahwa OmniCorp mencoba mencekik Proyek Kota Pilar dengan praktik monopoli yang melanggar hukum. Kita tidak hanya bertarung dalam bisnis; kita bertarung untuk kepercayaan publik."

Karina menatap Dharma dan Laksmi. "Kalian ingin citra? Citra kami adalah 'Korporasi yang berjuang untuk rakyat melawan raksasa asing yang kejam'. Saya akan memimpin perang opini ini. Biarkan saya, sebagai Nyonya Adhitama, membuktikan nilai saya."

Dharma dan Laksmi saling pandang. Mereka melihat nya bukan sekadar menantu yang patuh, tetapi seorang mitra strategis yang memiliki naluri politik tajam.

Dharma tersenyum, senyum yang jarang dan mengerikan. "Kau menarik, Nyonya Karina. Kau menolak syaratku, tetapi kau membuktikan nilaimu dalam waktu tiga puluh detik."

"Baiklah," kata Dharma. "Aku akan mencabut syaratku. Kau akan memimpin YIA. Aku akan memberikanmu semua sumber daya yang kau butuhkan untuk menghancurkan narasi Vivian Thorne. Tapi ingat, Karina, kau harus berhasil. Jika kau gagal, aku akan mengambil alih YIA, dan kau akan kembali fokus pada memberikan keturunan."

"Saya tidak akan mengecewakan Anda," janji Karina, berdiri tegak di samping Gavin.

Gavin meraih tangan Karina. "Aku akan mengurus logistik dan pendanaan, Ratu. Kau, urus citra dan moralitas. Kita akan menghancurkan OmniCorp."

Malam itu, Gavin dan Karina meninggalkan rumah orang tuanya. Mereka kini memiliki sumber daya tak terbatas dari Klan Adhitama, tetapi mereka juga membawa beban harapan yang jauh lebih besar. yaitu Perang dengan OmniCorp baru saja dimulai, dan kali ini, seluruh dunia adalah medan perang mereka.

1
Glastor Roy
update ya torrr ku
Rxyzbca
bagus banget
Rxyzbca
lanjut Thor nungguin nihh
ryou
thor sumpah bagus banget ini novel, beda sama yang lain pada berbelit2, ini mah sat set ga muter2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!