Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.
“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.
Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
Artha benar benar mendampingi Dewi dalam keadaan apapun. Namun pria itu sudah tidak lagi melakukan sesuatu yang menyusahkan Dewi. Artha menyadari bahwa Dewi di keluarkan dari sekolahnya karena apa yang sudah dirinya lakukan yaitu mencelakai teman sekelas Dewi dulu.
6 tahun berlalu kini Dewi sudah beranjak menjadi gadis cantik dengan perawakan ideal. Tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu pendek. Tidak kurus juga tidak gemuk. Semuanya benar benar begitu pas pada sosok Dewi. Tapi wajah cantik alaminya benar benar terlalu berlebihan. Dewi bahkan banyak di taksir oleh seniornya. Artha sering kali cemburu karena banyak yang berusaha mendekati Dewi. Namun Artha berusaha menahan diri agar tidak mengulangi perbuatannya lagi yang bisa saja mencelakai Dewi.
“Aku heran deh sama kamu.. Kenapa kamu bisa berubah menjadi naga yang begitu besar. Padahal kamu begitu tampan.”
“Jadi maksud kamu aku menyeramkan kalau jadi naga, begitu?”
“Ups.. Aku nggak bilang begitu kan?” Dewi mengulum senyumnya. Gadis cantik itu berusaha menahan tawa melihat ekspresi Artha.
“Perlu kamu tau. Aku bisa berubah menjadi apa saja yang kamu mau.” Senyum Artha begitu percaya diri.
“Oh ya? Menjadi kupu kupu? Burung? Atau bahkan menjadi batu. Apa kamu benar benar bisa?”
Tanpa babibu, Artha pun merubah dirinya menjadi apa saja yang Dewi sebutkan tadi. Hal itu membuat Dewi terpana juga kagum dengan kehebatan pria di depannya.
“Wah.. Hebat hebat. Kamu benar benar sangat luar biasa.” Puji Dewi bertepuk tangan dengan senyuman lebarnya.
Artha tersenyum puas. Mendapat pujian juga tatapan kagum dari Dewi adalah hal yang sangat Artha sukai.
“Tapi...”
Suara deringan ponsel di tas selempang Dewi menyela apa yang hendak Dewi katakan. Itu membuat Artha mengernyit tidak suka. Artha tidak suka siapapun memotong pembicaraannya dengan Dewi.
Dewi mengambil benda pipih itu dari dalam tasnya.
“Sebentar, ibu telepon.” Katanya.
Artha menghela napas kasar. Dia melipat kedua tangannya di depan dada menunggu Dewi selesai berbicara dengan Sita lewat sambungan telepon.
“Kamu dimana nak? Ibu sudah buatkan makan malam kesukaan kamu. Pulang lah.” Ujar Sita lewat sambungan telepon.
“Ah iya Bu.. Dewi lagi sama temen. Ya sudah Dewi pulang sekarang.” Senyum lebar Dewi melirik Artha yang ada di samping nya.
“Ya.. Ajak sekalian teman kamu. Kita makan malam sama sama.”
“Oke..”
Dewi tersenyum lebar setelah sambungan telepon di matikan. Dia menatap Artha yang selalu begitu tampan dan sempurna di matanya.
“Ibu mengundang kamu untuk makan malam bersama.”
Artha menoleh dengan cepat. Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan mantap. Undangan makan malam Sita membuat Artha senang.
“Kalau begitu ayo kita pergi sekarang.”
Dalam sekejap Artha langsung berubah menjadi naga. Dewi yang melihat itu menepuk jidatnya. bagaimana mungkin dirinya pulang dengan menunggangi naga terbang. Kedua orang tuanya pasti akan shock bahkan bisa pingsan berdiri.
“Artha.. Ada hal penting yang harus kita lakukan dulu.” Desah Dewi.
Melihat Dewi yang tampak frustasi Artha pun kembali merubah wujud aslinya.
“Apa itu?” Tanya nya penasaran.
“Pertama kita nggak mungkin datang dengan penampilan kamu seperti ini.”
Artha menatap dirinya sendiri. Jubah serba putih, rambut panjang yang juga berwarna putih. Benar benar sangat tidak umum dengan manusia di bumi.
“Kedua, kita harus naik kendaraan. Misalnya taxi.”
Artha menghela napas. Menggunakan kendaraan bumi yang di buat oleh manusia tentu akan memakan cukup waktu mengingat posisi mereka sangat jauh dari rumah keluarga Dewi sekarang.
“Ketiga, kita harus beli baju dulu ke mall atau pasar buat kamu.”
Artha berdecak. Sesaat dia terdiam memikirkan bagaimana baiknya dia berpenampilan di depan Sita dan Doni.
Senyum Artha mengembang. Dia mengibaskan jubahnya dan BOM !!
Penampilan Artha berubah dalam sekejap. Pria itu mengenakan jaket kulit hitam, kaos oblong putih di lengkapi dengan jins hitam dan sepatu yang begitu pas membalut tubuh idealnya. Rambut putih panjang nya bahkan sekarang berubah menjadi hitam dan pendek.
Dewi terkejut. Gadis itu tidak menyangka Artha bisa melakukan hal yang tidak pernah sedikitpun Dewi bayangkan. Dewi yakin Artha tidak sedang melakukan pertunjukan sulap di depannya. Namun, keajaiban itu begitu nyata sekarang.
“Ah ya.. Masih ada yang kurang.” Senyum Artha menjentikkan jarinya.
Sekali lagi Dewi melihat keajaiban yang begitu nyata. Sebuah mobil mewah tiba tiba berada di hadapannya.
“waw...” Dewi tidak bisa berkata kata. Kata hebat saja rasanya tidak cukup untuk mendeskripsikan apa yang dia lihat sekarang.
“Kita pergi sekarang.” Senyum Artha.
Karena Dewi yang terus diam di tempatnya, Artha pun meraih tangan Dewi dan menuntunnya masuk ke dalam mobil mewah itu.
“Eh tunggu tunggu.. Emangnya kamu bisa bawa mobil?” Dewi yang mengetahui Artha bukan manusia seperti pada umumnya pun ragu. Buat bagaimana pun juga Dewi tidak ingin kehilangan nyawanya yang hanya ada satu.
Artha tersenyum lebar.
“Kita lihat saja. Pasang sabuk pengaman. Kita akan sampai dalam waktu singkat.”
“Artha please.. Ini nggak bisa di bawa bercanda Artha..”
“Ck, udah nurut aja.”
Artha yang sudah tidak sabar ingin bisa berkumpul dengan keluarga Dewi pun memasang sabuk pengaman pada Dewi kemudian mulai menghidupi mesin mobil itu. Mobil mewah tersebut melesat dengan kecepatan dahsyat.
Dalam waktu sangat singkat Dewi dan Artha sampai. Meski sempat bingung namun Dewi akhirnya maklum saja karena yang bersamanya bukanlah pria lain, melainkan Artha si pria yang serba bisa.
“Ayah, ibu.. Ini Artha, temannya Dewi.” Dewi memperkenalkan Artha pada kedua orang tuanya. Dia tersenyum manis berharap kedua orang tuanya tidak keberatan dengan hubungan pertemanan nya bersama Artha.
Sita dan Doni terdiam. Mereka jelas sekali masih mengingat wajah pria berjubah putih malam itu. Dan wajah itu kini kembali mereka tatap dari jarak yang lebih dekat. Meski penampilan nya berbeda, namun tatapan mata elang Artha masih sangat Sita dan Doni kenali. Apa lagi Sita yang memang sering mendapat teguran keras dari Artha secara tiba tiba.
Artha yang di perkenalkan oleh Dewi hanya diam dengan senyuman. Artha tau apa yang berada di pikiran Sita dan Doni.
“Yah.. Bu.. Kok malah pada bengong?” Tanya Dewi bingung.
“Ah ya, ya sayang.. Halo Artha, sa saya ibunya Dewi.” Sita gelagapan. Sosok itu kini benar benar muncul secara nyata dan jelas.
“Ini.. Ini suami saya. Doni.” Sambung Sita.
“Ya.. Salam kenal ayah ibu..” Angguk Artha dengan begitu tenang.
Dewi menatap kedua orang tuanya secara bergantian. Entah kenapa Dewi merasa ada yang aneh dengan sikap tidak biasa ayah dan ibunya. Apa lagi Sita juga tampak gugup dengan suara gagap saat memperkenalkan diri pada Artha.
“Apa mungkin ayah sama ibu tau siapa Artha?” Batin Dewi bertanya tanya.
TBC