NovelToon NovelToon
Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Jenius Tampan Incaran Badgirl Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:996
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Rey... Reyesh?!"

Kembali, Mutiara beberapa kali memanggil nama jenius itu. Tapi tidak direspon. Kondisi Reyesh masih setengah membungkuk layaknya orang sedang rukuk dalam sholat. Jenius itu masih dalam kondisi permintaan maaf versinya.

"Rey... udah ya! Kamu udah kumaafkan, kok. Jangan begini dong. Nanti aku nya yang nggak enak kalo kamu terus-terusan dalam kondisi seperti ini. Bangun, Rey!" pinta Mutiara dengan nada memelas, penuh kekhawatiran.

Mutiara kini berada dalam dilema hebat. Bingung mau berbuat apa.

Ditengah kondisi dilemanya itu, ia lihat sebutir air jatuh dari wajah Reyesh. Diiringi butir lain perlahan berjatuhan.

"Rey... ka-kamu nangis, ya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 05 - Mencari Mentor Jenius

"Nggak kok, Mut. Dia emang misterius karena punya jalan tikus sendiri. Itulah yang membuatnya punya julukan misterius. Aslinya, tetep manusia biasa seperti kita, kok." Zeeva menambahkan.

"Lantas, julukan jeniusnya didapet dari mana?" Mutiara belum menyerah dengan rasa penasarannya.

"Ya, karena IP semester satunya 4.00, Mut. Ditambah, nilai akhir setiap matkul rata-rata diatas 90 semua. Menurut gue, dia udah bukan manusia lagi, deh!" cetus Allyna seenaknya.

"Iya, gue juga sepakat. Itu orang pasti ngumpetnya aja dipake buat belajar dan ngerjain soal. Nggak punya temen. Introvert." sambung Zeeva.

"Stop! Udahan gosipnya. Kalian daritadi ngoceh, cuma tau informasinya segitu doang? Mukanya kayak gimana? Ada yang punya fotonya? Masa iya gegara satu orang doang kita harus ke rektorat sih buat ngubek-ubek informasi tentang dia?" ujar Mutiara.

"Tenang aja, Mut. Kalo nggak salah, gue masih nyimpen fotonya. Ini juga dapet dari temen gue." Lalu, Zeeva mengirim foto itu kepada Mutiara.

"Oh, yang ini orangnya." ucap Mutiara setelah melihat wajah Reyesh.

"Gimana? Lu kenal dia? Atau inget pernah ketemu di suatu tempat?" tanya Zeeva.

"Ng-nggak juga sih, Va. Cuma, ya harus gue inget terus. Beneran nih dia bakal bantu gue naikin IP sampe 4.00?" Mutiara masih ragu dalam ucapannya.

"Seratus persen, gue yakin." jawab Zeeva.

"Gue juga. Seribu persen!" sambung Allyna.

"Oke deh kalo lo berdua udah seserius itu ngasih rekomendasi ke gue. Tinggal satu masalah lagi."

"Apa, Mut?" Zeeva kebingungan.

"Gue sampai sekarang nggak tau tempat nongkrongnya, nggak tau kebiasaan dia ada di mana. Jadi bingung mau nyari juga. Besok udah libur weekend. Kalo nunggu sampai senin, keburu badmood gue nya!" ucap Mutiara.

"Gue inget satu hal, sih. Banyak yang bilang, kalau dia sering di perpus kalo lagi weekend. Bisa seharian. Kan perpus kita buka sampai jam 9 malem tuh. Bisa lo coba dari titik itu, Mut." Allyna memberikan saran.

"Lo yakin? Atau cuma ngarang doang, Na?" selidik Mutiara. Walau bagaimanapun, sisa dua hari harus ia maksimalkan untuk mencari mentor jenius itu.

"Yaelah, Mut. Lo ama sahabat sendiri aja masih nggak percaya, gimana mo dapet pacar ntar. Yang ada, semua lelaki cabut kalo tau karakter asli lo yang satu ini." protes Allyna, merasa bantuannya masih tidak dipercayai oleh Mutiara.

"U...tuk-utuk-utuuk... Sini sayang pe-luk dulu. Hehe. Lo mah dibercandain begitu aja ngambek, Na. Sorry deh." Mutiara meminta maaf sambil merangkul Allyna.

Awalnya, Mutiara meminta kedua sahabatnya itu agar ikut bersamanya mencari sosok Reyesh. Namun, Zeeva dan Allyna sudah memiliki agenda sendiri dan tidak enak jika harus dibatalkan.

Alhasil, Mutiara harus tegar dan semangat mencari sosok mentor jenius yang akan membantunya menggapai nilai 4.00, sendirian dan seharian.

 

Esok paginya, Mutiara panik bukan main. Terang saja, ia kesiangan!

Perpustakaan sudah buka pukul 08.00, sementara sekarang sudah 08.35. Belum lagi siap-siap, make up, dan hal rumit lainnya.

"Ah, si-alan!" ketusnya mengutuk diri sendiri.

Setelah semuanya siap dan rapi, Mutiara melangkah cepat menuju perpustakaan kampus, matanya berbinar penuh semangat, diiringi was-was penuh kekhawatiran.

Hari ini, ia bertekad mencari Reyesh, salah satu mahasiswa paling jenius di angkatannya, yang mampu meraih IPK 4.0 pada semester pertama. Sahabatnya sudah berkali-kali bercerita bahwa Reyesh adalah sosok jenius yang selalu berada di perpustakaan hingga larut malam.

Mutiara sudah mempersiapkan catatan dan daftar pertanyaan untuk Reyesh apabila bisa bertemu, berharap bisa mendapatkan bimbingan langsung darinya. Itupun, jika Reyesh berkenan dan menerima tawaran Mutiara. Jika tidak, gadis cantik ini belum mempersiapkan kemungkinan lainnya. Bahkan, Reyesh adalah opsi satu-satunya dan harapan yang ia miliki. Trik atau tawaran apapun akan dilakukan Mutiara, asalkan Reyesh kelak mau menjadi mentornya.

Bagi Mutiara, kesempatan belajar dari orang secerdas Reyesh adalah sebuah keistimewaan yang tak boleh disia-siakan. Ia bahkan sudah membayangkan bagaimana dirinya akan mendapatkan nilai sempurna di setiap mata kuliah. Memikirkannya saja sudah membuat Mutiara senyam-senyum sendirian.

Namun, apakah semudah itu menemukan seseorang seperti Reyesh?

Sesampainya di perpustakaan, Mutiara langsung mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Ia tidak boleh menghabiskan waktu. Rak-rak buku yang tinggi menjulang menyambutnya, diikuti suara lembaran kertas yang sesekali dibalik oleh para mahasiswa yang sedang membaca.

Mutiara mulai berjalan di antara lorong antar jenis buku, mengamati setiap mahasiswa maupun mahasiswi yang duduk dengan buku terbuka di hadapan mereka. Beberapa mahasiswa, nampak serius mengetik tugas atau laporan laptop. Sementara lainnya, sibuk mencoret-coret catatan di buku mereka.

Tak ada satu pun dari mereka terlihat mirip atau menyerupai sosok jenius Reyesh, dari foto yang dikirim sahabatnya.

Mutiara menggigit bibirnya, sedikit menampilkan kekecewaan, karena tidak berhasil menemukan sosok yang ia cari dalam dua jam pertama di perpustakaan kampus itu.

Namun, ia tidak mau menyerah begitu saja. Kemudian, Mutiara memilih untuk bertanya langsung kepada orang-orang di sana.

Mutiara menghampiri seorang mahasiswi berkacamata yang sedang khusyuk membaca buku tebal, tentang fisika kuantum.

"Maaf, saya boleh izin bertanya?" katanya dengan suara pelan sambil berisik, agar tidak mengganggu suasana tenang di perpustakaan.

Mahasiswi itu mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil, "Oke. Tentu, ada yang bisa aku bantu?" tanyanya ramah.

"Aku sedang mencari mahasiswa tingkat satu, bernama Reyesh. Katanya dia sering berada di perpustakaan ini, apakah kamu pernah melihatnya?" tanya Mutiara dengan penuh harap.

"Aku tidak terlalu memperhatikan orang-orang di sini. Mungkin kamu bisa bertanya kepada staf perpustakaan di sebelah sana." jawab mahasiswa itu dengan menggeleng pelan, sambil menunjukkan Mutiara tempat staf perpustakaan bekerja.

Mutiara mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum beranjak ke meja petugas perpustakaan.

Salah satu staf perpustakaan yang bertugas hari itu adalah seorang pria paruh baya, mengenakan berkacamata tebal. Ia tengah sibuk mencatat daftar peminjaman buku saat Mutiara mendekat.

"Permisi, Pak," sapa Mutiara dengan sopan.

Pria paruh baya itu lalu menoleh ke arahnya dan tersenyum ramah, "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Saya sedang mencari mahasiswa bernama Reyesh, Pak. Kata teman saya, dia sering berada di sini sampai larut malam," jelas Mutiara.

Pria itu tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya menggelengkan kepala.

"Saya tidak terlalu mengenal nama-nama mahasiswa yang datang ke sini. Tapi kalau memang dia sering di sini, mungkin kamu bisa mencarinya di bagian belakang perpustakaan, biasanya lebih sepi," ujar petugas tersebut, memberikan saran kepada Mutiara.

Mutiara mengucapkan terima kasih dan segera menuju bagian yang dimaksud.

Langkah Mutiara semakin cepat saat memasuki area belakang perpustakaan yang lebih sunyi. Cahaya di sana lebih redup dibandingkan area utama, dan hanya ada beberapa mahasiswa terlihat sibuk dengan buku mereka masing-masing.

Namun, tak satu pun dari mereka tampak seperti mahasiswa jenius yang ia cari.

Bersambung......

1
Musri
awal yg bagus...
alfphyrizhmi: thanks kaaakk... ditunggu terus ya. nanti sore akan update lagi.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!