seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.
kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.
Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.
Akankah mereka menemukan tempat tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arah Pertama
"tunggu sebentar." Naurah mengambil ponselnya, lalu melakukan sesuatu.
Tidak lama kemudian, sepertinya ada gambar yang dibuka Naurah di ponselnya. Dia mencocokkan gambar itu dengan catatan.
Aku dan kakek, bahkan yang lainnya juga kaget, bagaimana dia bisa punya foto bahasa itu? Kami semua tertarik, jadi melihat ke dalam ponsel Naurah.
"ini kek, kalau kakek mau coba menerjemahkan catatannya." Naurah meminjamkan ponselnya ke kakek Bahram.
Kakek menerimanya, lalu dengan semangat mulai mencoba menerjemahkan tulisan di bagian belakang catatan itu.
"Bagaimana kamu bisa mendapatkan foto itu? Aku bahkan sudah mencarinya di ponsel, dan tidak ketemu." aku tertarik, bertanya ke Naurah.
"aku ikut komunitas online tentang sejarah Alean, jadi menemukannya bisa lebih mudah." Naurah menjelaskannya.
"tuh kan, sudah kubilang kamu bisa berguna disini." Elysia berkata, lalu tertawa di akhir kalimatnya.
Bhanu dan Eron sedang di dekat kakek, memerhatikan kakek yang menerjemahkan catatannya.
"baik, sekarang sudah bisa kita baca." kakek berkata, kami semua mendekat untuk melihatnya.
"Lokasi Laboratorium ini juga dirahasiakan dengan ketat. Ini adalah buku untuk ilmuwan yang baru mau bergabung ke laboratorium. Karena jalannya cukup sulit, ini juga bisa jadi ujian agar para ilmuwan yang datang sudah cukup ahli.
Kertas yang menunjukkan lokasi laboratoriumnya terbagi menjadi empat. Yang pertama ada di gunung Khortna, tepatnya di buku yang ada di pos En-ther 1.Yang kedua ada di gedung apartemen Guikos. Yang ketiga ada di pelabuhan Otto-kra. Dan yang terakhir, ada di tambang Hoikro."
Aku dan yang lain tersenyum, termasuk kakek. Ini akan menjadi petualangan yang seru.
"Oke, Zamir, kita akan ke gunung Khortna. Karena itu yang memang berada di paling dekat dengan kita. Kalau kalian, apakah mau ikut? Kita akan pergi saat malam kalian libur." kakek menawarkan mereka.
"tenang saja, kakek akan tanggung jawab jika terjadi apa-apa dalam perjalanan kita." kakek menambahkan.
"aku ikut! Kalau Naurah juga ikut, jadi... Naurah, apa kamu ikut?" Elysia bertanya ke Naurah.
"baiklah... Tapi nanti aku coba izin ke orang tuaku dulu." Naurah berkata.
"Kalau kalian, apakah kalian mau ikut?" aku bertanya ke Bhanu dan Eron.
"aku ikut, ini akan seru." Eron berkata.
"sepertinya aku tidak ikut Zamir, malam libur biasanya aku ikut dengan keluargaku berburu babi hutan menggunakan anjing." Bhanu berkata.
"baiklah, tidak masalah, semangat berburu babi hutannya nanti, kami akan coba ceritakan pengalaman kami di hari seninnya." aku berkata, Bhanu mengangguk.
"jadi, kita mau pergi malam apa?" kakek bertanya.
"malam minggu?" aku bertanya ke yang lain.
"sepertinya jangan, hari minggunya aku dan Elysia mau ke gereja, jika kita pulangnya kesiangan jadi bisa bermasalah." Eron berkata, Elysia mengangguk juga.
"jadi, sepertinya yang terbaik malam sabtu, kalian libur kan hari sabtunya?" kakek bertanya.
Kami semua mengangguk.
"bagus, kita pergi di hari jum'at sore, kalau soal tendanya kakek punya dua yang bisa terhubung, ukuran 2×2 meter masing-masing tenda, itu sudah lebih dari cukup, sisanya kalian tinggal siapkan saja." kakek berkata, mereka mengangguk.
Karena sore hari mulai hendak berganti ke malam, langit juga sudah mulai berwarna sedikit jingga karena sinar matahari. Mereka sepakat untuk pulang ke rumah masing-masing, sisanya tinggal menunggu hari.
Keesokan harinya, aku berjalan-jalan di waktu subuh lagi bersama kakek karena sudah tidak perlu mencari buku penerjemah lagi, kami menikmati pagi dengan lebih tenang.
Di sekolah tidak banyak hal spesial, dengan seragam batik warna coklat senada. Di sekolah juga aku dan teman-temanku lebih banyak membahas tentang petualangan kami di malam sabtu nanti. Mengenai persiapan, dan sebagainya, Naurah juga berkata dia diizinkan ikut selama berkabar pada saat tertentu.
Dan sepulang sekolahku, ternyata kakek sedang mencoba merakit motor dari bahan-bahan di gudang lamanya.
Gudangnya itu cukup luas untuk sekelas gudang, barang-barang yang disimpannya banyak.
Jadi sepanjang hari aku menolong kakek membentuk motornya.
Lalu saat malam hari, ayah juga ternyata tertarik ikut. Jadi kami membangun motornya itu bertiga. Memang di rumah kakek belum ada kendaraan lain selain mobil off roadnya.
Di esok hari, tepatnya di hari kamis, motornya sudah jadi. Cepat juga ternyata, padahal kami hanya mengandalkan pengetahuan terbatas kami dan informasi dari internet.
Tapi motor yang jadinya bagus juga. Motor kopling.
Karena sudah jadi satu, kakek malah tertarik membuat lagi.
"apakah kamu pandai pakai motor Zamir?"
"iya, saatku dikota memang bisa, yang kopling juga aku bisa." aku berkata, motor kami memang tidak dibawa, ada beberapa orang saudara yang gantian tinggal di rumah kami juga.
"bagus, apa kamu mau motor sendiri juga?" kakek berkata.
"boleh aja, tapi bahannya apa masih ada?" aku bertanya lagi, memastikan.
"kalau soal itu tenang saja, nanti jika ada bahan yang kurang bisa coba kita beli." aku mengangguk akhirnya setuju.
Di keesokan hari jum'atnya. Di sekolah aku dan teman-teman sepakat kalau kami akan kumpul dirumahku jam empat sore. Nanti kami sama-sama pergi ke gunungnya.
Setelah sholat jum'at, aku langsung menyiapkan barang-barangku. Kakek juga sudah menyiapkan perlengkapannya sejak awal.
Setiap malam biasanya saat aku sudah tidur kakek bilang dia merancang petanya.
"kakek biasanya ke pos En-Ther 2 ketika ke gunung itu, jadi sebenarnya kakek juga belum pernah ke En-Ther 1, karena untuk kesana caranya rumit, tapi jika sudah punya tujuannya, kakek akan tetap kesana." begitulah kata kakek di sela saat dia berkemas tadi.
Kakek membawa tas coklat tua, sedangkan aku membawa tas abu-abu gelap.
Tadi aku juga sudah buat kesepakatan di grub chat kami. Kami akan pakai mobil off road kakek nanti, jadi posisinya pas, dua orang di depan dan tiga orang di bagian belakang.
Ransel yang kakek bawa cukup padat, untuk ukuran satu malam ransel itu sudah lebih dari cukup. Kakek juga menyuruhku pakai jaket karena kalau malam hari bisa jadi dingin, aku yang baru tau soal gunung menurut saja, bisa jadi banyak manfaatnya.
Kakek juga mengajarkanku tentang hewan-hewan yang bisa berbahaya di gunung itu. Diajarkan juga menanganinya lebih baik lari atau bunuh, aku juga tidak disuruh pisah dari kelompokku.
Hal itu juga disuruh diberi tau ke teman-temanku agar kami tidak sampai terpisah ketika sudah digunung itu, karena bisa jadi masalah besar jika memang ada yang tersesat.
Saat adzan ashar sudah berbunyi, aku dan kakek pergi ke surau terdekat untuk sholat sebelum nanti akan pergi ke gunung itu.