Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.
Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?
Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Setelah beberapa janm lamanya.
berjuang dalam kondisi tak berdaya, Jansen akhirnya berhasil merasakan kemhali kekuatan di kakinya, la berpikir dengan ngeri, "Sial, hukuman
pertama saja seperti ini, padahal ini harya untuk tugas harian. Bagaimana jika ada tugas yang lebih berat? Apakah mungkin salah satu anggota tubuhku
akan hilang nantinya?" Bergidik
merinding, Jansen bersumpah dalam
hati, "Aku tidak akan lagi mengabaikan
misi, sekecil apapun itu.
Setelah itu, Jansen pergi mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Lalu, dia mengecek status dirinya sekarang
Narma: Jansen Gillard
Poin Utama: 100
Kekuatan: 70
Kelincahan: 70
Semangat: 70
Keterampilan: Teknik Tapak Naga
Inventory: Tidak Ada
Dana: 1.004.200.000.
Ehm... Benar-benar melampaui dugaan, statistik ini gumam Jansen dalam kagum dan terheran-heran. Vang sebesar satu miliar yang didapat
dari Kotak Misteri seolah membuatku terlepas dari kenyataan. Aku merasa seperti terbang di udara tanpa hambatan apa pun!"
Jansen kemudian mengambil
ponselnya dan mencoba menghubungi seorang. Nammin, jawaban yang is terima hanyalah suara otomatis, Nomor yang Anda tuju berada di
huar area
Frustasi dan bingung. Jansen tak
tahu harus berbuat apa. Terdiam sejenak, ia merenung tentang langkah berikutnya yang harus diambil dalam
petualangannya yang baru saja dimnilai.
Thu, dimana sebenarnya kamu?
Kemana aku harus mencarimu?"
Hatinya meronta, merindukan hangat
pelukan Ibunya. Sejak kecil Jansen
selalu terbiasa bersama Sandra, Ibunya
yang pernah kasih sayang
"Aku harus menggunakan uang ini
untuk menemukan Ibu. Kata tetangga,
Thuku diculik oleh orang dengan plat
mobil berinisial B. Kemungkinan besar
di Jakarta. Meski masih ada
kemungkinan lain, aku yakin inilah
sautnya pergi mencarinys."
Membulatkan tekad, Jansen tidak
peduli akan kesulitan dan rintangan
yang akan dihadapinya. Dia ingin
mencari Ibunya walau hanya berbekal
informasi yang minim. "Aku pasti akan
menemukanmu, thu. Tunggulah aku.
sandarkan hatimu padaku."
Jansen keluar dari kediamannya
dengan langkah mantap. ta kemudian
menghubungi Ojek yang sebelumnya
mengantarkannya pulang, setelah
mendapatkan kontak Whatsapp abang
Ojek itu pada malam sebelumnya.
"Pak Radi, bisakah Anda
menjemput saya?" ucap Jansen saat
menelpon dengan suara penuh harap.
"Orw, Boul" sahut Pak Rudi
bersemangat, menghidupkan mesin
motor melaju dengan kencang.
Jansen telah bersiap meminggu di
depan gertang, dan tak lama kemudian
Pak Rudi tiba di sana, "Bos, selamat
pagil" sambut Rudi dengan pemah
antusiasme.
Ini adalah pertemuan mereka yang
kedua dan pada kedua kesempatan itu,
Jansen memberi upah yang lebih dari
cukup. Rudi merasa beruntung.
"Pergi ke Bandara," perintah
Jansen singkat
"Oke, Bos, sahut Rudi tanpa
banyak tanya. Ia tidak begitu mengerti
mengapa Jansen memilih dirinya
sebagai sopir, padahal dengan kekayaan
yang dimiliki Jansen, menyewa takai
bukanlah masalah bagi pria tersebut.
Narman Rudi merasa senang,
karena bagi dia, kehadiran Jansen
membawa hoki baginya.
Setelah berjalan selama tiga puluh
menit, mereka tiba di Bandara
Syamsuddin. Jansen memberi Pak
Rudi sejumlah uang yang jauh lebih
besar dari tarif yang seharusnya
diterima. "Terima kasih banyak, Bos,
ujar Rudi dengan rasa syukur
Jansen melambaikan tangan
sebelum berlalu masuk ke handara. Puk
Rudi menghela napas, takjub dengan
kebaikan hati Jansen.
Sungguh menyenangkan,
mengantar hanya dua puluh kilometer
saja diberi upah 500 ribu! Ini benar
benar reseki nomplek. Semoga dia
selalu berbagi seperti ini dan hidupnya
akan tambah nyaman!" doa Rodi sambil
tersenyum sumringah, berharap
keberuntungan yang sama akan terus
menyertainya di kemudian hari.
Pesawat melaju di angkasa,
kemudian mendarat dengan sempurna
tanpa gangguan atan masalah yang
menghampiri.
Seorang pria berpenampilan
mewah, mengenakan jam tangan di
pergelangan tangan kanan, rambut
tertata rapi, dan membawa tas kecil di
punggungnya, tampak begitu tampan
dan karismatik
Namun, tak ada seorang pun yang
mengenalnya, sebab bukan sosok artis
yang dikenal di sana. Dialah Jansen,
yang datang ke Jakarta dengan misi
mencari ibunya yang hilang.
Berkaki gelagapan di tengah hiruk
pikuk kehidupan kota Jakarta, Jansen
merasa seperti butiran debu yang
terhempas oleh angin takdir. Ia pere
bahwa takdir akan menuntun
langkahnya menuju tempat yang ia
cari
Bagaimanapun, ia harus
meyakinkan diri untuk terus
melangkah demi mendapati ibunya.
Jansen membeli tiket cukup besar.
1945.000
Keluar dari bandura, Jansen
terdiam sejenak, terpaku menyaksikan
aktivitas kota Jakarta yang lebih padat
daripada Kota Banjarmasin tempat
asalnya, Sebuah kata yang mendesak
keberaniannya terucap dari bibirnya,
Jadi, kemana langkahikos harus ku
arahkan?
Sebuah koin seribu rupiah, yang la
temukan secara tidak sengaja di
Jalanan, tampak sedang digelitiknya di
ujung jemarinya, Seraya merenungi
nasib yang tidak pasti, Jansen
mencoba menggali keyakinan dalam
diri untuk menghadapi liku perjalanan
mendatang.
Saat dia tengah merenung, tiba
tiba dari belakang ararorang menabrak
tubuhnya. Namun, bukan dia yang
terjatuh. Alih-alih, orang yang
menabraknya lah yang jatuh. Kejadian
itu sentak menarik perhatian hanyak
orang di sekitarnya. "Apa yang kamu
lakukan? Mengapa menabrukku?"
Jansen bertarga dengan nada bingung
Dia berusaha menahan emosi,
mengingat bahwa berada di tempat
asing tidak boleh membuat dirinya
arogan. Lagipula, ibunya selalu
mengajarkannya untuk bersikap.
lembut.
Orang itu tidak menjawab, dan
malah tampak gugup, la segera bangkit
dan berlari menjauh dari Jansen.
Namun, sebuah teriakan memecah
suasana, "Halangi dial Seruan itu
memancing keingintahuan Jansen
yang semakin membara. "Analisis!"
Jansen meminta bantuan pada sistem
yang ia miliki.
DING
Darto. Bandur Narkoba.
Setelah membaca informasi
tersebut, Jansen langsung melaju
mengejar Durto dengan kecepatan
penuh.
Saat mudah berada di jarak yang
tepat, dia menendang Darto dari
belakang. Brakt Tubuh Durto
terhempas dan tersungkur di tanah
dengan keras.
Dengan langkah pasti dan pernah
keyakinan, Jansen berdiri dan berjalan
mendekati Darto yang masih terkapar
di tanah.
Dari kejauhan, beberapa orang
terlihat mendekat dengan napas
ternengal-sengal. Mereka nampak
menyadari apa yang telah dilakukan
oleh Jansen. Seorang wanita di antara
mereka angkat bicara, "Terima kasih
banyak. Bisakah kamu membuat
laporan nanti di kantor? Tanyanya
lembut namun bersahabat.
Jansen mengamati wanita
Tersebut, lalu pandangannya beralih ke
bagian dadanya yang tertulis tag nama,
Dengan senyum samar, ia membara
nama yang tertera, "Nama yang bagus,"
ujar Jansen, merasa ada sebuah
kehangatan melintas dalam benaknya.
Wanita itu, Alyssa, sempat merasa
marah saat bagian dadanya di tatap
oleh Hanam. Tubuhnya memang
memikat, terlebih boba yang terlihat
besar. Seragum yang agak ketat
menduatnya terasa lebih menonjol.
Alysa kadang mengikatnya meski
sempat merasa sesak
Namun, kemarahannya mereda
saut menyadari wajah tampan Jansen
yang terus memandanginya, seolah
mengikat jiwanya. Entah mengapa.
peraman itu muncul tiba-tiba
Tiba-tiba, sebuah suara memecah
keheningan, "DING...
Misi menangkap Bandar Narkoba
selesai. Selarnat, Anda mendapatkan
Kotak Perak."
Jansen sama sedi tidak
menyangka akan mendapatkan hadiah,
sebab tak ada misi yang mesti
diselesaikan sebelumnya. Namun,
kemungkinan ini adalah misi dadakan,
pikirnya.
Mengapa kama terus menatapku
seperti itu? Tanya Alyssa dengan nada
curiga. la langsung mengambil tangan
Jansen yang terangkat tinggi, padahal
saat itu Jansen tengah menatap layar
hologram dan hampir saja mengklik
Kotak Hadiah. Alih-alih
melakukannya, tangannya malah
hampir menyentuh boba milik Alyssa,
Alyssa tampak marung dan merass
dilecehkan. Dengan lincah, is
memelintir tangan Jansen dengan
keras
"Akh seru Jansen, terkejut akan
aksi gadis itu,
Akan tetapi, meski Alyssa
memaksa, ia tak mampo membuat
tangan Jansen berputar ke belakang.
Dalam hati, ia harus mengakui bahwa
tangan Jansen memang kokob hak
tang baja, seolah tak tergoyahkan
meski telah dipelintir dengan kuat.