Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.
"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.
"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.
***
Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.
"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.
"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Julukan Gadis Nakal
Dean mengangkat ponselnya setelah dia rasa suasana sepi, dia memilih di belakang bar di tempat yang sepi dan tanpa kebisingan.
"Ada apa kek?" Tanya langsung Dean tanpa basa - basi pada kakeknya yang menelfonnya.
"Bukankah meetingnya sudah selesai ? Di mana kamu Dean?" Mendengar itu, Dean memijit keningnya karena sifat kakeknya yang menurutnya terlalu posesif untuk pria seusianya.
"Kakek.. aku sudah dewasa. Tidak perlu menanyakan akan hal itu. Aku sedang bersama temanku" jawab Dean yang dengan sedikit penekanan. Dia merasa kesal karena terlalu ikut campur.
"Siapa? Wanita ? Baguslah jika kamu mulai berkencan" tutur William terdengar dengan nyaring dan kekehan di akhir kalimatnya. Ada angin segar yang dia bayangkan akan kemajuan puteranya.
"Kakek ! Temanku pria. Dia akan segera menikah. Kami hanya reuni kecil - kecilan dan berbincang sebentar" ucap Dean menyangkal. Jika tidak diperjelas maka kakeknya akan mengulik lebih jauh lagi.
"Temanmu akan menikah ? Kamu kapan Dean?" Pertanyaan membosankan lagi yang entah sudah tidak terhitung kesekian kalinya.
"Aku akan menikah ketika sudah menemukan wanita yang cocok denganku. Sudah ya kek" ucap Dean yang tak sopannya langsung menutup panggilannya.
Sorot matanya tajam dan sedikit menggerutu kesal karena pada akhirnya desakan tentang pernikahan lagi yang harus dia terima.
***
Naomi memegangi perutnya, dia baru saja memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Dia menyadari terlalu banyak minum. Perutnya tidak siap akan itu. Naomi mengeluarkan minyak aroma terapi yang dia bawa di tas kecilnya. Menghirupnya untuk menyegarkan dirinya dan mengikis rasa mualnya.
"Aduh.. aku harus mengajak Jeanne pulang" gumamnya seraya memegang perutnya dan melenggang menuju ke luar toilet.
*BUGH*
"Ahh .. maaf aku tidak sengaja" ucap gadis itu yang merasa bersalah karena tidak fokus karena ada mual yang masih dia rasakan.
Pria yang dia tabrak hanya menatapnya sekilas tanpa membalas permintaan maaf yang diberikan oleh gadis itu. Pria yang tidak sopan melenggang begitu saja.
"ck.. gadis nakal" desisnya yang cukup terdengar di telingannya. Naomi yang mendengar itu menganga dan seketika rasa mualnya teralihkan karena emosinya yang siap meledak.
"Hei apa kamu bilang? Aku mendengarnyaaa " Naomi mengejar langkah pria itu dengan menarik bagian lengan kemeja yang dia kenakan. Pria itu terhenti dan menatap heran, mengerutkan keningnya dan menatap Naomi dari atas sampai bawah.
"Bukankah ucapanku benar ?" Seolah menantang. Rupanya cukup membuat Naomi kehabisan kata - katanya. Dia menganga dan menggelengkan kepalanya. Rupanya memang pria modelan seperti ini memang ada di dunia ini. Dia yakin ini satu spesies dengan mantan kekasihnya.
"Jangan belaga sok benar. Kau juga datang kesini bukankah untuk menyewa jalan* untuk memuaskanmu?" Sindirnya dengan tuduhan kasar tidak berdasar.
"Aku tidak waktu meladeni gadis nakal sepertimu" ucapnya dengan enteng, dia kembali berbalik dan melenggangkan kakinya.
Naomi tak hanya diam begitu saja, dia menarik kembali lengan pria itu. Ada kekesalan dan amarah. Perkara dia tidak sengaja menabrak saja harus sampai berujung penghinaan. Ini tidak adil karena bibirnya sudah meminta maaf sedari tadi.
"Kau tidak berfikir mengajakku tidur bukan?" Sindirnya dengan seringainya.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku. Aku tidak suka di atur. Apagi om om tua sepertimu yang menyebalkan" ucap Naomi balik mengejek pria itu. Lontaran kasar yang seharusnya setimpal dia terima.
"Om - om ? Apa dia bisa menebak usiaku tahun depan menginjak kepala tiga?" Dean bergumam dalam hatinya. Menebak - nebak kemungkinan yang ada.
"Aku juga tidak memiliki selera dengan wanita pendek sepertimu" ucapnya lagi lalu meninggalkan Naomi yang hanya terdiam dan terkejut.
"Heii om ! Tinggiku seratus enam puluh cm bukan termasuk golongan pendek . Aishh menyebalkan" kesalnya dengan memukul angin.
***
"Terima kasih banyak tuan William, sayang dengan senang hati menerima ini. Terima kasih sudah mempercayakan saya untuk bekerja disini" tutur Grace pada William yang duduk di depannya.
Pagi - pagi sekali saat membuka emailnya. Dia melihat pesan masuk yang berisikan tentang keputusan Gr.Hospital dalam penerimaan pemindahan tugasnya dari Rumah Sakit lain.
Pencapaian sudah di dapat, kini Grace resmi di pindahkan ke Gr.Hospital. Rumah Sakit besar yang berada di bilangan London dan tidak memerlukan banyak waktu dari rumahnya. Hanya sekedar dua puluh menit.
Berbeda dengan tempatnya bekerja yang harus memakan waktu hampir satu jam perjalanan.
"Bakat dan riwayat pekerjaanmu cukup baik, aku tidak akan menyia nyiakan generasi muda sepertimu" ucap William yang menyanjung wanita muda yang duduk di hadapannya.
"Bagaimana kabar ayah dan ibumu"? Susulnya lagi yang memberikan keleluasaan akan topik pembicaraan yang lain. "Kabar baik tuan William" jawab Grace dengan memberikan senyumnya.
"Sudah lama aku tidak bertemu dengan ayahmu. Dia pasti masih sangat sibuk bekerja" tuturnya menerka - nerka yang pada akhirnya diberi anggukan oleh Grace.
"Iya, papa masih aktif bekerja." Jawabnya melengkapi.
"Kamu masih single?" Pertanyaan yang terdengar samar dan sampai - sampai harus perlu mendengar kembali.
"M-maaf?" Tanya Grace yang merasa kebingungan.
William mengamati akan kecerdasan yang dimiliki Grace begitu juga dengan karirnya yang terbilang bagus diusianya. Sebelum memberikan keputusan akan kepemindahan Grace yang dia kenal sebagai putri dari rekan kenalannya. Dia sudah membaca identitas dan riwayat Grace yang dikirim oleh Rumah Sakit tempatnya bekerja sebelumnya.
Usianya hanya terpaut dua tahun lebih muda dari cucunya. Berkarir di Rumah Sakit yang sama. Seharusnya ini menjadi peluang yang baik.
"Apakah kamu sudah memiliki kekasih?" Tanya lagi William dengan menjamblangkan lebih jelas.
"B-belum tuan. Saya belum berfikir ke arah sana" jawabnya dengan ragu. "Pas sekali, cucuku juga masih sendiri. Kamu tahu Dean kan?" Tanya William mulai ke ranah pribadi.
"Iya tahu tuan" jawab Grace dengan sedikit menunduk. Siapa yang tidak mengenal Dean. Di kampus dia sangat populer, selain kecerdasan dan ketampanannya. Dia terkenal karena menjadi penerus resmi Gr.Hospital.
"Cobalah kalian berkenalan dulu. Siapa tahu satu sama lain menemukan kecocokan." Kalimat yang diucapkan oleh William cukup membuat Grace tersenyum tipis dan merasa malu.
"S-saya merasa tidak pantas" penuturan Grace yang spontan membuat William tertawa. "Hei apa yang kamu katakan Grace. Baiklah.. aku akan menawarkan makan malam bersama dengan keluargamu. Tidak salah bukan melangsungkan perkenalan antar dua keluarga?" Tanya William dengan kedua tangan yang mengepal dan bersahutan. Kursi duduknya dia putar - putar seraya mengutarakan.
"Tentu tuan, saya dengan senang hati mewakili keluarga saya menerima jamuan bersama." Tutur Grace dengan sopan. Dia mengulum senyumnya, menyembunyikan pipinya yang berseri - seri.
"Ya ya itu bagus. Aku akan menghubungi ayahmu nanti" ucap William yang sudah mengambil keputusan.