Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Asinan Mengingatkan Pada Aika
Motor Lahat sudah tiba di depan kediaman Sakala. Di depan halaman rumah, sudah disesaki motor dan mobil.
"Masuk Bang." Sakala sudah menyambut dengan sumringah. Lahat masuk sembari mengucap salam. Di dalam juga sudah ada Arka dan istrinya serta rekan Sakala yang lain.
"Kenapa nggak dibawa istrinya, ngebujang saja hoby Abang ini. Jangan-jangan lagi marahan, ya?" tebak Sakala.
"Mana si tampan?" Lahat mengalihkan pertanyaan Sakala dengan menanyakan Ardala.
"Dia sedang dikelon sama mamanya."
"Jam segini sudah dikelon," ejek Lahat.
"Kan nanti malam, aku yang giliran dikelon," bisik Sakala sembari tersenyum. Lahat tersenyum kecut, membayangkan keromantisan Sakala bersama istrinya.
"Om Dallas, apa kabar? Masih tampan saja Om, pantas saja Tante Syafana gelendotan terus di tangan Om," goda Lahat sembari menyalami Dallas dan Syafana. Di belakangnya Dalfas dan Syafina tengah menikmati makanan.
"Kabar om baik, Hat. Kamu datang sendiri? Mana istrimu?" Dallas celingukan mencari Aika istri Lahat.
"Aku tidak bawa istri Om, istriku sedang tidak mood diajak jalan," alasan Lahat sembari tersenyum hambar.
"Kamu ini, masih pengantin baru, tapi keluyuran sendiri. Kami saja yang mulai menua, tidak mau berjauhan," balas Dallas telak mengena ke dalam hati Lahat.
"Iya, Om, nanti kapan-kapan istri diajak," ujar Lahat berusaha menyembunyikan galau yang kembali mendera gara-gara ucapan Dallas barusan.
"Om Lahat, kok sendiri?" sapa seseorang yang tidak asing lagi bagi Lahat. Gadis idolanya si cantik Amira. Amira repot dengan dua tangan menggenggam makanan. Lahat geleng-geleng kepala melihat kelakuan gadis remaja yang semakin menggemaskan itu.
"Amira. Ya ampun, itu makanannya banyak banget," protes Lahat.
"Ini mah biasa," balas Amira seraya menghampiri kursi makan untuk didudukinya. Lahat geleng-geleng kepala melihat gadis remaja itu, tapi setiap ketemu Amira, Lahat selalu saja terhibur dan bahagia. Mungkin karena sifat Amira yang sedikit gokil menurutnya.
"Bang, makanlah dulu." Sakala menghampiri Lahat dan menyuruhnya makan. Sakala mengundang Lahat ke rumahnya, karena hari ini ada syukuran kecil-kecilan ulang tahun Sakala yang ke-29 tahun.
Lahat bergegas mengikuti Arka menuju meja yang di atasnya sudah terhidang berbagai makanan, tidak hanya itu asinan dan rujak buah juga ada.
"Aika juga suka dengan asinan," gumam Lahat ketika melihat asinan, ia sontak teringat Aika.
"Mana balitamu, Dik?" Lahat berbasa-basi kepada Arka sembari mulai menceduk nasi dan lauknya.
"Aku titipkan sama neneknya, nanti pulang dari sini langsung kami jemput," jawab Arka. Lahat manggut-manggut. Setelah mengambil nasi dan lauknya, Lahat dan Arka mencari kursi yang masih kosong. Lahat langsung menuju kursi di sebelah Amira sementara Arka menuju Amara yang sudah menunggu.
"Amira cantik, bolehkah om Lahat duduk di samping Amira?" celoteh Lahat sembari menduduki kursi di samping Amira.
"Basi, pakai basa-basi segala, orang Om Lahat sudah duduk kok," balas Amira mencebikan bibir. Lahat terkekeh, dia senang menggoda gadis remaja yang semakin cantik itu. Amira yang selalu ceria dan enerjik serta makannya banyak.
"Om, nggak sedang berangan mau jadikan Amira bini kedua, kan?' celetuk Amira yang sontak membuat sendok Lahat loncat ke lantai.
"Amira, bikin om kaget saja."
"Habisnya Om Lahat natap Amira terus, Amira kan jadi curiga. Jangan-jangan Om Lahat fedopilia," ejek Amira.
"Hus, sudah jangan suudzon. Om Lahat hanya gemas lihat Amira makan." Lahat segera meraih sendoknya yang tadi jatuh, lalu dilapnya pakai tisu dan kembali ia gunakan. Ia pun makan tanpa ingin membuat Amira bete lagi.
Setelah menyudahi makan, Lahat menghampiri Sakala dan Arka serta rekan yang lain. Mereka senang kalau sudah bertemu seperti ini. Mereka akan menghabiskan waktu untuk ngobrol sejenak dan merokok.
Kali ini bahasannya tentang sedikit kerjaan di kantor dan urusan bisnis. Setelah itu obrolan melenceng ke arah lain, yakni menyinggung pernikahan Lahat.
"Penganten baru diam-diam bae. Enak ya, pengantin baru kelonan tiap saat," sindir Arka. Kali ini Arka yang kembali membawa hawa menjadi tegang buat Lahat.
Semua tertawa dengan mata menuju Lahat, menodong sebuah curhatan atau secuil cerita tentang pernikahannya.
Melihat Lahat diam tidak menyahut, sedikit mengundang rasa curiga, terutama Sakala. Sejak tadi ia memang menyimpan penasaran.
"Ada apa sih Bang?" Lahat masih diam.
"Kringggg."
Sebuah dering telpon salah satu rekan Sakala berdering. Hal itu membuat Lahat terselamatkan. Setelah salah satu rekan Sakala menerima telpon, orang itu segera mohon diri, dan sepertinya ada hal yang lebih penting dari sekedar ngobrol.
"Aku pulang, terima kasih atas undangan makannya." Salah satu rekan mereka mohon diri dan bergegas pergi meninggalkan kediaman Sakala. Obrolan mereka berlanjut, Sakala rupanya masih menyinggung masalah pertanyaannya tadi kepada Lahat.
"Kenapa Bang Lahat, cerita?" todong Sakala.
"Cerita apaan? Aku tidak ada hal yang menarik untuk aku ceritakan," sangkal Lahat.
"Nggak asik Bang Lahat. Sepertinya Abang tengah dilanda badai rumah tangga. Jangan-jangan komunikasi dengan istrinya sedang memburuk," tebak Sakala asal tapi mengena. Lahat tetap tidak mau cerita.
Karena Lahat tidak mau cerita tentang keadaan rumah tangganya, obrolan tidak cukup di situ, mereka kembali melanjutkan obrolan ngalor ngidul sehingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam delapan malam. Arka mulai pamit karena ia dan Amara mau menjemput anaknya di rumah neneknya. Lahat pun ikut pamit. Sebelum Lahat dan Arka pulang, Sakala memberikan bingkisan untuk Lahat dan Arka.
Arka dan Lahat pun berpamitan, mereka menuju kendaraannya masing-masing. Lahat melajukan motornya menuju kediamannya dengan tidak buru-buru, sepanjang jalan dia tetap mengingat Aika. Ingin dia bawakan Aika makanan apa malam ini. Inginnya sih asinan seperti yang tadi dia lihat di rumah Sakala, karena setahunya Aika sering kedapatan makan asinan.
"Tapi, jam segini jarang yang jual." Lahat sedikit kecewa, padahal ia ingin belikan Aika asinan kesukaannya. Terpaksa Lahat kembali memacu motornya menuju rumah.
Melihat sikap Aika tadi yang menyapanya dengan tatapan heran, Lahat sedikit tersentuh, dan dia mendadak teringat akan makanan kesukaan Aika yang kebetulan tadi ada di rumahnya Sakala.
Tiba di rumah, Lahat langsung menuju tangga, ia ingin memberikan bingkisan itu untuk Aika.
Langkah kaki Lahat menuju kamar yang ditempati Aika. Sejenak ia berhenti di depan pintu kamar Aika, sebelum mengetuk.
"Aika, kamu sudah tidur atau belum?" panggil Lahat berharap Aika membukakan pintu.
Perlahan pintu mulai terbuka, Lahat menatap ke arahnya, di sana ia melihat Aika menatap ke arahnya sendu.
"Abangg." Gerakan bibirnya menggumamkan kata abang, tapi tatapannya kembali menunduk, seperti ada segan.
"Kamu sudah makan, aku hanya mau berikan bingkisan ini," ucap Lahat seraya memberikan bingkisan yang tadi diberikan Sakala.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄