Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ahli Merayu Pria
"Jalan9 siyalan!" Aleena menggenggam erat handphone-nya seakan ingin menghancurkan benda pipih itu dengan tangannya sendiri, sementara netranya menyorot tajam ke layar ponsel.
Jika bisa membunuh dari jarak jauh hanya dengan sekali lirikan, tatapan Aleena yang sarat dengan niat membunuh pasti sudah menghabisi nyawa Cassie sejak lama.
"Mau makan malam romantis? Bermimpilah!" Aleena dengan penuh kebencian beranjak berdiri, dia memasuki ruang ganti dan mengambil gaun tidur berwarna merah yang baru dibelinya beberapa waktu lalu.
Gaun itu tidak hanya menyala, tetapi juga tampak berani dan mengg0da.
Demi menyenangkan Felix, Aleena sengaja membeli banyak gaun malam.
Meskipun akhirnya akan robek di tangan Felix, dia tidak merasa hobinya mengoleksi gaun menggairahkan itu adalah hal yang sia-sia.
Karena bagaimanapun, Felix akan memberikannya berkali-kali lipat dari uang yang dia keluarkan untuk satu gaun.
Lebih penting dari itu, dia juga mendapatkan kepuasan yang tidak didapatkan dari pria mana pun.
Felix adalah prianya yang paling panas!
Tanpa membuang waktu, Aleena pun segera mengganti pakaiannya dengan gaun malam yang menonjolkan kemolekan tubuhnya.
Aleena berdiri di depan cermin, dia tersenyum puas pada sosoknya yang tampak berani dan menggoda.
"Felix, aku mau lihat apa kau bisa mengabaikan aku demi istrimu." Aleena tersenyum licik, sebelum akhirnya berpose dengan gaya malu-malu yang memberi kesan sensuwal.
Setelah dirasa cukup, Aleena berhenti berfoto. Kemudian, dia mulai memilah potret dirinya yang paling meng9oda dan tentunya mampu membuat Felix kegerahan.
Bersamaan dengan foto yang akan dikirimkan, Aleena pun mengetikkan pesan.
[Felix, aku membeli gaun baru. Bagaimana menurutmu? Apa aku terlihat cantik?]
Masih merasa belum cukup, Aleena kembali mengirimkan pesan lainnya.
[Aku menunggumu untuk memberikan penilaian.]
"Siyalan!" Meskipun mengumpat, Felix tidak terlihat sedang marah. Dia justru menelan liurnya saat melihat pesan Aleena, seakan wanita itu mengirimkan hidangan lezat yang tidak mampu ditolaknya.
Sisi lain dari tubuhnya bangkit tanpa bisa dikendalikan, bahkan terasa lebih liar dari biasanya.
"Wanita ini ... kau mau penilaianku, kan?" Felix melonggarkan sedikit dasinya yang tiba-tiba terasa mengganggu. "Lihat, bagaimana aku akan menilaimu nanti!"
Tidak bisa dipungkiri, Aleena memang terlalu lihai membangkitkan 9airahnya.
Berbeda dengan Cassie, istrinya terlalu kalem dan tidak pernah mencoba merayunya seperti Aleena.
Felix tidak berniat membalas pesan Aleena, tetapi justru mengirimkan pesan pada Cassie.
[Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa pulang, ada pekerjaan mendesak yang harus diselesaikan.]
Setelah mengirim pesan dan menyimpan ponselnya tanpa menunggu balasan Cassie, Felix akhirnya meninggalkan perusahaan dengan tergesa-gesa seakan dia memang memiliki pekerjaan yang sangat mendesak.
"Kamu tetap memilih dia." Cassie memasang senyum miris saat menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Felix.
Meskipun tidak mengharapkan cinta Felix lagi, tetapi hati kecil Cassie tidak bisa berbohong.
Dia terluka dan kesakitan atas sikap Felix.
Terlebih, dirinya telah meminta kedua putranya kembali dari rumah mertuanya demi bisa makan bersama.
Bagaimanapun, Cassie ingin memberikan kenangan terakhir dan terindah untuk kedua putranya sebelum berpisah dari ayah mereka.
"Felix, jangan salahkan aku ... kamulah yang mengecewakan mereka!"
Tak lama kemudian, beberapa pesan lagi masuk ke ponsel Cassie.
[Cassie, aku menang lagi.]
[Suamimu tidak bisa pulang, kan?]
[Dia membatalkan makan malam romantis kalian demi aku!]
[Apa gunanya menunjukkan cinta ke seluruh dunia, kalau pilihannya selalu saja aku.]
[Sadarlah, dia milikku dan akan selalu menjadi milikku!]
[Bagaimana jika aku memberikan kejutan besar lainnya di hari ulang tahun pernikahan kalian?]
[Harta, kedudukan, dan priamu ... aku menginginkan semuanya!]
Cassie membaca satu per satu pesan itu, dia sama sekali tidak berniat membalas meski hatinya terasa mendidih.
Tidak perlu diragukan lagi, pesan itu tentunya datang dari Aleena.
Cassie mendengus sinis. "Kau tidak mengecewakan ... kau benar-benar ahli merayu pria."
Menurut Cassie, Aleena lebih cocok berprofesi sebagai guru private yang mengajarkan cara merayu pria alih-alih menjadi seorang model.
Bahkan jika membuka tempat kursus, bisa dipastikan Aleena akan mencetak ribuan wanita peng9oda.
"Nyonya, kamu sepertinya tidak baik-baik saja." Saat melihat Cassie termenung, Bibi Lanie mendekat dan menegurnya dengan lembut. "Apa tuan muda membatalkan rencana makan malam lagi?"
Hanya dengan melihat ekspresi sendu di wajah Cassie, Bibi Lanie pun tahu jawaban atas pertanyaannya.
"Nyonya, seharusnya kamu minta saja tuan muda untuk meninggalkan pekerjaannya. Tuan muda pasti akan menurutimu."
Cassie hanya tersenyum miris, dia tidak berminat mendengarkan saran Bibi Lanie.
Seorang pengurus rumah tangga saja menyadari suasana hatinya saat ini, bagaimana mungkin orang yang pernah mencintainya dengan sangat dalam tidak bisa sadar?
Felix bukan tidak sadar, dia hanya tidak peduli!
Di apartemennya, Aleena tersenyum penuh kemenangan sambil menatap pesan yang dikirimkannya kepada Cassie.
"Sekarang kau pasti sedang menangis, kan?" Aleena bertanya dengan nada mengejek, dia yakin Cassie pasti tengah menangis tersedu-sedu karena Felix lagi dan lagi mengingkari janjinya.
Memang benar, Felix tidak memberikan respon apa pun pada pesan yang dia kirimkan, bahkan pria itu juga belum sampai ketika dia mengirimkan pesan provokasi pada Cassie.
Namun, Aleena memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa Felix tidak akan bisa menolak pesonanya.
Benar saja, tebakan Aleena tidak meleset dan senyumannya semakin mengembang saat mendengar suara pintu apartemen yang terbuka.
Tidak perlu memastikan lagi, Aleena yakin yang datang menyambanginya pastilah Felix.
Dia pun tidak berniat menyambut kedatangan pria itu.
Cukup berbaring di atas ranjang dengan cara yang meng9oda, Felix akan memasuki kamar dengan sendirinya.
"Felix, kupikir kamu tidak akan datang secepat ini." Aleena melayangkan tatapan nakal pada Felix, dia juga dengan sengaja mengangkat sedikit gaun yang membungkus paha mulusnya.
"Apa kamu ingin aku terlambat, hmmm?" Felix menyingkirkan jas yang membalut kemeja putihnya, bahkan dia juga sudah melompat ke atas ranjang.
"Ahhhh, Felix ... pelan sedikit."