Bayu. Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 198. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Belanja Di Pasar.
Bab 5. Belanja Di Pasar.
Gambaran jalanan pada saat itu sangat berbeda jauh dengan tahun 2005, di mana banyak motor meliuk, mobil-mobil mewah, dan juga jalanan beraspal yang halus. Pada tahun 1980, motor sangat jarang lewat, hanya sesekali terdengar suara berisik dari motor tua, Honda C70 atau Vespa yang melintas perlahan.
Selebihnya hanya terdengar suara ayam berkokok, suara bebek, suara anjing menggonggong dari kejauhan, dan kadang-kadang juga terdengar suara tukang sayur yang mendorong gerobaknya sambil berteriak dengan penuh semangat menawarkan dagangannya.
Entah itu semangat atau dia memaksakan diri untuk berteriak, Bayu juga tidak tahu, dan juga tidak mau tahu. Yang penting, dia punya urusan yang harus segera dia selesaikan. Menjelang mendekati Pasar Munjul, suasana berubah menjadi lebih ramai.
Bau khas pasar mulai tercium, campuran antara aroma tanah basah, keringat manusia, ikan asin, dan sayur-mayur segar.
Ini adalah aroma yang membuat Bayu harus menahan napas untuk sementara waktu. Ini adalah pengalaman keduanya setelah berbelanja satu kali sebelumnya, namun itu tidak berlangsung lama sebelum akhirnya dia bisa beradaptasi dengan keadaan yang ada di sekitarnya.
Saat dia berjalan, tatapannya menelusuri sekeliling dengan penuh minat. Dia bisa melihat beberapa pedagang kaki lima menjajakan dagangan sederhana di pinggir jalan. Ada yang menjual es lilin, tahu gejrot, dan mainan anak-anak sederhana terbuat dari kipas kertas atau balon tiup.
"Benar-benar permainan klasik," batin Bayu dalam hati.
Pasar Munjul sendiri terlihat sederhana. Itu bukanlah bangunan besar yang nyaman dan megah, melainkan deretan kios sederhana dengan lapak-lapak beratapkan terpal, dengan gang-gang sempit di antaranya.
Suasana di sana juga sangat panas, penuh dengan teriakan para pedagang menawarkan barang dagangannya dengan suara lantang. Beberapa bahkan ada yang menunggu orang sambil mengipas-ngipasi wajahnya dengan selembar kertas ataupun kipas lipat dari kertas, karena siang itu udara memang cukup panas. Apalagi di pasar itu orang berkumpul pada satu tempat yang sama, semakin menambah hawa panas.
Tanpa ragu, Bayu segera melangkahkan kakinya menuju toko Haji Amir, yang merupakan toko pertama yang dia datangi saat dia belanja. Dia cukup nyaman berada di toko ini karena Haji Amir adalah orang yang ramah dan bijaksana. Dia memberikan banyak sekali petuah-petuah atau nasihat-nasihat mengenai masalah kehidupan, dan Bayu sendiri cukup nyaman untuk mendengarkannya.
Setelah tiba di sana, dia langsung menyapa.
"Assalamualaikum."
Tidak lama kemudian, terdengar suara seorang yang sudah cukup tua dari dalam toko.
"Wa'alaikumsalam," ucapnya terdengar begitu tenang.
"Oh, ternyata kamu, Nak. Apakah mau membeli telur?" tanya Haji Amir sambil tersenyum.
"Hehehe, iya Pak Haji. Alhamdulillah jualan telur gulungku hari ini habis," kata Bayu dengan penuh kebahagiaan.
Ya, Bayu memang bercerita kepada Haji Amir soal dia yang akan membuat jajanan bernama telur gulung dari bahan telur.
"Oh, begitukah? Alhamdulillah kalau begitu. Yang penting jangan lupakan salat lima waktu, tetap berusaha, dan berdoa. Insyaallah, rezeki akan terus mengalir."
Haji Amir sendiri cukup mengapresiasi Bayu. Usianya yang begitu sangat muda. Bukan muda lagi ya tapi masih anak-anak dari wajahnya saja Haji Amir bisa menebak jika usia Bayu sekitar 10 tahunan. Akan tetapi otak bisnisnya benar-benar bekerja dengan sangat baik.
Haji Amir hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat betapa gigi dan bersemangatnya anak laki-laki kecil di hadapannya ini.
Sementara itu, saat Bayu mendengar apa yang dikatakan oleh Haji Amir dia pun mengangguk dan menjawab dengan sopan.
"Ya, Pak Haji. Aamiin. Semoga saja."
"Tunggu sebentar, Nak. Mila sedang ada di belakang, sebentar lagi dia akan datang untuk membantumu," kata Haji Amir.
Mila adalah seorang pekerja yang sudah lama mengikuti Haji Amir dan membantu di tokonya ini. Tidak lama kemudian, seorang wanita berusia sekitar 27 tahun keluar.
Sambil menenteng sebuah kantong plastik besar yang berisi gula, sepertinya dia baru saja mengambil gula-gula itu dari dalam gudang.
"Oh, ternyata ada Dek Bayu," sapa Mila ramah saat melihat Bayu.
Bayu adalah anak yang ramah,, supel dan mudah bergaul, dia bahkan memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada Mila dan Haji Amir untuk mengakrabkan diri dengan keduanya.
"Hehehe, iya Mbak. Aku mau belanja telur dan sebagainya," ucap Bayu sambil tersenyum.
"Oke, siap. Tunggu sebentar ya."
Kemudian Mila dengan cepat menghitung semua jumlah barang yang dibeli oleh seorang ibu-ibu paruh baya yang berdiri dengan jaraknya tidak jauh dari tempat Bayu berdiri.
Tidak lama kemudian, transaksi dengan ibu paruh baya itu pun berhasil dan Mila mulai bertanya kepada Bayu.
"Nah, mau beli telur dan apa saja Dek?"
"Ini, aku sudah membuat daftar yang ingin aku beli," kata Bayu sambil menyodorkan kertas yang ditulisnya sendiri dengan sangat rapi dan terperinci mengenai daftar-daftar kebutuhan yang harus dia beli.
"Hmm... Belanjaanmu cukup banyak juga. Sudah seperti ibu-ibu saja kamu ini," kata Mila sambil terkekeh.
Mendengar itu, Bayu hanya nyengir. Dia tidak tahu harus tertawa atau menangis menanggapi candaan anak buah Haji Amir itu.
Tidak lama kemudian, semua barang-barang yang dibeli oleh Bayu sudah dikemas dengan rapi. Dan tanpa ragu, Bayu juga langsung membayar semuanya.
Dan benar saja, setelah membelanjakan banyak hal, dia langsung miskin. Dari memiliki uang Rp3.000, kini menjadi beberapa rupiah saja.
Rp3.000 dipotong sekitar Rp2.784, dan sisanya adalah Rp216.
Setelah berpamitan dengan keduanya akhirnya Bayu pun memutuskan untuk segera pulang. Sisa uangnya dia ingin mencari Becak. Sebelumnya dia bisa menentengnya dengan aman akan tetapi berbeda kali ini. Dalam kantong plastik yang dia tenteng ada sekitar 80 butir telur yang merupakan kunci baginya untuk mendapatkan uang jika satu saja pecah maka kerugiannya sudah jelas nyata. Itu dia sangat berhati-hati.
Dari keterangan yang disampaikan oleh Haji Amir biasanya tarif becak sekitar Rp.15 rupiah per km-nya. Dengan menempuh jarak 4,5 km maka bulatkan saja menjadi Rp.60
Jadi dengan sisa uang Setelah dia belanja banyak hal dia masih menyisihkan sedikit uang untuk kebutuhan mendadak.
Singkat cerita akhirnya Bayu mendapatkan becak. Akhirnya dia bisa duduk dengan nyaman sambil memangku bahan belanjaannya tanpa takut telur itu akan terguncang atau pecah. Perjalanan pun berjalan dengan cukup lancar apabila terjadi guncangan Bayu dengan sikap mengangkat kantong kreseknya dan berusaha menjaga telur-telurnya agar tidak pecah.
Untung saja pengayuh becak juga sangat lihai sehingga benturan yang ditimbulkan hanya terasa sangat kecil karena kelihatannya dalam mengendalikan becak.
30 menit kemudian akhirnya dia tiba di depan rumah setelah membayar ongkos perjalanan Bayu pun segera berjalan menuju rumahnya.