Pelacur Cantik Di Tubuh Istri Sampah

Semenjak Nathan mendengar kabar jika wanita pujaannya pergi entah kemana, membuat pria berwajah bule itu kehilangan semangat hidup. Sudah lebih dari seminggu, pria itu menjadi sosok yang pendiam. Dingin dan tak tersentuh oleh siapa pun.

"Tuan Nathan, saya sudah mendapatkan kabar dari informan yang saya tugaskan mencari informasi tentang Clara."

"Informasi apa yang kamu peroleh, jika tidak penting jangan katakan."

"Saat ini, Nona Clara sedang berada di kota Surabaya setelah sebelumnya dia tinggal di sebuah desa di kota Malang. Tempat kelahirannya sekaligus rumah lama orang tuanya." Ucap Jefri sang asisten.

"Lalu ke Surabaya dia ada perlu apa?" Tanya Nathan lagi.

"Menurut pengakuan tetangganya di Malang, dia ke Surabaya untuk mencari pekerjaan. Karena selama satu minggu lebih tinggal di desa, Nona Clara tidak mempunyai pekerjaan. Sedangkan di desa begitu sulit lapangan kerja kecuali di sawah atau perkebunan, Tuan Nathan." Jawab Jefri.

"Hah... Begitu ya, lagi pula kenapa dia harus meninggalkan Jakarta."

"Dia juga wanita paling aneh yang aku lihat hidup di muka bumi ini. Sudah mendapatkan posisi bagus sebagai CEO, memiliki perusahaan dan rumah mewah justru dia tinggalkan semuanya demi hidup susah di kota yang jauh. Kata Alvin, semua yang pernah dimilikinya sudah dibalik nama menjadi pemilik awal yaitu Tuan Bagas."

"Ada ya perempuan yang tidak silau akan harta. Dan tidak salah bukan jika aku jatuh cinta terhadapnya." Ucap Nathan lirih.

"Lalu bagaimana dengan Clara yang telah ONS dengan Anda, Tuan?" Tanya Jefri yang bingung sebenarnya bosnya ini cintanya dengan siapa.

"Kamu tahu Jefri, jika keperjakaanku diambil oleh Clara yang itu."

"Tapi, aku merasakan sensasi yang sama saat berada di dekat Clara mantan istri Alvin. Seolah jiwa mereka adalah satu. Entahlah, mungkin saja aku sudah gila. Sejak aku melakukan malam panas yang tak sengaja terjadi itu, aku selalu merasakan gelora cinta dan hasrat saat mengingat wajah cantik dan tubuh sexy Clara."

"Clara mantan istri Alvin, tidak jauh berbeda bentuk dan wajahnya. Meskipun aku tahu mereka tidak sama. Tapi aku yakin, aku punya keterikatan dengan wanita itu."

"Sekarang, tugas apa yang harus saya lakukan lagi Tuan Nathan."

"Belikan aku tiket ke Surabaya, besok pagi aku akan pergi ke sana. Kamu jaga perusahaanku."

Sementara itu di sebuah rumah bak istana raja seorang kakek sedang melepas rindu bersama dengan cucu kandung yang tidak pernah dia tahu pertumbuhannya. Tiba-tiba datang dan bercerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal manusia tapi nyata terjadi pada cucunya.

"Sekarang katakan apa tujuanmu datang mencariku setelah sekian tahun menghilang."

"Aku mencarimu karena aku butuh pekerjaan Kakek? Aku tidak mungkin selamanya jadi pengangguran, bisa habis uang tabunganku untuk biaya makan."

"Huff... sungguh memprihatinkan, keturunan Maheswara sibuk mencari pekerjaan. Sedangkan keluarganya punya perusahaan yang memperkerjakan banyak orang. Sungguh ironis sekali nasibmu Clara, aku sedih mendengarnya." Ucap Kakek Hikam dengan kepala menunduk.

"Lalu aku harus apa kakek, saat ini aku memang hanya seorang perempuan yang tidak berdaya tanpa punya siapa-siapa. Jadi, jika memang kakek menganggapku seorang cucu, setidaknya berikanlah aku pekerjaan yang layak untuk seorang keturunan Maheswara." Ucap Clara berani menantang.

"Memangnya kamu bisa apa? Katamu dulu pekerjaanmu seorang wanita penghibur?"

"Itu dulu kakek, sebelum aku mati. Sekarang kan aku sudah hidup lagi, jadi aku tidak akan mengulang kesalahan masa lalu. Aku ingin hidup dengan lebih berarti lagi, mungkin dengan menjadi pengasuh kakek tidak mengapa asal setiap bulannya aku diberi gaji."

"Dasar kamu cucu kurang ajar, menjaga kakek sendiri minta bayaran."

Clara tergelak bisa mengerjai pria tua yang wajahnya mirip dengan ayahnya. Tampan, berkharisma dan berwajah lembut meskipun terkadang bersikap tegas.

"Aku hanya bercanda kakek, supaya kakek tidak tegang terus. Terserah kakek mau aku bekerja di mana, yang jelas aku tidak suka ongkang-ongkang kaki tanpa melakukan sesuatu hal yang berguna."

"Kalau begitu, besok kamu akan aku kenalkan sebagai CEO baru perusahaan Maheswara Grup." Ucap Kakek.

"Astaga, tidak ada pekerjaan yang lain kakek? Jujur saja aku kemarin ini sudah pernah menjabat sebagai CEO perusahaan milik ayah mertua adik. Meskipun aku mampu, tapi dunia bisnis bukan bidangku. Aku tidak suka." Ucap Clara.

"Lalu, kamu maunya apa? Minta pekerjaan apa saja, giliran diberi kedudukan tinggi tidak mau. Dasar manusia aneh." Omel Kakek Hikam.

"Aku ingin traveling, mungkin kakek punya usaha dalam bidang wisata? Nah berikan saja tugas itu padaku, aku akan siap bekerja dengan segenap jiwa dan raga." Ucap Clara terlihat sangat antusias.

"Benarkah? Kalau begitu kamu harus pegang salah satu usaha tour milik keluarga Maheswari yang hampir diambang kematian. Karena kepergian Danu, aku jadi kuwalahan mengelola banyak perusahaan. Sehingga aku memprioritaskan yang mempunyai karyawan banyak, sedang yang kurang diminati aku biarkan saja. Karena kamu sudah kembali, tugasmu adalah menghidupkan yang hampir mati."

"Astaga kakek, kok jadi ceritanya mirip kisah hidupku. Tapi, baiklah aku akan segera mengurusnya. Di mana alamat perusahaan itu, besok aku akan pergi ke sana."

"Ada di dekat gunung Bromo. Datanglah kesana, dan katakan pada orang yang menjaga jika kamu adalah orang suruhanku. Buktikan, jika darah Maheswari ada di tubuhmu."

Keesokan harinya, Clara bertolak menuju daerah selatan kota Surabaya. Tepatnya di kabupaten Probolinggo. Di sana ada sebuah tempat usaha yang terbengkalai, ada penginapan, restoran dan juga penyedia mobil sewaan. Tugas yang berat untuk seorang mantan pelacur. Apakah Clara mampu mengatasinya?"

Sementara di bandara Juanda, Nathan berjalan keluar dari gate kedatangan.

"Clara aku datang untuk menjemputmu."

Nathan sudah mengantongi alamat rumah yang diduga keluarga kandung Clara. Setelah menyewa sebuah mobil, tanpa seorang sopir Nathan berkeliling mencari alamat yang ditulis oleh Jefri.

"Semoga saja aku tidak nyasar, ada google map sebagai petunjukku. Setelah bertemu, aku akan langsung mengajak Clara menikah." Ucap Nathan.

Beberapa saat kemudian, Nathan tiba di sebuah rumah besar yang mirip istana. Dia berfikir tidak mungkin Clara memiliki keluarga kaya raya yang mungkin setara dengannya.

Tok tok tok

Seorang pria berseragam satpam mengetuk kaca pintu mobil Nathan, karena mobil itu terparkir cukup lama di depan pintu gerbang tanpa melakukan pergerakan.

"Iya pak ada apa mengetuk kaca mobil saya?" Tanya Nathan.

"Anda kenapa diam di depan pintu gerbang sejak tadi? Jika sedang ingin istirahat setidaknya geserkan dulu mobilnya." Ucap pak Satpam.

"Saya sedang mencari seorang wanita..."

"Mencari wanita bukan di sini tempatnya, pergi ke club malam di sana banyak wanita cantik."

"Dia tidak mungkin ada di tempat seperti itu, sebentar saya akan perlihatkan fotonya pada kamu. Barangkali melihatnya berada di sekitar sini. Sebenarnya, alamat yang diberikan ada di rumah ini. Tapi saya tidak yakin." Ucap Nathan sambil menunjukkan layar ponsel mahalnya.

"Loh ini kan Nona Clara, dia baru saja pergi lagi."

"Bapak kenal Clara?" Tanya Nathan.

"Dia cucu kandung pemilik rumah ini yang sudah lama menghilang entah kemana. Tapi sekarang dia sudah pergi, karena mendapat tugas dari Tuan Besar." Jawab satpam.

"Astaga, Clara aku datang terlambat."

Kemudian, ponsel pak Satpam berdering.

"Apa... Nona Clara kecelakaan?"

Deg

Clara Alverina

Nathanael Hector Eezar