Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Setelah selesai pesta, Ethan keluar bersama Elena sambil bergandengan tangan, keduanya tidak ada yang berbicara. Satu jam sebelumnya,
“So, jadi kapan kalian nikah ?” tanya Brad dengan senyuman yang lebar.
“Nanti,” jawab Ethan singkat.
“Kapan ?” tanya Lily tersenyum.
“Kata dia nanti,” jawab Elena sambil melirik Ethan.
“Sekarang yang penting kalian sudah tahu kan siapa kalian satu sama lain ?” tanya Brad.
Keduanya kembali mengangguk dan tidak bicara apa apa, ketika mata mereka bertemu, keduanya menoleh ke arah lain namun tangan mereka terus bergenggaman dengan erat di bawah meja.
“Nah gitu dong, sekarang kan jadinya kita bisa bersama terang terangan,” ujar Lily.
“Bagaimana kalau kalian ikut kami bulan madu ? pasti seru (menoleh melihat Lily) bener ga beb,” ujar Brad.
“Iya bener, mau ?” tanya Lily kepada Ethan dan Elena.
“Ga lah, bulan madu buat kalian yang baru menikah,” jawab Ethan.
“Iya bener, lagian....pokok nya ga lah,” tambah Elena.
“Hehehehe,” balas Brad dan Lily tertawa.
******
Kembali ke masa kini, ketika menunggu mobil mereka di depan lobi, Ethan menoleh melihat Elena yang berdiri di sebelahnya,
“Mau bareng aja ?” tanya Ethan.
“Hmm ok, aku telepon Pierre dulu kalau begitu,” jawab Elena.
Elena langsung mengambil smartphone nya dan menelpon Pierre agar langsung membawa mobilnya kembali ke rumah. Setelah itu, petugas valet membawa mobil Ethan ke depan lobi, dia turun dari dalam mobil dan menyerahkan kuncinya kepada Ethan. Setelah memberi tip, Ethan membukakan pintu bagi Elena, namun Elena terlihat tertegun ketika melihat mobil Ethan,
“Ini mobil mu kan ? bukan minjem,” ujar Elena.
“Iya, sori ya,” balas Ethan.
“Haaaah...ok deh,” balas Elena.
Elena naik ke dalam mobil, Ethan menurunkan pintunya kemudian berjalan ke pintu pengemudi dan membukanya. Setelah masuk ke dalam, Ethan langsung menjalankan mobilnya. Ketika sedang di perjalanan,
“Ethan,” panggil Elena.
“Apa ?” tanya Ethan.
“Masih ada lagi kan yang kamu sembunyikan dari ku,” ujar Elena.
Ethan terdiam dan tidak bicara sama sekali, dia terus menatap lurus ke depan, tiba tiba Elena menunduk dan tangannya merogok ke bawah dashboard, dia menarik keluar sebuah pistol dengan peredam suara dari bawah dashboard,
“Ini apa ya ?” tanya Elena sambil mengacungkan pistolnya ke atas.
“Haaaah.....kalau ini apa ?” tanya Ethan.
Mata Elena kaget karena Ethan memegang dua buah kunai di setirnya sambil tersenyum walau matanya terus melihat ke depan. Dia langsung menyibakkan roknya dan melihat kunai di paha nya sudah menghilang, kemudian dia menoleh melihat Ethan yang sedang melirik dirinya,
“Mau cerita ?” tanya Ethan lagi.
“Hehehe kayaknya udah ga bisa lari lagi ya,” jawab Elena.
“Boleh jujur ?” tanya Ethan.
“Apa ?” tanya Elena.
“Ada alasan kenapa aku bersama mu, bukan karena kamu CEO, bukan karena kamu cantik dan bukan karena kamu baik pada ku, ketika aku baru pindah ke apartemen enam bulan lalu dan pertama kalinya aku bertemu kamu, yang aku nilai bukan kecantikan mu, tapi karena kamu sama seperti ku, kamu bau darah dan mesiu, awalnya aku berniat memanfaatkan kamu untuk menutupi jejak ku, tapi ternyata aku malah tertarik pada mu,” jawab Ethan.
“Hehehehe,” balas Elena tertawa.
“Kok ketawa ?” tanya Ethan.
“Karena alasannya sama, aku juga awalnya berpikir sama seperti kamu, karena bagiku, aku akan lebih aman jika bersama kamu, jadi aku mulai memanipulasi kamu, tapi di perjalanan, aku yang temanipulasi sama kamu dan akhirnya aku jatuh ke tangan mu,” jawab Elena.
“Begitukah ?” tanya Ethan.
“Yap, begitu,” jawab Elena.
“Lalu setelah tahu semua, apa kita mau teruskan hubungan kita ?” tanya Ethan.
“Menurut kamu bagaimana ?” tanya Elena.
“Kamu mengenal Lily dan Brad sudah lama kan, kamu tahu siapa mereka sebenar nya ?” tanya Ethan mengalihkan topik.
“Ya, sama seperti kita,” jawab Elena.
Keduanya kembali terdiam, mereka terus melihat ke depan tanpa bicara apa apa, ketika sampai di lampu lalu lintas merah yang berada di perempatan jalan besar, Ethan menghentikan mobilnya kemudian mengambil tangan Elena,
“Kalau mereka bisa bahagia, kenapa kita tidak ?” tanya Ethan.
“Ok, berarti lanjut kan,” jawab Elena.
“Tentu saja, tapi aku ingatkan, aku bukan orang baik,” balas Ethan.
“Tidak masalah, aku juga bukan orang baik, tidak keberatan kan ?” tanya Elena.
“Sama sekali tidak....dan aku tidak mau pesta,” jawab Ethan.
“Aku juga tidak mau, aku tidak biasa menghadiri pesta apalagi bikin pesta, tapi aku mau mengundang Lily dan Brad, mereka sudah berjasa banyak untuk ku,” balas Elena.
“Kalau itu aku juga setuju, mereka sudah seperti kakak ku,” balas Ethan.
Elena menoleh melihat keluar jendela dan melihat sebuah hotel bintang lima, kemudian dia menoleh melihat Ethan,
“Bagaimana kalau kita kesana ? besok libur kan,” ujar Elena sambil menujuk hotel.
“Hmm kamu mau melanjutkan pesta ?” tanya Ethan.
“Yap, tapi berdua aja, perayaan kita jujur satu sama lain dan aku baru bisa bilang kalau kita sudah resmi bertunangan hari ini,” jawab Elena.
“Baiklah, aku setuju,” balas Ethan.
Begitu lampu lalu lintas berpindah ke lampu hijau, Ethan langsung belok ke kanan menuju hotel bintang lima yang berada di jalan mengarah ke kanan. Setelah sampai lobi hotel, Ethan turun dari mobil kemudian menyerahkan kuncinya kepada petugas valet. Setelah itu, Ethan membukakan pintu untuk Elena,
“Mari ku bantu, mademoseile,” ujar Ethan tersenyum.
“Terima kasih, monseiur,” balas Elena tersenyum.
Setelah Elena turun, keduanya berjalan masuk ke dalam hotel dan berjalan menuju ke restoran yang berada di lobi. Mereka pun duduk di dekat jendela, seorang pelayan menghampiri mereka, setelah memesan makanan ringan dan minuman, sang pelayan pun pergi,
“So, kemarin Clara ke kantor mu ngapain ?” tanya Elena.
“Oh kamu lihat ya,” jawab Ethan.
“Ya, dengan jelas,” balas Elena.
“Semua gara gara foto yang di ambil di pesta rumah sakit mu waktu itu, dia datang ke kantor ku karena mengira Eric adalah aku, walau memang sebenarnya iya,” balas Ethan.
“Hmm sejak dulu dia itu pinter mengenali dan memperdaya orang lain, makanya dia dengan mudah bisa memfitnah ku dan meyakinkan keluarga ku walau orang tua ku selalu membela dia sih dari kecil,” ujar Elena.
“Ya, aku tahu, aku bisa melihat nya ketika dia bicara pada ku, dia berniat memanipulasi ku namun aku tidak bergeming karena sebelum dia datang ada kejadian di lobi,” ujar Ethan.
“Hmm kejadian apa ? kalau tidak mau cerita tidak apa apa,” balas Elena.
“Mantan istri ku datang dan membuat kehebohan di lobi dengan mengatakan banyak hal tentang ku, kedua adik ku juga datang menjemput dia, aku sama sekali tidak terpengaruh tapi aku jadi harus menjelaskan kepada orang banyak yang kebetulan ada di lobi haha,” balas Ethan.
Elena terdiam, kemudian dia memegang tangan Ethan di meja yang membalas dengan menggenggam tangan Elena.
“Aku bangga sama kamu,” ujar Elena.
“Terima kasih, kata kata mu sangat berarti buat ku,” balas Ethan.
“Mulai sekarang kita hadapi sama sama, semuanya,” balas Elena.
“Kamu benar, kita sekarang berdua,” balas Ethan.
“Um....mau menginap di sini ?” tanya Elena.
“Hmm...tidak masalah, pulang juga ga masalah,” jawab Ethan.
“Hehe...udah ga sabar,” balas Elena.
“Oh...sejak tadi di ruang rias ?” tanya Ethan.
Elena tidak menjawab, namun dia mengangguk sambil tersenyum menggoda yang bisa membuat laki laki langsung lupa ingatan dan masuk ke dalam khayangan.
“Baiklah, patungan ?” tanya Ethan.
“Tentu saja,” jawab Elena.
Tanpa bicara lagi, keduanya berdiri dan menaruh dua lembar uang $ 100,- di meja. Mereka langsung menuju ke meja resepsionis dan memesan kamar, setelah itu mereka berjalan ke lift untuk naik ke atas. Begitu lift tertutup, keduanya berbalik dan langsung berpelukan di iringi ciuman yang panas.