Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Nafas Buatan
Saras menggelembungkan pipinya kemudian menghembuskan nafas pagi yang segar beraroma bunga sebelum kembali ke dalam kamar, mungkin sikapnya memang aneh, itu hal yang wajar, "selagi teman sekamarku itu tidak mencari tahu lebih lanjut tentang aku semuanya akan baik-baik saja," gumamnya.
Sekembalinya ke kamar sang siluman berkaca-kaca lama sekali, ia mesam-mesem melihat tubuh gadis muda yang ia rasuki ini, "masa muda tidak akan datang 2x, aku sangat beruntung bisa memiliki tubuh ini sekarang, kau cantik, Siti, sepertinya kau adalah seorang murid yang menimba ilmu kepada seorang suhu, aku akan berusaha sebaik mungkin menggantikanmu, kau lihat saja haha," ucapnya sendiri sambil menunjuk bayangan Siti di cermin.
Saras melihat di meja rias ada sebuah keranjang, keranjang seperti keranjang hantaran terbuat dari jalinan rotan, ada tulisan 'Siti Khumairoh' di sana, di dalam keranjang itu ada alat make up sederhana, yah, mahasiswa make upnya selalu low budget.
"Aku harus tampil cantik sebelum bertemu banyak manusia yang lainnya," ucap Saras menjajal bedak-bedak dan lipstik di sana, ia pulas wajah itu, awalnya ia sulit mengaplikasikan, tapi di wadah make up selalu ada petunjuk penggunaan.
Saat Yuli kembali dari kamar mandi, ia lagi-lagi terkejut melihat gaya riasan Siti sahabatnya itu, "tumben kamu bold make upnya, Sit ?"
Saras lagi-lagi tersenyum seakan-akan yang ia lakukan ini normal-normal saja, "mau coba penampilan baru, eh nama kamu siapa ? lupa aku tuh," jawabnya.
Senyum Yuli pudar, "Allahu Rabbi ! sakit apa kamu ? aku Yuli, Yulianti, kita udah temenan lama kamu gak mungkin lupa namaku, Sit."
"Yaa aku emang rada gak enak badan semalem, Yul, kemarin malam aku kelelep di kolam, maklum ya," jawab Siti.
"Gitu ya ? kok bisa separah ini efeknya ya ? kamu banyak nelen belerang kali, Sit, ntar kita ke klinik kampus aja," kata Yuli menyarankan.
"Iya boleh," jawab Saras singkat.
***
Sementara itu di alam jin, Pangeran Rakha mulai jenuh menunggu, berjam-jam sudah Siti gak bangun-bangun, "wahai perempuan, lama amat sih pingsannya, aku harus apa ? aku bisa jamuran lama-lama di sini, mana hari mau gelap," gumamnya.
Rakha memperhatikan terus wajah itu, saat Siti terlelap begini, ia terlihat seperti makhluk paling kelelahan di dunia. Tiba-tiba muncul ide gila di kepala Rakha, "apa.... kau butuh nafas buatan, Perempuan ?"
'Krik krik krik,' suara jangkrik yang menyahut seakan mendukung.
"Iya benar, kau pasti butuh nafas buatan, mumpung Wira gak sedang di sini, aku bersedia dengan segenap hati akan membantumu, hoh hoh hahh ehem ehem," ucap Rakha mulai mengecek bau nafasnya dulu, takut ada aroma jengkol atau pete kan gak enak mau nyium cewek cakep.
Rakha celingukan sebentar, ia melihat toples kaca berisi permen gulali jahe di atas meja, mungkin peninggalan salah satu prajuritnya yang kebetulan memantau daerah ini, ia meraih permen itu dan memakannya sedikit supaya saat proses terjadinya nafas buatan, ada sensasi rasa pedes-pedesnya gitu, pasti akan lebih mengena dan tak terlupakan. Whahahahah.
"Kemudian nanti setelah kau bangun, perempuan, kau akan melihatku, aku tampan dan mempesona, kau akan langsung berterima kasih padaku, mungkin jatuh cinta, kau akan merasa berhutang kepadaku karena menyelematkan nyawamu dan kau bersedia suka rela mau menjadi... ahihihihi... istriku, yes yes," ucap Rakha ngaca sebentar dan merapikan rambutnya yang gondrong lurus.
Rakha mulai mendekati Siti kembali, ia gugup sekali sekarang, ia memposisikan Siti sedemikian nyaman kemudian menghirup nafas dalam-dalam. 'Deg deg deg deg,' jantung bergenderang alangkah kencangnya, jangkrik pun berhenti mengerik mungkin juga gugup melihat momen ini, hanya ada malam, bintang-bintang dan rasa cinta di hati.
Rakha mendekatkan bibirnya pada bibir mungil Siti, ia tak yakin ini akan berhasil tapi ia tak bisa mundur apapun yang terjadi, "maafkan aku, wahai perempuan," batinnya.
Hampir sesenti saja madu manis surgawi itu didapat mendadak pintu gubuk langsung dibuka seseorang, 'blak !'
"Whaaa !" 'gubraaak,' Rakha memekik kaget, kursinya terguling menjatuhkannya ke atas tanah.
"Bhre ! maaf, Bhre, maap maap, apa yang sedang Bhre lakukan ?" ucap Wira membantu Pangerannya berdiri.
Rakha sakit pinggang gara-gara jatuh, dengan kesal ia mengajak Wira keluar dari gubuk, "kenapa kau tiba-tiba datang sih ? aku tadi melihat kutu rambut di kepala perempuan itu, mau ku pungud, kau jangan salah paham !" ujarnya agak emosi.
"Kutu rambut ? tapi kenapa Bhre sampai kaget begitu ?" ucap Wira mengendus sikap ganjil Pangerannya.
"Kau yang salah, langsung masuk saja tidak ketok pintu, huft, untung perempuan itu belum bangun," kata Rakha yang tadi saking gugupnya sampai-sampai tak dengar suara tapak kaki kuda.
"Saya minta maaf, Bhre, saya datang cuman mau mengabRakha kalau para empu akan datang ke sini besok pagi, tadi mereka belanja bahan-bahan pembuat besi. Ini sudah hampir malam, kita tinggalkan saja perempuan itu, atau kita bawa ke rumah dinas, bagaimana ? mungkin tabib bisa mengeceknya," usul Wira.
"Oke," jawab Rakha.
Begitu kedua laki-laki ini mau masuk gubuk, baru di ambang pintu, keduanya mendapati perempuan yang mereka temukan sudah bangun dan duduk dengan tenang, terlihat kaget, kebingungan, dan takut di wajahnya.
"K.... kau... kau sudah sadar rupanya, perempuan," ucap Rakha tersenyum, meski dalam hati agak kecewa, kalau masih pingsan kan ia masih ada kesempatan kasih nafas buatan.
Siti melihat-lihat suasana gubuk ini, otaknya mencerna dikit, mengira masih ada di alam manusia, "ini pasti ada di rumah salah satu penduduk sekitar pemandian nih, Alhamdulillah untung ada yang nolongin gue, tapi kenapa dua mas-mas ini pake baju karnaval ? kenapa aku dipakein baju karnaval juga ? bajuku mana ? tasku mana ?" batinnya.
Karena Siti diam saja, Rakha bertanya lagi, "kau pingsan tadi, aku menyelamatkamu."
Barulah Siti tersenyum, senyumannya menggugurkan bunga-bunga keangkuhan di hati kedua laki-laki berkedudukan tinggi ini, "oh jadi gitu ya, Mas, makasih ya, saya... saya mau pulang dulu kalau gitu, takut kemaleman, besok udah harus kuliah, Mas," katanya sambil turun dari ranjang bambu.
"Iya, cuman masalahnya itu, agak susah kamu buat pulang," jawab Rakha sambil mundur dari pintu supaya Siti bisa keluar dari gubuk.
"Gak papa, hehe, saya bisa naik ojek," jawab Siti melangkah di ambang pintu, ia juga takut jika terlalu lama di gubuk bareng dua cowok asing malam-malam.
Saat keluar gubuk, senyuman Siti memudar, hamparan hutan, lembah dan jurang yang ia lihat bersama senja yang hampir berganti malam. Firasat gak enak pun menyeruak di dalam hati, berkemelut tak karuan bersama isi pikiran, "s... saya dimana ya ? Mas, mohon maap, saya dimana ? kok bisa di tempat terpenjil gini sih ?" tanyanya.
"Itulah, kau tidak sedang di alam manusia, wahai perempuan, kau sedang di alam jin, sepertinya seekor siluman ular telah mencuri tubuhmu dan menggunakannya, sedangkan rohmu dibuang di sini," kata Patih Wira menjelaskan.
'Jreeeng !!'
Siti melotot mendengarnya, ia memandangi Wira dan Rakha bergantian, kepalanya menggeleng tak percaya, "gak mungkin ! kalian pasti bohong, ngaku nggak ! gue lagi dimana ? balikin gue ke kosan !" pekiknya menunjuk bergantian dua lelaki di hadapannya.
"Hei perempuan, ngapain kami bohong padamu ? apa untungnya ?" jawab Rakha.
"Kalian pasti mau memperkosa gue, iya kan ?! balikin gue ! atau... gue telpon polisi, gue laporin kalian," ancam Siti, ya maklum, Siti ini cewek asli Jakarta, cewek Jakarta terutama Betawi terkenal pemberani dan tegas, mereka lantang dan jujur, sifat yang khas yang tidak semua cewek Jawa memiliki.
"Kalau aku mau sudah kulakukan dari tadi, kau tidak percaya kami ini jin ? coba lihat langit itu ! ada bulannya nggak ? coba lihat kuda itu ! hitung berapa matanya, mata kuda jin ada 4, coba lihat sahabatku ini, dia bisa berubah wujud menjadi manusia harimau, apa ada manusia normal bisa berbuat kayak begitu ? hmmm ?" ujar Rakha berusaha meyakinkan.
sama jin mau... sama nonis mau... udah lah .. Siti nggak ngasih kesempatan buat ku ngejelasin. dah ... pulang lah... dari pada sakit hati... orang yang kamu anggap teman juga nikung tuh...
si bunga kampus kan suka sama Jordan, kenapa nggak diungkap kebenarannya ya... aneh...
dgn berkbeka jualan mas dari raka kan lumayan tuh smpe anak siti mgkin 3th apa 5 th gtu
aku ikut bersedih atas Mekel...
biar pun nggak bisa ngelawan ortu tapi tetep Mekel yang terbaik...
Siti Nggak jujur, suatu saat pasti ketahuan juga kalo itu bukan anak Jordan.
emang ortu Jordan ngijinin Jordan log in ya... sanksi gw...
btw kak apa nanti anaknya berwujud atau gaib ya?