Squel "Menikahi Wanita Ternoda"
Dicap sebagai wanita liar karena kabur di hari pernikahan, Ayanna Nerodia Tanzeela memiliki alasan tersendiri untuk itu. Namun, ditengah pelariannya dia justru menemukan seorang bayi mungil yang terbungkus kain, membuatnya terpaksa menjadi Mommy dadakan, bersama seorang pemuda yang tidak dia kenal.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayanna kabur, padahal pesta pernikahan sudah dia rancang dengan sempurna? Dan siapakah sebenarnya bayi itu? Mengapa dia memiliki keterikatan dengan pemuda yang baru Ayanna temui?
Jangan lupa follow akun dan sosmed ngothor buat tahu info lainnya😍
FB @Nita Amelia
Ig @nitamelia05
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Mengurus Bayi Bersama
Tiba di sebuah kos-kosan dua lantai yang memiliki beberapa pintu, Ayanna menyapu pandangan pada tiap sudut. Tempat yang dia pijak tak bisa dikatakan kumuh, tapi karena banyak penghuninya otomatis tempat parkir saja rasanya sumpek.
"Pegang bayi ini, biar aku yang urus motorku," ujar Dallie menyadarkan lamunan Ayanna yang sedari tadi mengoreksi tempat yang akan dia tinggali sementara.
Gubrak!
Suara itu terdengar nyaring, karena Ayanna langsung melepaskan motor milik Dallie dan beralih menggendong bayi yang ia temukan. Rasanya Dallie ingin mengumpat, tapi di waktu selarut ini dia sudah tidak memiliki tenaga. Apalagi Ayanna tampak tak merasa bersalah sedikitpun.
"Kamu pintar banget sih, nggak nangis." Ayanna fokus pada bayi yang ada dalam gendongannya, karena sejak ada Dallie dia tak lagi terbangun dan merengek.
"Kamarmu yang mana?" tanya Ayanna saat Dallie melewatinya. Pemuda itu tak menjawab dan langsung mengeluarkan kunci.
Kamar yang ada di ujung dia buka, dan Ayanna pun mengekor tanpa dipersilahkan. Lagi, dia menelisik satu ruangan kecil yang hanya diisi oleh kasur single, lemari, dan kipas kecil. Tidak ada kamar mandi maupun dapur, lantas bagaimana kegiatan Dallie sehari-hari?
"Kamar mandinya dimana?" tanya Ayanna dengan kening yang berlipat.
"Di luar," jawab Dallie singkat. Sudah malas meladeni Ayanna dan ingin segera beristirahat karena hari ini jadwalnya sangat padat.
"Di luar?" Ayanna membeo, karena sangat jauh dari ekspektasinya. "Bagaimana bisa kamar mandi dan kamar tidur terpisah? Kalau mau apa-apa berarti harus keluar dulu dong?" Dia memprotes, tapi lagi-lagi Dallie tak meladeninya, pemuda itu justru mengambil alih sang bayi, lalu mengambil kaos usang miliknya.
"Sudah jangan banyak bicara. Kamu nggak lihat sudah jam berapa? Kalau kamu mengoceh terus, yang ada kita dimarahi tetangga!" cetus Dallie, supaya Ayanna tak banyak berkomentar. "Nih pakai bajuku dulu, itu juga kalau kamu mau. Kalau nggak ya terserah ... Numpang kok banyak protes." Gerutunya setengah kesal.
Bibir Ayanna mencebik, karena dari awal bertemu Dallie ini memang terlihat sangat judes. Mau tak mau Ayanna pun meraih kaos itu untuk dipakai tidur, karena miliknya basah akibat keringat.
Sebelum Ayanna kembali bertanya, Dallie keluar dan berdiri di ujung pintu, dia menunjuk ke arah kiri dimana kamar mandi dan dapur berada. "Kamu bisa ganti disana!" Katanya.
Ayanna menurunkan egonya karena tahu diri dia sedang menumpang. Beruntung Dallie masih berbaik hati padanya, jadi dia tak boleh protes. Suka tidak suka, dia harus terima.
Saat Ayanna ganti baju, Dallie langsung membereskan tempat tidur sambil sesekali melirik bayi yang ia taruh di lantai dengan beralaskan selimut. Hatinya terasa tercubit, tiap kali menatap wajah tak berdosa itu.
"Biar aku yang tidur di lantai," seru Ayanna mengejutkan Dallie yang sedang termenung.
"Kamu ini sedang mengujiku ya? Mana mungkin aku membiarkan seorang gadis tidur di lantai sementara aku di kasur. Sudah kalian saja, toh hanya semalam," balas Dallie yang masih memiliki hati nurani. Sifat judes yang tampak, hanya ditunjukkan pada orang-orang yang baru dikenalnya.
"Beneran?" tanya Ayanna menyipitkan mata untuk memastikan, karena sejujurnya dia memang hanya mengetes Dallie ini gentleman atau tidak.
Pemuda itu hanya mengangguk sambil menata bantal. Dia benar-benar merelakan kenyamanan tidurnya, yang terpenting malam ini segera terlewati.
Ayanna tersenyum tipis. Lalu dengan cepat merebahkan tubuhnya yang sudah sangat lelah. Apalagi tadi dia sempat terpental dari motor, pegal-pegalnya baru terasa sekarang.
Dallie memakai lengannya sebagai bantalan, sebelum benar-benar tidur dia menatap Ayanna beberapa detik. Mungkin Ayanna merasakannya, jadi dia pun ikut terjaga, namun karena tak ingin tertangkap basah Dallie cepat-cepat menutup matanya.
Satu jam pertama keadaan masih aman-aman saja, karena meskipun sedikit panas, Ayanna masih bisa memakluminya, tapi tidak dengan jam-jam selanjutnya. Karena bayi yang ada di tengah-tengah mereka terbangun dan menangis, membuat keduanya kebingungan.
"Apakah popoknya basah?" tanya Dallie, Ayanna yang masih setengah sadar mencoba memeriksanya dan ternyata benar.
"Kamu saja, aku nggak bisa!" Ayanna langsung meminta Dallie mencopotnya, tanpa protes Dallie melakukannya, tapi karena mereka tidak punya popok ganti, jadi hanya ditutup menggunakan kain, supaya bayi itu tidak kedinginan.
Namun, bayi itu masih saja menangis.
"Haduh apalagi sih?!" gerutu Dallie sambil mengacak rambutnya.
"Mungkin sekarang dia haus," tebak Ayanna.
"Benar, dari tadi kan dia belum menyusu ya. Kalau begitu aku buatkan susu dulu deh," balas Dallie dan Ayanna langsung menyuruh pemuda itu pergi ke dapur. Mereka terlihat seperti sepasang orang tua baru, karena dibuat frustasi terus-menerus oleh bayi yang entah maunya apa.
Bahkan Dallie menyadari kesalahannya karena membeli susu tanpa botolnya. Lantas bagaimana bayi itu minum?
"Astaga, kamu ini bodoh sekali! Kenapa tadi nggak beli botolnya sekalian," ceplos Ayanna yang menyulut kekesalan Dallie. Sudah ngantuk, masih saja dimaki.
"Ya mana aku tahu. Aku kan belum pernah punya anak! Sudahlah pakai sendok saja, dia pasti mengerti," balas Dallie mencak-mencak. Di ruangan sempit itu keduanya terus berdebat dan saling bergantian menggendong, sampai tak sadar kalau mereka ditonton oleh seorang bayi.
*
*
*
Pagi harinya.
Thomas yang menghabiskan malam dengan menenggak minuman keras akhirnya terkapar di ranjang. Sejak pagi ponselnya terus berdering, tapi dia masih belum bangun.
Nama Clara menghiasi layar. Hingga akhirnya Agnes yang menerima panggilan tersebut. Karena dia menyelonong masuk ke kamar putranya.
"Halo, ada urusan apa kamu menelepon Thomas?" tanya Agnes to the point, karena dia sudah tahu siapa Clara, yakni mantan kekasih Thomas yang diputuskan karena kasta. Ya, lagi-lagi alasan itu menjadi pertimbangan, karena Agnes tidak suka orang-orang yang memanfaatkan kekayaan keluarganya.
Di ujung sana sambil menahan sakitnya kontraksi, Clara shock karena yang menerima panggilannya adalah ibu Thomas.
"Aku hanya ingin bertanya apakah pernikahan Thomas lancar?" jawab Clara sedikit terbata. Dia tidak mungkin bilang, jika saat ini dirinya hendak melahirkan, karena kehamilannya memang ditutupi.
"Begitu ya? Bukannya kamu ini hanya sedang memastikan? Hah, ingat ya, Gadis Udik, meskipun Thomas gagal menikah dengan calon istrinya, tapi jangan harap kamu bisa kembali bersama putraku. Dia akan mendapatkan wanita yang lebih baik dari kalian!" cetus Agnes memperingati Clara. Dia tidak tahu kalau saat ini Clara sedang merasakan nikmatnya kontraksi untuk melahirkan cucunya.
Clara tak bisa menjawab, apalagi setelah itu panggilan langsung ditutup. Dia mencengkram pinggiran meja, karena tak ada yang bisa dimintai tolong akhirnya dia pun terduduk di lantai.
"Anak kita akan lahir, Thom, tapi kamu belum juga kembali, katanya setelah urusanmu dengan Ayanna selesai kamu akan datang kesini," gumam Clara berganti memegangi perutnya, mengingat ucapan Thomas sebelum pulang ke Jakarta.
tuh anthea panik,dallie sdh gedor2 pintu.
sapa tau Kamu kenal...
klo trnyata gak kenal...
ya kenalan lah..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Main" kok sama keluarga Tan....
Salah nyari lawan kamu...😏😏😏😏
Dallie pulang noh...bukain pintu...
Masa Athea yg bukain pintu,,runyam urusannya nanti....🙄🙄🙄🙄🙄
Refal Refall...kepercayaan itu seperti kertas, sekali di Rematt dia tak akan kembali sempurna lagi. Kamu di butakan sama Uang 100 jeti , sampai kamu menghianati sebuah kepercayaan yang selama ini keluarga Tan berikan padamu...kebaikan kamu balas dengan penghianatan...Sadissss