NovelToon NovelToon
Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Poligami / Janda / Harem / Ibu Mertua Kejam / Tumbal
Popularitas:62.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hayisa Aaroon

Di Era Kolonial, keinginan memiliki keturunan bagi keluarga ningrat bukan lagi sekadar harapan—melainkan tuntutan yang mencekik.
~
Ketika doa-doa tak kunjung dijawab dan pandangan sekitar berubah jadi tekanan tak kasat mata, Raden Ayu Sumi Prawiratama mengambil jalan yang tak seharusnya dibuka: sebuah perjanjian gelap yang menuntut lebih dari sekadar kesuburan.
~

Sementara itu, Martin Van der Spoel, kembali ke sendang setelah bertahun-tahun dibayangi mimpi-mimpi mengerikan, mencoba menggali rahasia keluarga dan dosa-dosa masa lalu yang menunggu untuk dipertanggungjawabkan.

~

Takdir mempertemukan Sumi dan Martin di tengah pergolakan batin masing-masing. Dua jiwa dari dunia berbeda yang tanpa sadar terikat oleh kutukan kuno yang sama.

~

Visual tokoh dan tempat bisa dilihat di ig/fb @hayisaaaroon. Dilarang menjiplak, mengambil sebagian scene ataupun membuatnya dalam bentuk tulisan lain ataupun video tanpa izin penulis. Jika melihat novel ini di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayisa Aaroon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecurigaan Raden Mas Soedarsono

Sumi menegang mendengar pertanyaan itu. Ia tidak menyangka sang suami akan menangkap perubahan sikapnya begitu cepat, menghubungkannya langsung dengan kedatangan Martin.

"Kangmas," sahutnya cepat, matanya mencari-cari titik fokus di lantai terakota alih-alih menatap langsung mata suaminya. "Saya hanya ... berbicara apa yang selama ini saya pendam."

Tapi Raden Mas Soedarsono bukanlah pria yang mudah dikelabui. Sebagai seorang patih yang terbiasa menghadapi berbagai macam orang dan intrik politik kadipaten, ia bisa menangkap kejanggalan dalam nada suara istrinya.

"Diajeng, tolong jangan berbohong kepada Kangmas," ujarnya lembut namun tegas. "Lima belas tahun bersama, Kangmas tahu kapan Diajeng berkata jujur dan kapan tidak. Seumur hidup, belum pernah Kangmas melihat Diajeng berani berkata seperti ini. Jadi pasti ada sesuatu yang terjadi. Apa yang dikatakan pemuda Belanda itu kepada Diajeng?"

Sumi menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan debaran jantungnya yang semakin kencang. Angin sore bertiup lembut, membawa aroma bunga melati dari taman samping pendopo.

"Tidak ada yang dikatakan Tuan Martin," sangkalnya, kali ini dengan suara yang lebih terkendali. "Ia hanya membicarakan soal kolam ikan, seperti yang sudah saya sampaikan tadi."

Raden Mas Soedarsono mengerutkan dahi, jelas tidak percaya dengan penjelasan itu.

"Lalu mengapa sikap Diajeng berubah? Mengapa tiba-tiba bicara tentang perceraian dan menolak menjadi garwo ampil? Bukankah selama ini Diajeng selalu patuh pada keputusan Kangmas?"

Sumi terdiam. Bayangan wajah Martin kembali berkelebat dalam benaknya, kata-kata pemuda itu tentang bagaimana ia berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik, seperti memantik sesuatu dalam dirinya.

"Mungkin sudah waktunya saya berpikir tentang diri saya sendiri, Kangmas," ucapnya akhirnya, suaranya lirih namun jelas. "Lima belas tahun saya mengabdi sebagai istri, selalu mendahulukan kepentingan Kangmas daripada perasaan saya, menerima Kangmas menikahi garwo ampil tanpa protes sedikit pun. Saya menerima cacian dari Ibu yang terus mengatakan bahwa saya istri tidak berguna karena tidak bisa memberi keturunan."

Sumi berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. Ada kesedihan yang mendalam di matanya, namun juga tekad yang belum pernah dilihat sang suami sebelumnya.

"Dan sekarang, setelah semua pengabdian itu, saya akan diturunkan derajatnya menjadi garwo ampil? Digantikan oleh perempuan yang bahkan belum membuktikan apa-apa? Maafkan kelancangan saya, Kangmas, tapi saya rasa ... saya pantas mendapatkan lebih baik dari itu."

Soedarsono terdiam mendengar pengakuan itu. Ada kebenaran dalam kata-kata Sumi yang tidak bisa ia sangkal.

Selama lima belas tahun, Sumi memang telah menjadi istri yang sempurna—mengurus rumah tangga dengan baik, menerima poligami tanpa protes, bahkan tetap tegar menghadapi cibiran dari ibu mertuanya sendiri.

"Kita terikat oleh tradisi, Diajeng," ucap Soedarsono akhirnya, suaranya lebih lembut. "Kangmas tahu ini tidak adil, tapi ini adalah jalan terbaik yang bisa Kangmas tawarkan agar kita tetap bersama. Ibu menginginkan Retno menjadi istri utama karena dia masih muda dan terbukti bisa mempunyai anak. Tapi Kangmas tidak mau kehilangan Diajeng."

"Saya mengerti beban Kangmas sebagai anak laki-laki satu-satunya yang harus meneruskan garis keturunan," balas Sumi. "Tapi jika Kangmas benar-benar menghargai pengabdian saya selama ini, Kangmas akan tetap mempertahankan kedudukan saya sebagai garwo padmi."

Suasana semakin tegang di antara mereka. Di kejauhan, lampu-lampu minyak mulai dinyalakan oleh para abdi, menerangi halaman Dalem Prawirataman yang mulai gelap.

Bayangan pohon-pohon mangga dan rambutan menari-nari di tanah, digerakkan oleh angin malam yang mulai berhembus.

"Kangmas tidak bisa," ucap Soedarsono akhirnya, ada keputusasaan dalam suaranya. "Itu syarat dari keluarga Retno. Mereka tidak akan menerima jika putri mereka tidak menjadi garwo padmi. Dan Ibu sangat menginginkan pernikahan ini terjadi."

Sumi tersenyum pahit. Pernikahan selalu tentang politik dan status bagi keluarga bangsawan Jawa, bukan tentang cinta atau kesetiaan. Ia seharusnya tahu itu sejak awal.

"Kalau begitu, Kangmas sudah memilih," ucapnya dengan suara yang bergetar. "Dan pilihan Kangmas bukan saya."

"Jangan berkata seperti itu, Diajeng," Soedarsono menggapai tangan istrinya, namun Sumi dengan halus menarik tangannya menjauh. "Kangmas memilih jalan di mana kita bisa tetap bersama."

"Dengan menurunkan derajat saya?" tanya Sumi. "Dengan menunjukkan pada seluruh masyarakat bahwa saya telah gagal sebagai istri? Tidak, Kangmas. Saya lebih baik mengundurkan diri dengan hormat daripada diturunkan dengan aib."

Raden Mas Soedarsono menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan—campuran antara kekaguman, kesedihan, dan juga ... kecurigaan.

Sumi tidak pernah berbicara seperti ini sebelumnya. Selama lima belas tahun, ia selalu menjadi istri yang patuh, yang menurut pada setiap keputusan suaminya tanpa banyak bertanya.

"Saya tetap curiga ada pengaruh dari pemuda Belanda itu," ucap Soedarsono akhirnya. "Diajeng tidak mungkin tiba-tiba berubah seperti ini tanpa alasan."

Sumi terdiam sejenak. Haruskah ia mengakui bahwa kata-kata Martin memang telah menggugah sesuatu dalam dirinya?

Bahwa pertemuannya dengan pemuda itu telah membuka matanya tentang betapa ia telah mengorbankan dirinya selama bertahun-tahun demi tradisi dan keluarga?

"Tuan Martin hanya membicarakan bisnis," ulangnya, masih bersikeras dengan sanggahannya. "Jika ada yang berubah dalam diri saya, itu karena saya telah banyak berpikir akhir-akhir ini. Tentang hidup saya, tentang masa depan saya jika Kangmas benar-benar menceraikan saya seperti yang diinginkan Ibu."

Suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah dalam rumah. Mbok Sinem, abdi kepercayaan Sumi, muncul dengan membawa nampan berisi dua cangkir teh dan sepiring kecil kue-kue tradisional.

"Permisi, Ndoro," ucapnya sambil menunduk hormat. "Si Mbok bawakan teh untuk Ndoro berdua."

Kehadiran Mbok Sinem menginterupsi pembicaraan mereka, mungkin tepat pada waktunya sebelum situasi menjadi semakin tegang.

Sumi menatap abdi perempuan yang telah mengabdi pada keluarganya sejak masih gadis. Ada kelembutan dan pengertian di mata tua itu, seolah mengerti pergumulan batin yang sedang dialami oleh majikannya.

"Terima kasih, Mbok," ucap Sumi dengan senyum tipis.

Setelah Mbok Sinem menjauh, Soedarsono mengambil cangkir tehnya, menyesapnya perlahan sebelum kembali menatap istrinya.

"Kita akan bicarakan ini lagi nanti malam," ucapnya, suaranya kembali tenang dan berwibawa seperti biasa. "Kangmas harap Diajeng bisa berpikir lebih jernih, tidak terbawa emosi sesaat."

Sumi hanya mengangguk pelan, tidak menjawab. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukan sekedar emosi sesaat.

Perubahan yang terjadi dalam dirinya lebih dari itu—ini adalah kesadaran baru, sebuah kebangkitan akan harga dirinya sebagai perempuan.

Ketika Soedarsono beranjak pergi untuk membersihkan diri sebelum makan malam, Sumi tetap duduk di pendopo.

Matanya menatap jauh ke arah gerbang di mana mobil Ford hitam Martin menghilang beberapa saat lalu.

Selain ketakutan akan aib yang mungkin ditimbulkan oleh pertemuannya dengan pemuda Belanda itu, ada sesuatu yang lain yang ia rasakan—sebuah kegamangan akan masa depan yang mungkin tidak akan mudah bagi seorang janda tanpa anak seperti dirinya.

1
Tati st🍒🍒🍒
lanjut
gaby
Crita yg sangat bagus, minim typo. Bener2 crita yg klasik yg mengaduk emosi
Hayisa Aaroon: Suwun, Ndoro 😍🙏
total 1 replies
gaby
Pengen tau dampak dr gagalnya Soedarsono jd Bupati bagi emaknya. Mudah2an langsung stroke & ga ada yg mau ngurusin, jgn langsung mati, biar dia tersiksa pelan2. Dan mudah2an pernikahan Sumi segera di legalkan secara hukum, lalu hamil. Agar smua masyarakat terutama mantan suami & mertuanya tau siapa yg mandul sebenarnya
FiaNasa
klau saran saya ndoro kang mas lebih baik mengundurkan diri & terima kenyataan bahwa ndoro ayu Sumi sudah sah jadi nyonya Martin van der spoel nggeh 😀😀😀dr pada ketauan publik kebusukan jenengan ndoro mas😀😀
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndini Andana: keluarga Retnosari pasti akan membatalkan perjodohan 😋
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndini Andana: yoi.. efek psikologisnya lebih dahsyat, buat Soedarsono, keluarga apalagi kanjeng mami 🙉🙈
total 5 replies
neng Ai💗
Seruuu....,semoga berhasil Johan & team
Triutama Bdg
semoga semuanya lancar yah dan soedarsono sadar
Darwati Zian
Alhamdulillah akhirnya sodarsono tau gmn rasanya hancur ga jadi pejabat JD orang biasa aja atas kebodohannya sendiri
ᴳᴿ🐅🍁🥑⃟𝙉AƁίĻԼል❣️ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf
karir sudah di ujung tanduk masih perlu berfikir disuruh mundur suka rela /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
ᴳᴿ🐅🍁🥑⃟𝙉AƁίĻԼል❣️ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf
bisa diandalkan , gesit bertindak das des detektif nya
Mami Eni
22:13
Amelia Puji Rahayu
pas lg mikir dpt bisikan gaib lg dr Ki jayengrana,batal mikir deh
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
semakin gonjang ganjing nasibmu Raden,
obsesimu kepada Sumi menghancurkan mu perlahan ,
kanjeng Kusumawati klo tau hal ini bisa serangan jantung
😅
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
kann kann
bener kata ibu mu
kamu nya aj ngeyel sudh seperti ini baru lah lemes hadeh kemana saar mengebu2 mau hancurkan martin
wiss jann soedarsono2 ndoro ne sek mumet /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ai Emy Ningrum: opo meneh iki...manut ae karo ndoro mas /Shy//Slight//Silent/
Ai Emy Ningrum: mengsedih jd nya 😋 selain benang emas ,aset apa lg yg bisa duduwitin nih 🙄 🤔 masa jual kuda delman 🐎 ,trus aku kudu piyee,numpak opo 😏
total 12 replies
Amara
Rasa kalut yang mendera Soedarsono bisa jadi senjata baru ini, semakin beringas dan tak terkendali .perasaan ingin melenyapkan keluarga Van der spoel semakin kuat...
Fetri Diani
sy tau gaya menulis ndoro... tetep runut dan enak di baca.... tapi inii..... terlalu...... mm... thas thes ndoro.. /Grimace/
Hayisa Aaroon: Saya lagi belajar nulis novel pendek Ndoro, ini aja udah diusahakan g terlalu detail masih panjang 😂🙏 sedang Ki Jayeng aja belum tersentuh, belum lagi Pariyem n Wasilah. Ini paduan misteri sama kolonial (kombinasi berat), jadi pikir saya harus das des pancal sana pancal sini biar g bosen, beda ma (romansa kolonial) ada komedi n manis-manis jadi g berat. boleh kasih saran berasa kurang di manany? Penggambaran detai suasana atau lokasi? Atau bagaimana?
Amara: mungkin ndoro othor takut pembaca bosan kalau bacaannya yang klemar klemer🤭, tapi kalau mode novelnya sekaliber ini yaa seneng2 aja yang baca.
waktu awal ketemu itu dibisikin Sanghita ,sdh di bab 22/25 an .jadilah ngebut karena bacanya ,meski konflik tapi serasa adem , tuturan halus khas piantun jawi.
total 10 replies
mbok e Gemoy
kalau lihat dari cerita yang ndoro buat,pasti ceritanya akan lebih rumit.masih banyak misteri belum di kupas tuntas.Makin penasaran,
Anggita 2019
semakin seru
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
mulutmu harimau mu ,
tunjukan aksi mu tuan Dekker
tuan Dekker bekerja sesuai prediksi nya
cekatan dan penuh perhitungan menyelidiki
makin terancam pihak Soedarsono
bahkan bunda nya pun trs menekan agar segera menikahi Retnosari
berlawanan dgn keinginan nya untuk rujuk dgn Sumi ,
jgn mimpii Raden 😅
Nina Puspitawati
makin penasaran
Amelia Puji Rahayu
penjahat yg garang tp gampang dibegoin,jadi ingat film home alone 🤣
Amelia Puji Rahayu: Uda pinter cakep lg,jd bingung mau pilih penjahatnya apa Martin 🤣
Hayisa Aaroon: ntar kalau penjahatnya pinter kayak Herjuno, Ibu Ibu di sini yang tekanan batin 😅
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!