Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Usai hari itu benar saja si Tajer tukang tipu itu pun tak pernah datang bahkan sekedar menewarkan sayur.
Keadaan kembali membaik untuk ku meski tidak untuk mama.
"Mama yakin pasti kamu itu jodoh mu di pagar secara gaib sama seseorang" ujar mama di suatu pagi.
"Pagar gaib? Apa itu ma?" tanyaku.
"iya pagar gaib supaya kamu nggak laku buat nikah" sahut mama, yang membuatku ingin terpingkal.
Ketika itu bapak yang bersiap mau berangkat berdagang pun menggeleng mendengar ucapan mama, pagi ini bapak memang berangkat tak terlalu pagi, bapak bilang sedang cape.
"Kalo sudah kena pagar gaib, kamu harus mandi air comberan dari parit" kata mama membuatku bergidik. bagaimana nggak bergidik rambut yang selalu aku keramasi pake shampo emeron harus kena air comberan hiiii....ngeri lah.
Malam hari saat bapak dan mama tengah santai. Datang seorang pria matang tubuh nya tinggi besar dengan kumis lebat di atas bibir nya.
Dalam hati aku ketakutan dengan kejadian yang sudah-sudah.
"Ya Allah...semoga orang itu tidak datang untuk melamarku" aku terus berdoa dan.
"Putri..kemari nak" seru bapak...tubuh ku panas dingin, takut apa yang aku pikirkan terjadi.
Aku duduk di samping bapak.
"Putri..kenalkan om ini teman lama bapak" ucap bapak, aku melirik nya sekilas om itu tersenyum. "hmmm nggak begitu buruk" gumam ku dalam hati.
"Om ini sedang mencari seseorang untuk bekerja di rumah nya, apa kamu bersedia?" ujar bapak yang bertanya padaku.
"Ups ternyata mencari pembantu to?" gumamku dalam hati sembari kegirangan karna apa yang aku pikirkan tak terjadi.
Aku mengangguk setuju.
"Nah kalo sudah setuju biar besok bapak antar kamu ke rumah om ini" sahut bapak lagi.
Malam nya aku bisa tidur dengan nyenyak.
Pagi sebelum fajar aku segera bersiap, mempersiapkan pakaian mana yang akan aku bawa, pakaian ku tak banyak sih itu pun banyak yang sudah bulukan, akibat jarang beli baju.
Setelah selesai mempersiapkan pakaian ku aku pergi ke kamar mandi untuk ritual mandi, usai mandi aku segera memasak yah walaupun cuma telor dadar sama nasi. Tapi nggak papa itung-itung aku kan akan pergi, jadi aku buat orang tuaku senang dulu.
"Tumben kamu rajin hari ini Put" seru mama dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Iya ma, aku kan mau pergi kerja" sahutku sembari menyapu rumah.
Setelah semua nya usai aku berniat istirahat dulu sebentar, jam juga masih meninjukan pukul 05:15.
Tak terasa karna merasa semua kerjaan telah selesai aku pun tertidur pulas. Aku baru terbangun saat jam 07:30.
"Ya ampun aku sudah kesiangan" gumamku, aku berlari keluar mencari keberadaan bapak. Kulihat bapak tengah merokok.
"Bapak...jam berapa kita berangkat?" tanyaku antusias.
"Sore saja Put...." sahut bapak.
"Bapak nggak dagang hari ini?" tanyaku.
Bapak menggeleng. Aku pun ke dapur untuk mengisi perut.
Sore hari pukul 16:00 bapak mengantarku ke rumah teman nya.
Tiba di sana bapak ngobrol sebentar dengan teman nya yang baru aku tau nama nya om sony.
Beberapa menit bapak mengobrol, bapak pun pamit pulang.
"Putri bapak pamit pulang dulu, kamu yang rajin ya kerja di tempat om sony" ucap bapak sembari pamit, aku mencium tangan bapak.
"Hati-hati pak" kata ku bapak mengangguk. Jarak rumah kami dengan tempatku kerja sekarang lumayan jauh, 10 meter jarak yang harus di tempuh.
"Kerja nya mulai besok saja ya, soal nya kerja nya masak buat para pekerja besi tua sama bersih-bersih rumah saja" kata om sony, aku mengangguk.
"Ini kamar mu, aku harap kamu betah di sini" sambung nya lagi.
"Terima kasih om" ucapku dengan sopan.
Kemudian aku masuk dan menutup kamar, dari jendela aku bisa melihat para pekerja besi tua yang masih beraktifitas hingga magrib menjelang. Suara dentuman besi tua yang di lempar memekakan telinga ku.
Pukul 05:00 pagi aku mulai bersih-bersih sembari menanak nasi. Selesai itu aku harus menunggu lagi, karna kang sayur datang nya jam 07:00.
"Ini uang gunakan untuk belanja, jika kurang bilang saja" kata om sony, kalo aku lihat om sony ini orang nya ramah dan berwibawa.
Istri om sony ada di Jatim. Kebetulan sekarang kami ada di pulau K.
Setelah semua nya selesai pekerjaan ku hanya sedikit. Aku lebih banyak bersantai.
Sering kali aku gunakan waktu ku untuk tidur atau sekedar mengintip para pekerja besi tua dari balik jendela.
"Huf bosan sekali" lirih ku.
Hari demi hari aku jalani pekerjaan yang tak begitu melelahkan.
"Put temeni om lihat ikan lele yuk" ajak om sony pada suatu malam.
"Apa jauh om tempat nya?" tanyaku.
"Ah enggak jauh kok" sahut om sony.
Kami pun berangkat, tak lama kami sampai. Namun ada yang membuatku heran. Kenapa melihat ikan lele harus masuk ke hutan.
Tiba di sana aku mengernyit ternyata om sony mengajak ku mengawasi para pemuat besi tua.
"Eh tu cewek incaran mu di bawa sama bos" lirih seorang pekerja pada teman nya. Namun masih bisa aku dengar.
Aku cuek pada mereka, karna menurut penglihatan ku aku tak tertarik sedikit pun pada mereka.
Setelah selesai om sony mengajak ku pulang, mataku sangat mengantuk.
Sampai di rumah aku langsung cuci kaki dan segera masuk kamar untuk memejamkan mata.
Setiap malam pada waktu luang aku selalu keluyuran sekarang. Aku merasa duniaku seperti tak terikat oleh apapun.
"Suit suit" suara suitan dari pemuda yang aku lewati. Aku cuek dengan itu aku terus berjalan.
Aku keluyuran bukan untuk nakal. Tapi hanya sekedar mencari hiburan.
"Boleh kenalan?" tanya seorang pemuda yang tempo waktu itu bersuit padaku.
"Namaku Agus" ucap nya sembari mengulurkan tangan nya.
"Oh iya namaku Putri" sahutku.
Hari-demi hari kami sering bertemu. Kami pun kini akrab pemuda yang bertubuh tinggi itu, mulai mengutarakan isi hati nya. Yang kusambut dengan kata iya aku terima.
Akhirnya kami menjalani hubungan dengan status berpacaran. Setiap malam kami bertemu, Agus punya banyak teman pria, tak jarang aku pergi dengan teman nya. Yang membuat Agus cemburu.
"Kita jalan ke arah sana aja ya" ucap Agus di suatu malam, ia mengajak ku pergi ke tempat yang gelap hanya untuk ngobrol.
"Pelit banget sih setidak nya ajak ngobrol duduk di cafe ini malah duduk di pinggir jalan yang gelap" gerutu ku dalam hati.
Saat akan pulang. Tiba-tiba motor yang di gunakan mogok. Ternyata bensin nya habis.
"Kamu tunggu di sini ya, aku segera kembali" ucap nya sembari mendorong motornya untuk mencari bensin.
Di tempat gelap dan seorang diri tentu saja aku nggak mau, aku berjalan perlahan.
Tiba-tiba "Guk guk guk!!" suara gonggongan anj*ng membuat tubuh ku panas dingin. Netra ku sibuk mencari asal suara itu. Saat netraku sudah dapat melihat apa yang aku cari tentu saja kaki ku begitu lemas.
Anj*ng yang tak di ikat dan sudah siap untuk menerkamku. Aku berjalan cepat sesekali menjongkok untuk meraba mencari batu.
Setelah berhasil membuat Anj*ng itu takut aku pun segera berlari.
...****************...
BERSAMBUNG