Malam Petaka Berakhir Di Pelaminan

Rara memperhatikan kamar suaminya yang sudah kelihatan rapi,” aku diminta rapikan kamarnya, terus apa yang harus aku kerjakan? Kamarnya sudah sangat bersih sampai-sampai secuil kotoran debu pun tak terlihat. Kayaknya Mas Bara tipe pria yang sangat menyukai kebersihan dan kerapian.”

Rara hanya melipat mukenah dan sajadahnya serta dua buah Alquran yang telah dipakainya ke atas rak lemari khusus perlengkapan sholat.

Rara memakai hijabnya dan merias wajahnya memakai makeup karena ingin menyamarkan mata padanya yang sedikit bengkak efek menangis semalam suntuk.

“Moga saja mama dan papa nggak menyadari apa yang terjadi kepada kami semalam,”

Setelah dirasa cukup bagus dan rapi, Rara berjalan menuruni tangga rumah yang terbilang besar tapi, terbilang sepi karena tersisa dihuni oleh sepasang suami istri sang pemilik rumah dan tiga asisten rumah tangga.

Rara berjalan ke arah dapur setelah menghirup wangi aroma bumbu masakan yang berasal dari arah dapur.

“Wanginya, jadi laper kalau gini,” tiba-tiba perutnya berbunyi nyaring pertanda dia sungguh-sungguh kelaparan.

Rara berjalan lebih mendekati ke arah dapur dan melihat suaminya dan ibu mertuanya masak bareng. Rara terkesima melihat penampilan suaminya yang memakai apron ditubuhnya dan tidak menduga jika Bara akan berada diposisinya saat ini.

Dia semakin dibuat terkagum-kagum dengan pesona suami jodoh dadakannya suami yang jauh-jauh hari ditentukan oleh kedua orang tuanya.

“Adem yah melihat mas Bara berpakaian seperti itu. Selalu saja tetap terlihat ganteng maksimal meskipun memakai celemek,” pujinya Rara yang terpesona melihat pria yang terlihat selalu cool dan cuek saat ini beradu dengan mengulek bumbu di atas cobekan.

Bara sedang serius mengulek bumbu sedangkan Bu Ratu menggoreng tahu tempe dan ayam. Bi Diah sedang memasak nasi kuning yang sudah tercium aroma wanginya yang menguar memenuhi setiap penjuru sudut dapur.

Bu Ratu tanpa sengaja melihat kedatangan Rara dan tersenyum ramah melihat menantu kesayangannya.

“Sudah lama Nak? Kenapa berdiri terus seperti itu. Sini duduk nggak baik bumil berdiri berlama-lama,” pintanya Rara yang membuat Rara malu-malu.

“Nggak usah malu, semua orang di keluarga ini sudah tahu kalau istriku sedang hamil calon penerusnya Bara Yudha Nugraha,” ujarnya Bara sambil mengulurkan tangannya untuk menyambut kedatangannya Rara.

Rara menyambut uluran tangan suaminya, tapi sedikit menyentuhnya saja karena Bara habis megang cabe-cabean.

“Mas, tangannya dilap atau dibersihkan dulu. Itu bekas cabe kan?” Tanyanya Rara yang takut kepedesan sehingga buru-buru menarik uluran tangannya.

Bara cekikan karena baru tersadar dengan apa yang diperbuatnya,” maaf sayangku saking eksaitik dan bahagianya suamimu ini sehingga tidak menyadarinya.”

Bu Ratu dan bi Diah tersenyum simpul mendengar percakapan pengantin baru itu.

“Sini, aku yang gantiin Mas,” tawarnya Rara.

“Nggak perlu istriku repot-repot, aku sudah terbiasa kok masak,” tolaknya Bara.

“Keempat-empatnya putraku itu jago masak loh Ra, mereka memang sedari kecil Mama sudah ajarin dan biasakan mereka bekerja di dapur dan di rumah agar tidak hanya jadi beban istri,” ucapnya Bu Ratu diakhiri dengan candaan.

“Anak lelaki the best lah kalau gitu Ma,” balasnya Rara yang hanya duduk menyaksikan kegiatan mereka karena selalu dilarang kalau mau membantu.

“Kamu pengen makan nasi kuning buatannya Mama katanya Bara?” Tanyanya Bu Ratu sembari mengecek rasa makanan yang dimasaknya.

Rara tersipu malu-malu mendengarnya,” iya Ma, nggak tau kenapa akhir-akhir ini selama hamil selalu pengen makan nasi kuning apalagi pake daging rendang itu yang paling aku sukai.”

“Ternyata calon anak dan papanya kesukaannya sama. Dulu waktu mama hamilkan Bara juga gitu loh. Hampir selama sembilan bulan itu hanya mau makan nasi kuning nggak mau makan nasi jenis lainnya,” imbuhnya Bu Ratu.

Perkataan Bu Ratu membuat Rara terdiam sejenak memikirkannya,” ya Allah andaikan, ini adalah anak kandungnya pasti aku bahagia banget. Tapi, apa sedekat itu dengan calon bayiku sehingga masa ngidam kami sama.”

Bara dan lainnya tidak menyadari apa yang dipikirkan oleh Rara karena mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Semua hidangan sudah tersaji di atas meja makan, mulai dari nasi kuning yang tercium aroma wanginya hingga ayam goreng rica-rica, tahu tempe, mie goreng dan acar sebagai pelengkap pendamping nasi kuningnya dan jangan lupakan kerupuknya.

Semua orang menikmati masakan pagi itu, sesekali terdengar percakapan diantara mereka. Rara bahagia karena kehamilannya disambut dengan antusias oleh semua orang.

Berselang beberapa menit kemudian…

Bara dan Rara berpamitan kepada kedua orang tuanya dan meminta mereka untuk datang berkunjung besok siang di rumahnya karena akan mengadakan syukuran kecil-kecilan masuk rumah.

“Bara, jangan lupa dipanggil Daeng ke sana untuk baca-baca itu rumahmu,” ucapnya Bu Ratu yang meminta kepada putranya mengadakan acara adat selametan masuk rumah sesuai tradisi Bugis Makassar.

“Iye, aku pasti akan telpon Pak Daeng dan bertanya kepada istrinya apa saja yang harus kami persiapkan nantinya sebelum masuk rumah,” imbuhnya Bara.

“Kalau bisa kamu singgah lah di rumahnya terlebih dahulu sebelum kalian menginap di rumahmu malam ini,” pintanya Pak Nugraha.

Bu Ratu mengusap perutnya Rara,” sehat-sehat yah calon cucunya Oma, semoga kamu dan bundamu sehat-sehat sampai lahiran. Kami nggak sabar menunggumu lahir ke dunia ini jagoan.”

“Amin, makasih banyak Ma,” balasnya Rara yang betapa senangnya diperlakukan seistimewa itu.

“Insha Allah Ma, kalau gitu kami pamit,” ucap Bara kemudian mengecup punggung tangan kedua mertuanya seperti kebiasaannya selama ini.

Bara mengemudikan roda empatnya dan menuju ke rumah Daeng Rapi sebelum ke klinik dokter praktek kandungan sesuai dengan petunjuk kedua orang tuanya.

Setelah dari rumahnya Daeng, mereka kembali melanjutkan perjalanannya ke sebuah klinik dokter kandungan yang sudah terkenal di daerah Makassar.

Bara melingkarkan tangannya ke pinggang istrinya sambil berjalan ke arah dalam ruangan praktek dokter Aisyah. Rara yang diperlakukan seperti, hatinya kembali berdesir seketika dan cukup nyaman.

“Ya Allah, kalau diperlakukan seperhatian gini aku bisa secepatnya melupakan kak Dewangga. Moga saja bisa melupakan kakak Dewa, demi kebahagiaan rumah tanggaku masa lalu itu harus aku lupakan,” batinnya Rara.

Kedua pasangan suami istri itu sudah duduk di depan dokter obgyn yang sudah terkenal kemampuannya sebagai seorang dokter kandungan.

“Bu Rara terakhir haid itu sekitar tiga bulan lebih yah, kalau gitu kita cek pakai USG karena ibu Rara sudah mengeceknya memakai tespack,” titahnya dokter Aisyah sambil berdiri dari duduknya dan menuntun Rara ke sebuah ranjang.

Dengan telaten, Bara membantu Rara naik ke atas ranjang dan membantu istrinya menyingkap sebagian gamis yang dipakainya dan menutupi tubuh bagian bawahnya Rara agar tidak terlihat oleh dokter dan perawat tersebut.

Dokter itu segera mengoleskan sebuah gel tepat di atas perutnya Rara yang terasa dingin. Rara menahan rasa geli ketika dokter itu mengoleskan gelnya, karena bagian daerah sensitifnya adalah di perutnya.

“Dingin yah,” ucap singkat Dokter sembari tersenyum melihat reaksinya Rara.

Rara terkikik geli,” geli Dokter.”

“Itu hal biasa terjadi daerah sensitif setiap orang berbeda-beda, seperti othor katanya bagian telapak kakinya. Coba perhatikan ke layar komputernya dan semuanya normal baik dari ukuran, jumlah air ketuban sesuai dengan usia kehamilannya yang sudah masuk 15 minggu, dan ternyata kalian berdua akan memiliki bayi kembar,” jelasnya Dokter Aisyah yang masih memutar sebuah alat tepat di atas perutnya Rara yang mulai membuncit.

Rara dan Bara saling bertatapan dan air mata kedua pasutri itu tanpa aba-aba terlihat di pelupuk matanya mereka saking bahagianya karena ternyata Allah SWT memberikan berkah rezeki dua calon bayi sekaligus.

“Masya Allah, Allahu Akbar kami akan mendapatkan dua calon baby, Dokter?” Tanyanya Bara yang sedari tadi memegangi tangannya Rara.

“Subhanallah, syukur Alhamdulillah kami akan mendapatkan baby twins,” ucapnya Rara yang sudah menangis tersedu-sedu saking terharunya dengan kabar baik dan gembira itu.

Dokter Aisyah mengangguk sebelum berbicara,” iya kalian akan mendapat baby kembar, tapi bukan dua malah tiga loh kantung bayi dan kalian sudah bisa mengetahui jenis kelaminnya mereka setelah kita melakukan serangkaian tes genetik yaitu test NIPT atau CVS selain menggunakan USG 4D yang lebih akurat lagi.”

Bara dan Rara kembali dibuat takjub karena ternyata akan memiliki tiga calon keturunan sekaligus.

“Allahu Akbar Allah Maha Besar, makasih banyak ya Allah,” ucap pasutri itu berbarengan.

“Silahkan saja lakukan tesnya dokter sekalian karena kami tidak buru-buru juga,” usulnya Bara.

Ia cukup penasaran dengan jenis kelamin calon anak kembarnya meskipun jenis kelamin mereka tidak pernah dipermasalahkannya lelaki atau perempuan sama saja.

“Baiklah, harap bersabar sebentar yah, saya akan melakukan tes tersebut,” balasnya dokter Aisyah.

“Kami memiliki riwayat kembar di keluarga kami Dokter. Jadi, mungkin karena itu anak kami juga akan terlahir kembar?” Tanyanya Rara yang penasaran dengan hal itu karena kedua adiknya Arriana dan Brianna kembar identik.

Dokter Aisyah pun mulai menjelaskan,” Ya, seseorang bisa hamil kembar meskipun tidak ada riwayat kembar dalam keluarga mereka. Kehamilan kembar identik (kembar yang berasal dari satu sel telur yang membelah) bisa terjadi tanpa faktor genetik. Sementara itu, kehamilan kembar tidak identik (kembar yang berasal dari dua sel telur yang dibuahi terpisah) memiliki kecenderungan lebih tinggi jika ada riwayat kembar dalam keluarga, tetapi tetap mungkin terjadi tanpa riwayat tersebut.”

“Saudara Papa juga ada yang kembar kok, mereka tinggalnya di Shanghai dan ada yang di Singapura,” sahutnya Bara.

Rara terdiam sejenak memikirkannya,” ya Allah, ini kan mungkin terjadi karena garis keturunan dari Mama dan itu sangat mustahil kalau alasannya karena Mas Bara. Bayiku sama sekali tidak ada hubungannya dengan Mas Bara. Apalagi ayah biologisnya jelas-jelas bukan Mas Bara tapi pria lain yang entah siapa orangnya,” Rara membatin.

Dokter Aisyah kembali menjelaskan mengenai hamil kembar tersebut,”

Kehamilan kembar identik terjadi ketika satu sel telur dibuahi dan kemudian membelah menjadi dua embrio. Ini adalah proses yang sepenuhnya acak dan tidak dipengaruhi oleh genetik. Sedangkan, Kehamilan kembar tidak identik terjadi ketika dua atau lebih sel telur dibuahi pada waktu yang sama. Faktor genetik, terutama dari ibu, bisa meningkatkan peluang terjadinya kehamilan kembar tidak identik. Namun, bahkan tanpa riwayat keluarga, dua sel telur bisa dibuahi secara acak, sehingga kehamilan kembar tidak identik tetap mungkin terjadi.

Faktor Lain yang Mempengaruhi:

Selain faktor genetik, faktor lain seperti usia ibu, penggunaan obat kesuburan, dan program bayi tabung juga bisa meningkatkan peluang hamil kembar.”

Setelah beberapa saat kemudian, Dokter Aisyah telah melakukan tes untuk mengetahui jenis kelaminnya dan ternyata calon anak mereka tidak kembar identik.

“Selamat kalian akan mendapatkan sepasang bayi kembar yaitu cewek dan cowok, tapi maaf bayi kalian yang satunya ngumpet kayaknya dia pengen berikan kejutan untuk kedua orang tuanya,” jelas Dokter Aisyah.

“Alhamdulillah makasih banyak ya Allah, sepasang rupanya calon anakku,” ucapnya Bara yang tidak bisa menutupi kebahagiaannya di depan orang lain.

Rara kembali dibuat takjub karena sikap dan reaksinya yang Bara tunjukkan. Setau Rara suaminya yang sekarang bukanlah pemilik bayinya melainkan pria yang tidak diketahui siapa orangnya tetapi lelaki yang menjadi suami sahnya sangatlah antusias, gembira, senang, bersemangat dan eksaitik mendengar kabar baik itu.

“Ya Allah, andaikan benar adanya kalau Mas Bara adalah Papa kandungnya bayi kembarku lengkap lah sudah kebahagiaan ini,” monolognya Rara.

“Hemph pantesan Rara hamil kembar tak identik, kecebong super dan beberapa kali waktu itu aku semburkan kecebongnya makanya calon anak kami kembar. Aku benar-benar perkasa nggak tuh,” Bara membatin memikirkan malam itu ketika dia merudapaksa perempuan yang menjadi istrinya saat ini.

Bara sampai senyum-senyum sendiri sampai-sampai perawat yang sedari tadi menemani Dokter saling berbisik dan bergidik ngeri-ngeri sedap melihat tingkah aneh Bara.