NovelToon NovelToon
Gadis Peter Pan Milik Ceo Kaivan

Gadis Peter Pan Milik Ceo Kaivan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: skyl

Ini tentang sebuah perselisihan dua puluh Tahun lalu antara Atmaja dan Biantara

Mereka berperang pertumpuhan darah pada saat itu. Atmaja kalah dengan Biantara, sehingga buat Atmaja tak terima dengan kekalahannya dan berjanji akan kembali membuat mereka hancur, sehancur-hancurnya

Hingga sampai pada waktunya, Atmaja berhasil meraih impiannya, berhasil membawa pergi cucu pertama Biantara yang mampu membuat mereka berantakan.

Lalu, bagaimana nasib bayi malang yang baru lahir dan tak bersalah itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part - 5 Gadis kecil milik Kaivan

Kaivan melangkah memasuki rumah yang begitu mewah, tak kalah mewah dari mansionnya. Ia melonggarkan dasi yang berada di lehernya.

"Aahh anak mama, akhirnya datang." Wanita paruh baya itu menghampiri sang putra.

"Mama kek enggak pernah ketemu Kai sebulan aja, padahal tiga hari lalu Kai ke sini."

"Kenapa sih? Itu berarti mama sayang sama kamu, apalagi kalau kamu sudah punya istri. Kamu wajib tinggal di sini, gausah di mansion."

Kaivan mengecup pipi mamanya. Dari pada mendengar omelan ras terkuat di bumi, lebih baik Kaivan secepatnya menghindar.

"Ih orang tua ngomong itu di dengarkan," ucap sang mama.

"Kaivan dengar mah, udah yaa."

Pharita mendengus pelan melihat tingkah putranya. Setiap kali membahas tentang menantu, Kaivan selalu saja menghindar. Menyebalkan, padahal dia ingin segera menggendong cucu.

"DASAR anak nakal, papa cepat turun," teriak Pharita memenuhi isi rumah.

Di sini lah mereka, di depan meja makan. Makan malam bersama.

"Gimana perkembangan perusahaan yang kamu dirikan di kota Bandung?" tanya sang papa.

"Baik, pah."

"Terus kapan mama punya mantu?" tanya Pharita membuat sang anak menghela napas panjang.

"Nanti, mah."

"Nantinya kapan, kamu terus mengatakan nanti-nanti tapi sampai sekarang belum ada. Lama-lama mama yang jodohin kamu ke anak teman mama."

Deri selaku sang suami hanya geleng-geleng kepala melihat istrinya mengomeli putra mereka.

"Mah, anak teman mama kan rata-rata masih muda. Lihat anak ini sudah berkepala tiga, mana ada orang yang mau sama om-om," ejek Deri.

"Pah!"

Deri tertawa melihat wajah kesal putranya, sangat menggemaskan. Serasa aura-aura garangnya tak ada.

"Ini yang Kai malaskan pulang rumah, mama sama papa sibuk ejek Kai."

"Iya oke-oke papa minta maaf jagoan."

Kaivan hanya mendengus kesal. Memasukan nasi ke dalam mulutnya.

"Gimana?"

"Apanya?"

"Mantu mama."

Lagi dan lagi Kaivan menghela napas. Lelaki itu memejamkan matanya sesaat sebelum menjawab ucapan sang mama.

"Nanti mah, waktu dekat ini mama akan dapat menantu yang mama inginkan."

"Udah mah, berarti Kaivan sudah memiliki hanya saja belum ingin memberitahu kita." Deri kembali memberi ledekan.

Mereka tertawa bersama. Benar-benar hiburan untuk mereka jika melihat wajah memelas Kaivan. Yakinlah hanya ini yang membuat mereka tidak terlalu kesepian, jika Kaivan pulang ke rumah.

"Kamu nginapkan malam ini?" tanya Pharita setelah mereka usai makan malam.

Kaivan yang tengah tidur di pangkuannya, tiba-tiba membangkitkan diri.

"Enggak mah, kapan-kapan aja ya Kai nginap? Kai ada pekerjaan di mansion yang harus Kai selesaikan."

Lebih tepatnya. Kaivan benar-benar sudah tak tahan menunggu sampai besok untuk pulang ke mansion. Dia ingin melihat gadis kecilnya.

Entahlah, baru sehari bertemu. Kaivan merasa sudah terhipnotis dengan gadis tersebut, benar-benar membuatnya ingin terus menatap wajah imutnya yang bertingkah seperti anak-anak.

Dia type yang susah untuk menyukai seorang wanita. Namun, kusus Aruna berbeda.

"Hmm baiklah, asal secepatnya bawa mantu buat mama."

"Iya mamaku sayang, cerewet."

...----------------...

Kaivan baru saja sampai di mansionnya, setelah menghabiskan waktu di rumah orangtuanya.

Mansion sudah begitu sepi, para pelayan sepertinya sudah pada tidur.

Penasaran tentang gadis kecilnya. Kaivan menuju kamar Aruna.

Membuka pelan pintu tersebut, agar tidak mengangggu gadis tersebut yang sedang terlelap.

Kemarin Aruna merengek, menangis sebab tidak memiliki boneka seperti saat dirinya di mansionnya dulu. Akhirnya Kaivan membelikannya begitu banyak boneka sehingga isi kamarnya dipenuhi boneka besar, sedang dan kecil.

Kaivan akan menyuruh seseorang akan mendekorasi kamar tersebut agar terlihat nyaman untuk Aruna.

"Dia terlihat menggemaskan saat tidur," ucap Kaivan memandangi wajah Aruna yang terlihat pulas.

Dengan ragu, Kaivan menyentuh pipi mulus Aruna. Lembut! itu yang dirasakannya.

"Ah sial, kenapa gadis ini terlalu candu," batin Kaivan.

Padahal baru kemarin dia marah-marah sebab merasa dibohongi. Membeli gadis yang memiliki kelainan.

Siapa pun akan tertipu jika melihat Aruna, mereka bahkan tidak akan berpikir jika gadis yang cantik ini memiliki gangguan mental. Seperti yang Kaivan rasakan saat pertama kali melihat Aruna, tidak menyangka bahwa Aruna memiliki kekurangan.

Ia sempat berpikir bahwa tidak ada yang kurang tentang gadis yang dia beli ini dengan harga ratusan juta.

Sudahlah, lagian kini Kaivan sudah tidak menyesal lagi membelinya.

"Aruna, namanya." Kaivan sudah membaca biodata milik gadis di depannya, Rio yang memberitahunya.

Rio juga akan mencari tahu biodata asli Aruna. Kaivan tak yakin jika yang tertara di kertas adalah biodata asli Aruna. Mungkin untuk nama, memang Aruna, tetapi yang lainnya semuanya palsu, Kaivan tidak semudah itu untuk dibohongi.

Kaivan merasa ada yang tak beres. Setelah Aruna di jual kepadanya. Orang yang memberikannya tidak tau entah kemana, Rio sudah berusaha mencarinya tetapi nihil, dia kehilangan jejak, sepertinya mereka bukan orang biasa.

Tetapi mengapa mereka menjual gadis secantik ini? Apa mereka perdagangan jual beli wanita? Ya sudahlah, Kaivan tidak terlalu memikirkannya yang terpenting dia harus menyembuhkan Aruna.

Dikarenakan terlalu lelah pulang kerja serta menghabiskan waktu dengan orangtuanya membuat Kaivan merasa capek dan mengantuk. Buktinya selang beberapa menit dia sudah terlelap di samping Aruna, belum sempat ke kamarnya. Dia benar-benar mengantuk, apa modus? Hanya Kaivan yang tau, toh Aruna sudah di beli. TAPI DINIKAHIN DULU DONG ANAK ORANG, PAK.

Keesokan harinya. Aruna menggeliat, merasa tubuhnya berat.

"Apa ini, tubuh Una enggak bisa di gerakin." Tiba-tiba pikiran porn* terlintas kepalannya. Apakah dia sedang dijatuhi boom?

Aruna mengintip dengan membuka matanya perlahan.

"Ihh...." Aruna dengan gerakan cepat melepaskan pelukan lelaki di sampingnya. "Ini kenapa monster bobo di samping Una?"

Aruna menyipitkan matanya, memandang wajah Kaivan yang masih terlelap.

"Heummm, dia kalau bobo mukanya kek bayi monster, beda kalau udah bangun Una diancam mulu di masukin ke kandang singanya, uhhh dasar monster."

"Arkhhh....."

Ya! Pelakunya, Aruna. Dia menggigit pipi Kaivan membuat lelaki itu berteriak dalam tidurnya.

"Uhhh dasar monster." Ingin rasanya Aruna memukul wajah songongnya itu, tapi takut dilempar ke kandang singanya, ihh takut.

"Una enggak usah pikirin monster ini, Una pikirkan gimana Una bisa ketemu sama bibi Tika." Aruna hendak turun dari ranjang, tetapi tiba-tiba saja tubuhnya tertarik.

"Ihh...." Aruna berusaha melepaskan dekapan Kaivan.

"Mau kemana? Mau kabur?" tanya Kaivan.

"Enggak, siapa mau kabur sih? Una mau cari bibi Tika."

Sebuah kerutan tercetak di kening lelaki tampan tersebut. Dia baru sadar jika gadis kecilnya ini terus saja menyebut nama bibi Tika. Siapa beliau?

"Enggak, kamu pasti ingin kaburkan?"

"Ihh monster bodoh ya? Gimana Una kabur, Una enggak tau pintunya di mana biar balik ke rumah Una yang dulu. Kayanya Una kena Porta deh."

"Ha porta?" tanya Kaivan membuat Aruna mengangguk.

"Itu yang Una enggak sengaja masuk ke dunia orang, yang Una lihat di tv."

"Portal? L-nya kurang Aruna."

"Sama aja. Lepasin dong monster, Una mau cari bibi."

Bukannya melepaskan, Kaivan semakin mengeratkan pelukannya.

"Sebentar kamu akan bertemu dengan psikolog."

"Piscog? Apa itu."

"Psikolog Aruna, psikolog. Kamu kira jajanan piscok"

1
Pujiastuti
😅😅😅Aruna,,,,,,, Aruna sok sokan suruh Ipan jauh² bobonya ternyata ngak bisa bobo juga ya Runa kalau ngak dipeluk sama Ipan 😁🤭
Pujiastuti
😅😅😅kalau sampai berani bilang langsung kalau bos nya bodoh bakalan dipecat kalian 😁😁😁
Pujiastuti
walah ini emak sama anak malah gelut rebutan Aruna 😁😁🤭
Pujiastuti
aduh senengnya kalau punya mertua kayak mamanya Kavian
Pujiastuti
ayo lo Kaivan bisa tahan godaan ngak nih jangan macam² sama Aruna ya Ipan nanti dilaporkan ke mama ipan yang malu nanti 😁😁
Pujiastuti
Aruna ketemu ayah kandungnya ni,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!