Menceritakan perjuangan seorang miliarder dalam mendapatkan seorang hati wanita cantik nan elegan. Sosok Shaleen merupakan wanita tangguh, mandiri, dan mempunyai prinsip tinggi hingga akal pikir yang cukup di luar logika.
Namun di sisi lain, seseorang bernama Peter telah lama menyusun strategi untuk menangkap Tristan. Hal itu dikarenakan dendam masa lalu, di mana ayah Peter bernama Omar Farid di tangkap. Di tambah dia baru tau kalau Tristan juga mengincar wanita yang ia cintai selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VICENZO ─ 05
Leo menelfon kakaknya untuk membahas soal perkembangan perusahaan mereka. Leo memberi saran untuk melakukan perkembangan dengan menjual produk. Leo berniat untuk menjual produk kain serat, yang nantinya akan bekerja dengan perusahaan bisnis fashion milik Shaleen. Setelah pembahasan singkat itu, Shaleen setuju dengan ide berlian Leo. Shaleen meminta Leo untuk mengambil alih perusahaan itu sampai berkembang. Shaleen juga mengirimkan banyak kain serat dari perusahaannya untuk Leo jadikan sebagai modal usaha nya.
"Nona. Sebentar lagi kita sampai, " ucap Olivia. Hari ini Shaleen akan bertemu dengan owner mall ternama di kota Wilson. Mall itu bernama Castle Wilson Mall, dan pemiliknya bernama Mister Lucas. Selain perusahaan Shaleen, ada banyak perusahaan yang di undang untuk melakukan kerja sama. Terutama perusahaan Hilker milik Tristan.
Mereka semua sudah berkumpul di sebuah restoran. Sebenarnya meeting belum di mulai, hanya saja Shaleen belum juga kunjung datang di karenakan jaraknya yang berjauhan.
"Maaf Mister Tristan. Kita harus menunggu nona Shaleen terlebih dahulu, "
"Iya tidak apa-apa, "
"Nona Shaleen itu sebenarnya sangat tepat waktu di segala bidang pekerjaan. Tapi tidak tau kenapa belakangan ini dia sangat sibuk dengan perusahaannya yang lain, "
"Saya rasa nona Shaleen malu semenjak perusahaannya bangkrut, " ujar salah satu CEO perusahaan.
"Malu? Untuk apa saya malu?" Jawab Shaleen yang tiba-tiba datang. Melihat kedatang Shaleen, semua nya langsung berdiri.
"Saya tidak pernah merasa malu jika bisnis saya harus jatuh. Dalam dunia bisnis pasti ada yang namanya jatuh bangun. Kalian juga sama halnya dengan saya, pasti akan jatuh. Karena yang di atas belum tentu selalu di atas, dan yang di bawah belum tentu selalu di bawah,
Tapi saya tidak pernah mendoakan untuk kegagalan kalian semua. Saya doakan agar bisnis kalian lancar terus, " sambung Shaleen. Lucas lalu mempersilahkan Shaleen untuk duduk di kursinya, begitu juga dengan semua CEO perusahaan. Mereka langsung kembali ke topik pembahasan meeting hari ini. Dalam pembahasan itu. Lucas mengatakan hanya memberi peluang dua perusahaan untuk bisa bekerja sama dengannya. Dalam presentasi itu, tentu perusahaan Tristan dan perusahaan Shaleen lah yang terpilih.
Pembahasan telah selesai, Lucas mengajak Tristan dan Shaleen untuk berbincang-bincang mengenai bisnis sambil melihat-lihat area mall. Tristan juga di dampingi oleh asisten pribadinya yaitu Albert. Tanpa mereka sadari, seseorang diam-diam terlihat sedang mengambil potret gambar Tristan.
"Bos. Target kita sedang bersama nona Shaleen, "
"Sedang apa mereka? Sadap pembahasan mereka, "
"Baik bos, " orang misterius itu langsung menutup panggilan dan pergi sedikit lebih dekat dengan Tristan. Cukup lama dia menguping pembicaraan mereka, sampai akhirnya Albert sadar dan merasa curiga dengan pria itu. Karena di perhatikan oleh Albert, pria itu langsung menjauh pergi. Dan setelah cukup jauh dari mereka, orang itu kembali menghubungi bosnya.
"Bos. Informasi yang saya dapat kalau target bersama nona Shaleen akan melakukan kerja sama di hotel Castle Wilson Mall, "
"Ide bagus. Berarti kita bisa dengan mudah menangkapnya, "
"Tapi bos. Saya kurang yakin kalau dia adalah target kita. Yang saya dengar mereka menyebutnya dengan nama Tristan, "
"Kau tau apa yang harus di lakukan sekarang?"
"Baik bos, "
Panggilan pun berakhir. Orang misterius itu mendekati seorang wanita yang sedang bersama anak kecil. Pria itu mengeluarkan senjata tajam dan langsung menarik anak itu.
"JANGAN ADA YANG BERGERAK!
CEPAT SERAHKAN UANG KALIAN, JIKA MAU ANAK INI SELAMAT, " ancam pria itu. Mendengar adanya keributan, Tristan dan yang lainnya langsung berlari turun untuk mengecek situasi.
***
"T─tuan. Katakan apa yang kau mau. Tolong lepaskan anak itu, " ucap Lucas.
"Mamaaaa, " teriak anak itu sambil menangis.
"LEPASKAN PUTRI KU PAK. AKU MOHON, " jerit wanita itu sambil menangis dan bertekuk lutut memohon agar putrinya di lepaskan. Entah kenapa saat itu Tristan mendadak mengalami kecemasan. Jantungnya mulai berdegup kencang sampai-sampai dadanya terasa sesak.
"Kak Tristan. Kau baik-baik saja?" Bisik Albert yang mulai khawatir pada kondisi Tristan.
"Di─dimana obat ku?"
"Di mobil kak, "
"Ayo ke mobil cepat, " ucap Tristan sambil di rangkul Albert berjalan pergi.
"HEY KALIAN. TIDAK ADA YANG BOLEH MENINGGALKAN TEMPAT INI, " tegur pria itu pada Tristan dan Albert. Teguran itu membuat keduanya berhenti, dan berbalik badan.
"Ada apa dengan mu Tuan?" Tanya Shaleen yang kebingungan dengan kondisi Tristan.
"Nona. Kak Tristan ini punya gejala misophonia. Dia akan merasa cemas ketika mendengar suara tangisan, teriakan, atau suara-suara yang membuatnya tidak nyaman, " jelas Albert. Shaleen ingat kalau Leo mempunyai gejala yang hampir mirip dengan gejala Tristan. Dia juga tidak pernah lupa membawa obat Leo kemana-mana.
"Coba minum ini. Ini obat penenang untuk gejala phonopobia,
Semoga bisa membantu mengurangi sesak nafasnya, " Tristan yang sudah tidak tahan langsung mengambil obat itu dan meminumnya. Shaleen mengambil botol minumannya dan memberikannya pada Tristan.
Shaleen lalu memberanikan diri untuk bernegosiasi menyelamatkan anak itu.
"Tuan dengar. Jika kau melepaskan anak itu, aku akan memberikan jaminan hidup untuk mu dan juga keluarga mu,
Aku tau kau begini untuk keluarga mu, " mendengar itu pria sedikit terdiam. Karena sebenarnya bukan harta yang dia inginkan, dia hanya ingin mengetes ketangguhan Tristan. Tapi di sini Tristan justru lemah tak berdaya menatap pria itu dengan wajah cemas. Pria itu sekilas melihat cincin berlian di tangan Shaleen dan berniat ingin mengambil cincin itu.
"Cincin itu. Aku ingin itu, " ucap pria itu menunjuk cincin Shaleen. Bukannya Shaleen tidak mau memberikan cincin itu karena harganya. Melainkan dia ingat betul cincin itu adalah hadiah dari ibunya, saat ekonomi mereka susah dulu. Saat itu cincin Shaleen kebesaran, dan dia simpan dengan baik agar bisa dia pakai saat sudah besar. Tapi karena situasi genting, mau tidak mau Shaleen melepaskan cincin itu dan memberikannya pada pria itu.
Pria itu lalu melepaskan anak itu, dan bergegas pergi.
"Cepat telpon polisi, " ucap Lucas.
"Jangan Tuan. Saya tau dia begitu untuk keluarganya. Biarkan saja dia pergi menjual cincin itu, "
"Tapi ini sama saja dengan perampokan nona, "
"Saya tidak merasa di rampok. Saya justru memberikannya dengan hati yang ikhlas, " sambung Shaleen.
Situasi pun mulai membaik, dan ibu dari anak itu juga mengucapkan terima kasih pada Shaleen.
"Nona. Cincin mu?" Tanya Olivia.
"Kita bisa beli yang baru, "
"Tapi nona. Cincin itu kan pemberian Nyonya Floren ibumu, "
"Sudahlah. Namanya musibah tidak ada yang tau, " ucap Shaleen. Pembicaraan itu di dengar oleh Tristan yang kini berjalan di depan Shaleen sambil di rangkul oleh Albert.