Menjadi Istri Ke 2

Lova bergerak lembut saat merasakan benda kenyal di bibirnya. Ia membuka matanya secara perlahan dan seketika wajah Kenzo dari dekat yang ia lihat.

Awalnya Lova ingin mendorong tubuh Kenzo, tetapi merasakan nikmat pada bibirnya pada akhirnya membuat Lova membalas lumatan Kenzo pada bibirnya.

"Emhhh," lenguh Lova semakin membuat Kenzo terpancing. Apa lagi udara di sana terasa sangat sejuk, mendukung sekali dengan kegiatan mereka di dalam mobil.

Tok

Tok

Tok

Kegiatan mereka seketika terhenti, namun masih dalam keadaan bibir yang menyatu. Sebelum akhirnya Lova lebih dulu menjauhkan diri.

"Ck, ganggu banget njing," umpat Kenzo menoleh ke asal suara.

Di luar mobilnya, sudah ada seorang laki-laki cukup usia dengan seorang gadis muda yang Kenzo kenali keduanya.

Dengan masih sedikit kesal. Kenzo akhirnya membuka kaca mobilnya. Sementara Lova masih bingung dengan keberadaan mereka saat ini. Setengah perjalanan mereka tadi Lova habiskan waktunya untuk tidur.

"Maaf den Kenzo mengganggu, tuan Jeri sudah menunggu," beritahu laki-laki tersebut.

Kenzo hanya mengangguk saja, ia masih kesal karena kegiatan nya harus terhenti, padahal Kenzo sedang menikmatinya, juga sudah mulai on akibat ulahnya sendiri pada bibir Lova.

"Ayo bebe kita keluar," ajak Kenzo.

Meski masih bingung, Lova menurut saja, ia turun dari mobil disusul Kenzo yang langsung merengkuh pinggangnya posesif.

"Bawakan barang-barang saya ke dalam," titah Kenzo diangguki oleh laki-laki tersebut.

"Kita sudah sampai?" tanya Lova yang memang penasaran.

Kenzo mengangguk dengan senyum. "Iya bebe, gimana dingin nggak di sini?" tanya Kenzo diangguki Lova.

Memang ketika keluar dari mobil, hawa dingin langsung terasa disekitar permukaan kulit Lova. Ia tidak tahu kalau ternyata sudah sampai di tempat tujuan.

Sadar dengan tempat yang ia tuju sekarang, seketika Lova langsung melirik ke sekitar, dimana ia sudah masuk ke dalam bangunan yang Lova rasa seperti villa, cukup besar, dan juga sangat unik desain nya. Villa tersebut sangay cocok berada di suasana yang dingin itu.

"Sepi banget Ken," komentar Lova.

"Ya sepi lah, om sama tante mungkin di lamar lagi buat anak," balas Kenzo sebenarnya bergurau, namun Lova menanggapi itu jelas berbeda. Hatinya mendadak panas mendengar kata-kata Kenzo.

"Kita bersih-bersih dulu bebe, setelah itu temui om sama tante," ujar Kenzo diangguki oleh Lova.

"Satu kamar aja nggak sih bebe?"

Lova mendelik, mencubit kesal perut Kenzo. "Enggak!" tolak Lova. "Mana kamar gue?" mode galak Lova langsung keluar karena pertanyaan kurang ajar Kenzo.

"Fine, ini kamar lo, dan sebelah kamar gue oke? Kalau ada apa-apa langsung aja masuk, pintu kamar gue akan selalu terbuka untuk lo."

"Kenzo!" teriak Lova langsung menutup pintu kamarnya setelah masuk. Menyisakan Kenzo yang berdiri di depan pintu kamar Lova dengan kekehan.

"Galak banget sih pacar gue? tapi gemes," kekehnya.

...****************...

Serina menatap Jeriko yang sedari tadi memerhatikan ponselnya. Tujuan mereka jelas bulan madu, tetapi kegiatan mereka jauh dari kata pasangan yang sedang berbulan madu. Jeriko sibuk dengan urusan nya, seakan tidak menghargai waktu mereka saat ini.

Terdengar helaan napas yang cukup dalam dari Serina. Wanita itu mengambil dua gelas kopi yang baru dibuat olehnya, lalu melangkah mendekat dimana kini Jeriko berada.

Mendengar suara cangkir yang Serina letakan, Jeriko menoleh, menatap Serina dengan diam.

"Aku buatkan kopi untukmu," ujar Serina duduk di sebelah Jeriko.

"Terimakasih."

Serina mengangguk dengan senyum. Matanya tanpa bisa dicegah melirik ke arah tab yang masih menyala, dari layarnya memang terlihat tidak ada yang mencurigakan, hanya berisi pekerjaan Jeriko, namun ponsel Jeriko sedari tadi juga bertengger di tangan nya. Serina penasaran.

"Apa mama sudah diberitahu kalau kita sudah sampai?"

"Belum, kenapa tidak kamu saja yang memberitahunya?"

"Baiklah, saya akan memberitahu mama sekarang, sebentar," pamit Serina diangguki Jeriko.

Setelah kepergian Serina, Jeriko kembali menatap layar ponselnya. Ia mencoba menghubungi Egar dan menanyakan tentang Kenzo, namun agaknya Egar sengaja tidak mengangkat sambungan telepon nya tadi, juga sengaja tidak membuka pesan yang Jeriko kirimkan padanya.

"Sial," umpat Jeriko kembali menekan tombol pada layar ponselnya.

Kenzo pun sama halnya dengan dirinya, susah dihubungi padahal sore tadi sudah memberitahu Jeriko jika ingin menyusul, apa Kenzo mempermainkan nya?

Melirik kopi yang sudah Serina buatkan untuknya, Jeriko menyesapnya sedikit lalu beranjak dari duduknya sebelum akhirnya laki-laki yang bertugas menjaga villa miliknya itu menghampirinya.

"Tuan Jeri, den Kenzo sudah datang," ujar laki-laki tersebut seketika membuat Jeriko mengurungkan niatnya.

"Dimana dia sekarang?" tanya Jeriko penasaran.

Ada perasaan lega dan juga kesal setelah mendengar jika keponakan nya itu sudah sampai, Jeriko kesal karena Kenzo tidak memberitahunya, bahkan dihubungi dan dikirim pesan juga tidak ada balasan apa-apa, sama seperti Egar yang tiba-tiba menghilang sejak sore.

Tanpa Jeriko ketahui, Egar sengaja menghindar karena ia tahu Jeriko sudah pasti akan menanyakan tentang Kenzo, dan Egar tidak akan memberitahu agar kehadiran Kenzo yang membawa Lovan menjadi kejutan untuk Jeriko. Setidaknya itu hadiah tidak langsung dari Egar karena belum sempat memberi apa-apa atas pernikahan mendadak Jeriko dengan Lova kemarin.

"Sepertinya di kamar tuan, den Kenzo juga bersama dengan seorang gadis," beritahu laki-laki tersebut seketika membuat perasaan Jeriko tidak menentu, ada yang seperti ingin meledak namun Jeriko denial merasakan nya.

Namun tanpa disadari olehnya. Wajah Jeriko kini terlihat menahan amarah, rahang kokohnya mengeras membuat laki-laki tersebut langsung menunduk dan pamit untuk pergi.

"Permisi tuan."

Tidak ada lagi jawaban dari Jeriko, tangan kekar laki-laki itu tanpa disadari oleh dirinya sendiri sudah mencengkram ponsel miliknya. Lalu langkah lebarnya mencari keberadaan kamar Kenzo.

Setelah ketemu dan Jeriko yakin itu kamar keponakan nya dan pacar cowok itu. Jeriko berdiri di depan pintu dengan wajah yang masih menahan amarah. Tanpa berkata lagi Jeriko langsung menekan handel pintu dan masuk ke dalam. Tanpa disangka, tidak ada cowok nakal itu di dalam kamar tersebut, hanya ada seorang gadis yang kini sedang melongo melihat kedatangan nya yang tiba-tiba masuk ke dalam.

Lova berdiri kaku dengan handuk yang masih melilit tubuhnya, sementara Jeriko tidak jauh berbeda dengan dirinya, laki-laki itu diam dengan tatapan menatap tajam Lova. Langkahnya dengan pelan mulai mendekat dimana kini Lova berada.

Aroma cerry dari tubuh Lova kini mulai menyeruak di indera pencium Jeriko. Jakun laki-laki itu naik turun melihat keadaan Lova saat ini, bukan karena minat, tetapi marah besar melihat Lova dengan handuk yang hanya menempel pada tubuh gadis itu, jangan lupakan, rambut yang masih setengah basah semakin memperjelas dugaan Jeriko pada Lova sekarang.

"Apa yang kamu lakukan sama Kenzo?" Jeriko mencekal pergelangan Lova dengan kuat.

"Lepas om, maksud om apa?"

"Saya tanya sekali lagi, apa yang baru saja kamu lakukan dengan Kenzo?" meski nadanya tidak tinggi, tetapi terdengar begitu mengintimidasi.

Lova masih tidak mengerti apa maksud Jeriko, namun otak pintarnya segera paham apa maksud dari pertanyaan Jeriko, bisa saja karena kejadian di mobil tadi yang membuat Jeriko jadi marah seperti sekarang.

'Apa bapak tadi sama gadis tadi yang ngomong ya sama om Jeriko?' batin Lova menerka-nerka.

Diam-diam Lova malah tersenyum manis, tidak peduli dengam wajah marah Jeriko yang menatapnya dengan tajam sekarang. Ia tidak takut sama sekali, karena marahnya Jeriko ini malah membuatnya senang.

"Kenapa? Om cemburu?"

Jeriko semakin geram mendengar ucapan Lova. Rahangnya semakin mengetat menatap tajam gadis itu.

Tok

Tok

"Bebe! udah belum?"

Suara Kenzo dari luar kamar Lova seketika membuat keduanya saling pandang dengan rasa terkejut.

Tidak akan lucu jika Kenzo memergoki mereka sekarang.