Aprita Narumi Pramaisyuri adalah gadis tunggal yang hidupnya sebatang kara semenjak ayah satu-satunya meninggal karena sebuah ledakan. sementara ibunya meninggalkan dia sejak ia lahir demi laki-laki lain.
kini dia hidup bersama paman dari keluarga ayahnya.
Pamannya sendiri sudah dianggap seperti ayah sendiri, namun siapa sangka justru pamannyalah yang tau semua penyebab kehidupannya hancur, termasuk kematian ayahnya. namun dia rahasiakan semuanya demi kebaikan Aprita,
hingga waktu dan usia Aprita sudah cukup untuk menerima semua kenyataan itu.
dalam perjalanan hidupnya mencari jati diri dan penyebab kematian ayahnya, Aprita bertemu dengan sosok Reyn. laki-laki yang secara kebetulan selalu menolongnya disaat dia menghadapi kesulitan. kehadiran Reyn membuat warna baru di hidup Aprita, hingga Aprita berhasil menemukan sosok penyebab kematian ayahnya.
siapakah sosok itu sebenarnya? dan bagaimana kisah cinta Aprita dengan Reyn ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Willsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Kontrakan
⚠️WARNING ⚠️
TERDAPAT ADEGAN DEWASA KHUSUS 21+
HARAP KEBIJAKSANAANYA DALAM MEMBACA
DAN MOHON TINGGALKAN LIKE DAN
KOMENTAR POSITIF SUPAYA BISA MENDUKUNG KARYA AUTHOR
***
Aprita bingung dengan sikap Reyn, dia terdiam didalam mobil sambil pasang badan agar tidak lengah lagi oleh perbuatan dadakannya si Reyn. Karena Reyn benar-benar tidak tahu batas.
Reyn hanya tersenyum melihat wajah Aprita yang sedari tadi cemberut dan ketakutan.
" Kenapa kamu ketakutan seperti itu?" tanya Reyn sambil menyetir mobil.
" Kamu mau membawaku kemana?" Aprita bertanya balik.
" Ke kontrakanmu." jawabnya datar.
Ketika mobil sudah berada didepan gerbang kontrakan Aprita, bukannya berhenti malah justru mobilnya melaju dengan kencang dan tidak kunjung berhenti.
" Reyn ... kamu buta? Kontrakan saya udah kelewat." ucap Aprita keheranan.
" Enggak, belum nyampe." jawab Reyn santai.
" Maksudnya? Jelas-jelas Itu tadi kontrakan saya udah kelewat. Kamu sengaja ya ?" kata Aprita.
Reyn hanya tersenyum dan tidak menjawab perkataan Aprita.
" Reyn ... putar balik!" kata Aprita.
Reyn tidak menghiraukan perkataan Aprita dan hanya fokus menyetir. Setelah 10 menit lamanya, Reyn kemudian menghentikan mobilnya tepat berada di sebuah rumah kecil tapi mewah. Desainnya minimalis tapi terlihat elegan.
" Kenapa berhenti disini, ayo putar balik?!" ucap Aprita.
Reyn keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Aprita.
" Silahkan turun nona, kita sudah sampai." ucap Reyn sambil memakai kacamata hitamnya.
Membuat penampilan Reyn semakin keren dan berkharisma. Dengan jaket kulit berwarna kecoklatan dan celana jeans berwana hitam membuatnya tampak telihat 'lebih keren' dari biasanya.
" Apa? Sudah sampai? Ini dimana? Ini bukan kontrakan ku, kamu salah tempat Reyn. Cepat putar balik." ucap Aprita sembari turun dari mobil.
Reyn menggelengkan kepalanya.
" Enggak, enggak salah. Benar ini kontrakanmu. kontrakan baru kamu." ucap Reyn.
Seketika mata Aprita membulat karena terkejut dengan apa yang dikatakan Reyn. Apa dia sedang bercanda atau sedang menggodanya.
" Hah? Kamu bercanda? Reyn ini bukan saat yang tepat untuk bercanda. Dasar aneh !" gertak Aprita.
Reyn menarik dan menggandeng tangan Aprita menuju ke sebuah rumah paling depan, ternyata itu adalah tempat administrasi pengurusan kontrakan di daerah itu. Setelah Reyn mengurus administrasinya dan sudah mendapatkan kunci rumah, barulah Reyn mengajak Aprita masuk ke dalam rumah mewah itu.
Aprita masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Reyn saat itu.
" Reyn, kamu gila ya? ini maksdunya apa?" tanya Aprita.
" Mulai sekarang kamu akan tinggal disini, ini adalah kontrakan baru kamu. Lebih tepatnya rumah baru kamu. meskipun kecil tapi ini mewah. Jadi aku yakin kamu akan nyaman disini." Ucap Reyn.
Aprita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Reyn terhadapnya. dia menghela nafasnya dan berusaha agar tetap tenang.
" Reyn, aku rasa kamu sudah melewati batas. Aku tau kamu merasa bersalah, tapi kalau ini adalah cara kamu membalas rasa bersalahmu itu, maaf aku nggak bisa menerimanya. Aku lebih nyaman tinggal di kontrakan lama." ucap Aprita.
Dia lalu mengambil tasnya dan hendak keluar dari rumah itu, namun Reyn menahannya.
" Kontrakan lamamu itu sudah tidak nyaman, dan sekarang kamu sedang dalam bahaya, jadi akan lebih baik kamu pindah dari kontrakan itu dan tinggal disini. Karena disini keamanannya sangat ketat, setidaknya kamu bisa aman disini. Mengerti?!" ucap Reyn dengan wajah sedikit marah.
Aprita menatap wajah pria itu dengan tatapan bingung antara marah atau senang.
" Reyn, aku nggak bisa ..." ucap Aprita.
Belum selesai Aprita berbicara Reyn tiba-tiba mencium bibir Aprita. Aprita terkejut dan melepaskan ciuman Reyn.
" Kenapa kamu lancang sekali Reyn? Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu melakukan semua ini ke aku? aku bukan siapa-siapa kamu, dan kamu juga bukan siapa-siapa aku. Tolong hentikan ke anehanmu ini. Kamu sudah keterlaluan Reyn!" Ucap Aprita marah.
Reyn hanya terdiam dan memandangi wajah Aprita.
" Tidak ada penolakan ! Kalau kamu menolak, kamu tau resiko yang akan dihadapi kakakmu itu." ucap Reyn mengancam Aprita.
Seketika raut wajah Aprita berubah menjadi takut dan gelisah.
" Heh, pria brengsek, jangan pernah coba-coba berurusan dengan kakak saya. Urusan anda itu dengan saya!" ucap Aprita.
Aprita melepaskan genggaman tangan Reyn, tapi Reyn justru semakin erat menggenggam tangan Aprita. Aprita meringis kesakitan.
" Lepasin tanganku Reyn! lepas!" teriak Aprita.
Reyn semakin erat menggenggam tangan Aprita sampai membekas kemerahan. Reyn mulai mendekatkan tubuhnya ke tubuh Aprita. Reyn memegang pipi Aprita dan memajukannya lalu mencium bibir Aprita lagi.
Aprita mencoba melepaskan namun Reyn terlalu kuat memahannya, sepertinya dia benar-benar marah. Reyn mendorong Aprita terlalu kuat hingga terjatuh tepat diatas sofa ruang tamu dirumah itu. Reyn masih mencium bibir Aprita dan ciumannya semakin buas.
Tangan Reyn mulai meraba bagian dada Aprita dengan keras. dan mulai membuka kancing baju Aprita satu persatu. Aprita mencoba mencegah perlakuan Reyn itu, namun kekuatan pria itu tidak bisa dihentikan. Apalagi jika hasratnya sudah memanas seperti itu.
Aprita tidak pantang menyerah, dia berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh Reyn agar menjauh darinya. Namun badannya yang besar, tinggi dan berisi itu membuatnya kuwalahan.
Reyn tiba-tiba melepaskan ciumannya.
" Apa kamu masih mau menolaknya?" ucap Reyn membara.
" Kalau kamu masih menolaknya, aku nggak akan berhenti sampai disini. Aku akan mengulangi lagi kesalahanku seperti di apartemen." tambahnya lagi.
Aprita belum sempat menjawab, Reyn sudah melepaskan kancing terakhir dibajunya dan dengan cepat dia menciumi leher Aprita.
Aprita berpikir jika dia diam saja, kemungkinan hal selanjutnya adalah Reyn akan menggagahinya lagi untuk yang kedua kalinya. Tapi Aprita tidak mau itu terjadi.
" Oke oke! aku nggak akan menolak!" jawab Aprita terpaksa.
" Sekarang lepaskan aku!" ucapnya lagi.
Mendengar jawaban itu Reyn langsung menghentikan aksinya itu lalu segera mengancingkan baju Aprita lagi dengan telaten.
Nafas Aprita sedikit tersengal. Setelah kancing baju terpasang Aprita kemudian bangun dan duduk di pinggir sofa, menjauh dan menjaga jarak dengan Reyn sambil memegangi tas dan bajunya dengan erat. raut wajah Aprita memancarkan kesedihaan dan juga kebencian.
Reyn menyadari hal itu, tapi memang sebenarnya tujuan utamanya adalah menikahi Aprita. Jadi dia harus membuat Aprita menjadi miliknya, jika dia tidak bisa membuat Aprita jatuh cinta secara alami maka dia akan melakukannya dengan paksa. Apapun itu keadaanya Reyn sudah membulatkan keputusannya itu sejak dia pulang dari kediaman sang ayahnya, yaitu Marko.
" Sekarang, aku harus mengambil barang-barangku dulu." ucap Aprita sambil menundukkan kepalanya.
Dia mencoba menahan rasa sesak didadanya karena perbuatan Reyn tadi. Aprita hampir menangis namun dia mencoba menahan tangisannya itu. Selama hidupnya dia jarang sekali menangis, kecuali saat paman, budhe atau kak zeevan jatuh sakit. Aprita menjadi gadis yang kuat dan tidak mudah menyerah.
Tapi kenapa kali ini rasanya Aprita begitu lemah dan tidak berdaya. Bahkan seringkali air matanya secara tiba-tiba menetes begitu saja. Dia tidak bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Dia sudah terjebak.
" Barang-barangmu sudah ada didalam kamar. sekarang cepat mandi ! Aku tunggu." ucap Reyn sembari duduk di atas sofa dan meletakkan kedua kakinya di atas meja.
Aprita segera menuju ke kamarnya. setelah sampai dikamar, ternyata benar barang-barangnya sudah dipindahkan semua. Aprita benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi.
" Tidak habis pikir." gumam Aprita