Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
Gus Fauzan menggelengkan kepalanya melawan rasa aneh yang ada di dalam dirinya, dirinya tidak boleh terbuai oleh kecantikan Hanum. Dirinya hanya mencintai Arfira seorang. Di dalam hatinya sana masih ada nama gadis itu.
Ting
Ponselnya berdenting tiba-tiba, ini posisinya Gus Fauzan sudah selesai melakukan kajian di sana. Gus Fauzan langsung meraihnya dan membuka ponselnya yang sedari tadi tak di lihatnya itu.
Dan Gus Fauzan di buat tertegun untuk sesaat, banyak sekali pesan masuk dari nomor kontak bernama Arfira.
|Kamu jahat banget tau, aku udah dari tadi nungguin kamu di kafe, tapi kamu nggak datang sama sekali|
|Kamu udah banyak berubah, kamu bukan Fauzan yang aku kenal lagi|
|Fauzan, andai ini tidak penting, aku lebih milih desain baju orang, tapi kayaknya aku nggak penting sama sekali buat kamu|
Gus Fauzan jadi resah membaca semua chat dari Arfira itu, sungguh hatinya jadi tidak tenang. Tangannya bergerak lincah di atas layar ponsel sana.
|Maaf, Fira. Aku nggak bisa ketemu hari ini sama kamu, aku harus ke Bandung. Jangan marah, Fira. Kamu penting buat aku, kamu yang nomor satu...
Gus Fauzan menggigit bibirnya dengan kuat lalu kembali mengetik kata-kata lagi.
.... Saya sayang sama kamu,| send Arfira.
Gus Fauzan mendesah, apalagi saat chat yang di kirim olehnya sudah centang dua biru, dan keterangan nomor gadis itu juga sedang online.
Apalagi saat di samping profil sana, keterangan jika gadis itu sedang mengetik pesan.
Ting
Arfira.
|Kamu bohong, nyatanya kamu lebih milih ke Bandung ketimbang ketemu sama aku. Padahal aku udah nungguin kamu dari tadi. Kamu jahat banget, mestinya kamu kasih kabar ke aku. Dari semalam, kamu janji mau ketemu tapi kamu juga nggak datang.|
|Maafkan aku, Fira. Aku janji setelah aku pulang dari sini, aku bakalan datang temui kamu. Kamu bisa pegang kata-kata aku kali ini| send Arfira.
Dan tidak lama balasan dari Arfira.
|Kamu janji ya, aku pengen ketemu sama kamu, ada hal yang mau aku bicarain sama kamu, ini penting banget. Pokoknya kamu harus temui aku.|
|Iya, Sa...
"Ekhm"
Gus Fauzan terlonjak kaget. Gus Fauzan buru-buru menyimpan ponsel miliknya saat mendengar suara dekheman seseorang. Sampai dirinya melupakan pesan yang akan terkirim ataupun tidak.
Gus Fauzan membalikkan badannya, matanya mendelik saat melihat keberadaan Hanum yang berdiri di belakangnya itu.
"Kamu ngapain?" Sentak Gus Fauzan pada wanita bercadar itu.
Hanum menghela nafasnya kasar, sedari tadi dirinya berkeliling mencari keberadaan suaminya, tidak taunya Gus Fauzan malah ada di sudut ruangan sini, dan sibuk dengan ponselnya. Sudut ruangan itu, tertutupi oleh sebuah panggung, jadilah Hanum tak melihat keberadaan Gus Fauzan yang ada di sana, sedari turun dari panggung tadi.
"Mas, ini sudah sore, mas kita harus–"
"Saya sudah tau! Jadi, tidak perlu kamu kasih tau juga saya sudah tau!" Sela Gus Fauzan murka. Kesal dengan Hanum karena sudah mengganggu dirinya yang tengah berbalas pesan dengan Arfira.
"Kamu bisa tidak, kalau datang itu jangan mengejutkan seperti ini, saya tidak suka kamu seperti ini!" Sentak Gus Fauzan marah.
Hanum terkesiap, Hanum langsung menundukkan kepalanya, dengan mata yang berkaca-kaca, sungguh dirinya tak menyangka jika suaminya akan membentaknya. Padahal tadi, sikap Gus Fauzan sudah berbeda, bahkan bicaranya sangat lembut, tapi kenapa suaminya sudah berubah lagi?
"Maaf mas"
"Bisanya cuman minta maaf saja! Semua orang bisa melakukannya," Gus Fauzan melengos, menahan geraman tertahan. Sungguh dirinya kesal, apalagi saat Arfira ngambek karena dirinya yang tidak jadi bertemu dengan gadis itu, dan entah kenapa umminya malah menyuruh Hanum ikut dengan dirinya. Emosinya terpantik, apalagi saat dengan tiba-tiba Hanum datang dan mengagetkan dirinya. Padahal tidak ada yang salah dengan Hanum, namun Gus Fauzan saja yang mudah tersinggung.
"Saya minta maaf sekali lagi, mas. Saya salah." Ucap Hanum dengan suara seraknya, bahkan tangannya sudah meremas kuat ujung hijabnya. Sekuat apapun Hanum, dirinya tetap kaum hawa, yang jika di bentak seperti ini pasti akan menangis dan sakit hati.
"Saya sudah bilang sama kamu, jangan pernah ganggu saya! Kali ini kamu sudah kelewat batas, kamu datang tiba-tiba dan mengganggu saya" pekik Gus Fauzan. Gus Fauzan lalu melengos. "Ini untuk yang terakhir kalinya, jika saya sedang sibuk, jangan pernah kamu panggil ataupun mengejutkan saya seperti tadi." Pekik Gus Fauzan. Beruntung tidak ada orang di sana, jadilah tidak ada yang mendengar perkataan Gus Fauzan. Orang-orang pada di depan, mereka masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Hanum menganggukkan kepalanya, "maafkan saya, mas."
Gus Fauzan menghela nafasnya kasar. Tak mengatakan apapun, dirinya langsung berlalu pergi dan meninggalkan Hanum begitu saja di sana.
Hanum meneteskan air matanya, sungguh dirinya pikir suaminya sudah berubah, dan sudah menerima dirinya, nyatanya tidak. Gus Fauzan kembali seperti sebelumnya....
*
"Wah, ummi bakalan rindu berat nanti sama Hanum. Apa lagi Hanum baik banget, cerita sama Hanum nyambung aja." Kata istri kyai Abdul Rahman sambil memeluk Hanum, saat Hanum dan Gus Fauzan pamit pulang.
Hanum tersenyum tipis, melirik ke arah sang suami yang sama sekali tidak peduli dengan dirinya, bahkan sedari kejadian tadi, suaminya sama sekali tidak menyapanya, bahkan melihatnya saja tidak. Gus Fauzan seakan tidak peduli dengan dirinya. Hanum tersenyum kecut, sungguh hatinya benar-benar sakit. Dan entah sampai kapan Hanum bisa bertahan.
"Insyaallah, jika masih ada umur panjang, dan di berikan kesehatan, kita masih bisa bertemu lagi, ummi."
"Iya, ummi harap begitu. Eh, kita pasti ketemu Hanum, ummi lupa, kan kamu mau membuat resepsi. Nanti ummi pasti datang, dan menginap di sana." Ucap wanita itu.
"Iya ummi."
"Kalian hati-hati ya, dan Gus Fauzan, jangan mengebut. Padahal ummi pengen kalian menginap di sini."
"Maaf ummi, saya harus kembali, sebab masih ada urusan di pondok pesantren. Apalagi Abi sedang tidak ada." Sahut Gus Fauzan.
Istri kyai Abdul Rahman mengangguk. "Iya, lain kali kalian berkunjunglah lagi, dan menginap ya. Pondok pesantren ini akan selalu terbuka untuk kalian."
"Insyaallah."
Dan Yaman juga menyaksikan itu semuanya, dirinya mengantar kepulangan mereka, dan andai saja gadis itu Ramiah gadis yang akan di jodohkan olehnya, betapa sangat senang dan beruntung sekali dirinya, terlebih keluarganya sangat menyukai gadis itu. Namun, ternyata gadis itu bukan Ramiah,
Hanum tersenyum, semoga saja... Tapi dirinya tak terlalu berharap, karena suaminya saja seperti itu.
"Kami pamit pulang, assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
Keduanya langsung berjalan menuju mobil yang terparkir di sana.
*
Hujan turun deras sore itu, Gus Fauzan yang mengendarai mobil terpaksa berhenti di pinggir jalan besar. Ingin melajukan lagi, namun dirinya takut resiko yang di ambilnya. Bahkan rintik hujan itu menghalangi pandangannya.
Sialan, dirinya harus terjebak di sini, dirinya juga harus terjebak bersama dengan Hanum.
Hanum, gadis itu tak mengatakan apapun, dirinya diam saja, karena takut membuat Gus Fauzan marah lagi seperti tadi. Hanum bahkan sama sekali tidak melihat ke arah sang suami. Entahlah, tapi perkataan Gus Fauzan tadi sedikit melukai hatinya.
Hanum tersentak saat suaminya menghentikan mobil itu, namun dirinya hanya diam saja.
Gus Fauzan memukul setir mobil itu pelan, kalau begini dirinya tak bisa kembali ke rumah sore ini juga. Dirinya harus terpaksa menginap di kota Bandung ini.
Gus Fauzan melirik Hanum sekilas, mengerutkan keningnya saat menyadari gadis itu sedari tadi hanya diam saja.
Menghembuskan nafasnya kasar, tak mengatakan apapun, Gus Fauzan langsung melajukan mobilnya itu, pelan-pelan dirinya membela hujan yang semakin deras itu, hanya berjarak beberapa meter saja, dirinya akan berhenti di sebuah hotel yang ada di kota itu...
....
ada yah Gus macam itu
🤦🤦🤦🤦
bikin Emosi dan Kesel soal Gus Abal-abal yg sok Suci dan Bener itu 😡😤
biar ucapannya dilihat sendiri... siapa yg demikian hina nya melakukan apa yg dituduh kan nya itu 😡😡😡😤
itulah akibat nya, bergaul dengan lawan jenis walau disebut Klien..
intinya Barangsiapa telah melanggar aturan Alloh, pasti ada Akibat yg di Tanggung nya !!!