Raka Chandra Wijaya, merasa bersalah dengan apa yang saat ini dia lakukan terhadap istrinya. Dia memiliki anak dengan wanita lain, karena kesalahan satu malam yang dilakukannya. Seharusnya, dia jujur dari awal pada Yuna Dafhina Aryadi agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak pergi. Sayangnya, Raka terlambat mengatakan kebenarannya pada sang istri. Alhasil, Yuna pergi meninggalkan dirinya sembari meninggalkan surat perceraian mereka. Tapi, Raka tidak menyerah dia ingin kembali pada sang istri apapun yang terjadi. Apakah Raka berhasil mendapatkan cinta Yuna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 5 ~
Aku pikir, dia hanya marah saja padaku. Ternyata, istriku memang serius dan ingin pergi dariku. Aku tidak tahu, dia pergi kemana, yang jelas aku benar-benar kehilangan Istriku. Mungkin ini terdengar sangat memalukan, aku menangisi kepergiannya dan juga aku marah pada diriku sendiri. Sungguh, ini adalah hari yang terberat dalam hidupku, Yuna istriku pergi meninggalkan aku. Aku sudah memberitahu asisten pribadiku, Aryo agar mencari keberadaan istriku. Tapi, tetap saja hati ini gelisah. Aku yang panik ini memecahkan cermin rias yang saat ini ada di depanku. Dengan cara meninjunya, sampai tidak terasa tanganku berdarah. Budi dan kawan-kawan maid lain, rupanya sangat mengkhawatirkan aku hingga mereka semua memintaku untuk duduk di ranjang istriku. Dan, salah satu dari mereka menghubungi dokter pribadi keluarga Aryadi atau keluarga istriku.
" Bapak tidak boleh seperti ini, saya harap anda tidak melakukannya lagi. Sebaiknya, berdoa saja supaya Ibu Yuna kembali ke pelukan Bapak. Kami disini sangat menyukai Ibu Yuna, sebab Ibu baik dan sangat perhatian kepada kami " kata Budi mencoba menenangkan ku.
Aku hanya mengangguk, tidak ingin menjawab perkataannya. Yang aku butuhkan hanyalah Yuna, istriku bukan yang lain. Kalau seandainya aku jujur pada istriku akankah dia tetap pergi? Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Aku tidak ingin kami berpisah, aku harap Yuna bisa memberikan kesempatan kedua untukku.
" Apakah barusan Ibu kembali ke sini? "
Saat aku bertanya seperti itu, Budi yang sedang memperhatikan dokter pribadi keluarga Aryadi ini menoleh menatap wajah ku. " Iya hanya sebentar, beliau membawa paspor dan keperluan pribadi lainnya. Ibu juga meninggalkan ini untuk Bapak! " Budi menyodorkan sebuah surat perceraian yang sudah ditandatangani oleh Istriku. Bukankah surat perceraian itu sudah aku robek? Lalu, apa ini kenapa masih ada? Sungguh aku merasa heran mengapa masih ada surat perceraian ini.
" Mengapa surat perceraian ini masih ada? Apakah Ibu memiliki cadangannya? "
Budi mengangguk, " Sebenarnya, surat di rumah pertama itu hanya pancingan. Sebab, Ibu Yuna penasaran dengan siapa Bapak saat ini. Setelah tahu Bapak dengan sahabatnya berselingkuh, Ibu memberikan ini pada saya! "
" Lancang, Budi saya tidak berselingkuh. Untuk apa selingkuh kalau saya sudah memiliki Yuna yang mendekati sempurna. Jangan bicara sembarangan!" sungguh aku tersulut emosi, saat Budi mengatakan hal yang sungguh tidak masuk akal tersebut.
Budi tampak begitu ketakutan, hingga dia berkali-kali minta maaf padaku, sehingga aku hanya menanggapinya dengan menganggukkan kepala," Baiklah, sebaiknya kalian istirahat saja. Aku tidak akan makan malam, jadi kalau sudah dibuat, sebaiknya kalian makan saja. Kalau tidak mau bisa kalian buang! "
" Baik, Pak terima kasih! " ujar Budi bersama beberapa maid lainnya.
Aku mengangguk, " Ya sama-sama " jawabku.
Kamar ini juga sudah dirapikan pada saat aku diobati oleh dokter Abi barusan. Sungguh, mereka benar-benar menjalankan pekerjaan mereka ini dengan baik. Mereka sudah aku anggap seperti keluarga, karena sebagai anak tunggal aku selalu merasakan kesepian yang begitu mendalam. Sehingga masa kecilku, selalu ditemani oleh para maid di rumahku. Sehingga aku bisa lebih menghormati mereka ketimbang Papa dan Mama yang memperlakukan mereka dengan keras.
Dulu sekali, sebelum aku dijodohkan dengan Yuna. Mama dan Papa selalu bertengkar, sehingga pada akhirnya para maid lah yang menjadi korban pelampiasan mereka. Tapi, setelah aku dijodohkan dengan Yuna, Mama dan Papa tidak lagi bertengkar seperti biasanya. Puncaknya setelah kami menikah, Mama dan Papa benar-benar menyayangi Yuna sebagai menantu mereka. Tidak hanya keduanya yang merasa bahagia, akupun sama. Sebab, Yuna adalah cinta pertamaku, wanita yang pertama yang bisa menyentuh hatiku. Hingga usia pernikahan kami yang sudah menginjak 6 tahun ini aku masih tetap menyayanginya.
Tidak lama setelah para maid keluarga Aryadi pergi, dokter Abi yang sudah mengobati luka ku pun berpamitan pergi. Beliau juga berpesan supaya aku tidak boleh gegabah lagi, dan beliau memberikan aku nasihat. Supaya aku tidak boleh menyerah, agar Yuna bisa kembali padaku. Ya, itulah yang aku harapkan, sebab aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku tidak selingkuh seperti apa yang dikatakan oleh Istriku dan Budi barusan. Sungguh, aku juga tidak pernah merasa menyentuh wanita lain, selain istriku. Aku benar-benar tidak ingat, kapan dan dimana aku menyentuh Livia yang mengaku sebaik Ibu dari anakku itu. Jujur aku sangat bingung dengan keadaan ini.
Saat aku akan menemui istriku bulan kemarin. Tiba-tiba saja, Livia sahabat dari istriku pada saat SMA itu datang padaku, dan membawa sebuah surat hasil tes DNA antara aku dan anaknya. Dia memberitahuku, kalau aku dan dia pernah tidur bersama pada saat aku mabuk berat di sebuah club malam. Saat itu, dia bilang katanya aku sedang bertengkar hebat dengan istriku. Sehingga aku mabuk-mabukan di sebuah club malam.
Karena aku tidak ingat, alhasil aku meminta bantuan Aryo supaya menyelidiki tentang hal ini. Dan, sampai satu bulan ini, kebenarannya belum terungkap. Sehingga, Aryo dan kawan-kawannya masih mendalami, hal ini. Karena hasil DNA itu begitu jelas mengatakan kalau Yudha adalah anakku. Maka, aku akan bertanggung jawab pada wanita itu. Niatku adalah untuk bertanggung jawab saja, bukan yang lainnya. Siapa sangka, ini malah menjadi bumerang bagi hubunganku dengan Yuna.
Besok pagi rencananya akan membawa Yudha ke ibukota. Supaya, aku bisa mengontrol anakku dengan baik. Aku juga akan memberikan sebuah apartemen kecil untuk Livia, mansion itu terlalu besar untuknya. Pantas saja Yuna pergi, karena mansion itu lebih mewah dibandingkan kediaman ini. Saat aku memikirkan hal tersebut, tiba-tiba ponselku berbunyi. Sehingga, aku mau tidak mau menerima panggilan masuk tersebut.
Aku :" Halo, Assalamualaikum. Ada apa Yo ? "
Aryo : Ya, Waalaikummussalam Pak, ini tentang ibu Yuna
Aku terkejut mendengarkan perkataan asistenku ini
Aku : " Ya, katakanlah! "
Aryo :" Pak Raka, Ibu Yuna tidak dapat kami lacak saja sekali. Kemudian, untuk surat perjanjian juga sudah saya siapkan "
Aku : " Baik, terima kasih Yo! "
Setelah itu, aku menutup panggilan masuk tersebut. Rasanya lemas sekali, saat mendengar penjelasan dari Aryo. Aku benar-benar takut Yuna pada akhirnya akan meninggalkan aku sendiri disini. Ya Allah, aku mohon berilah hamba kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami.
" Sayang, aku mohon kamu jangan begini! " kataku lirih sembari memegangi dadaku yang amat sangat sesak ini.
Tidak terasa, aku bangun pagi-pagi sekali setelah dibangunkan oleh Budi. Aku sarapan pagi, dan segera pergi ke mansion milik anakku, Yudha. Di sana, aku disambut oleh Livia dan juga anakku. Yudha, datang menghampiri aku dan memeluk pinggangku. Anak lima tahun itu, membuatku gemas sampai-sampai aku menggendong tubuhnya. Entah mengapa, aku begitu suka saat bersama dengannya ini. Apa mungkin, karena ikatan darah kami yang kental ini ya? Entahlah, akupun tidak mengerti.
Bersambung