NovelToon NovelToon
PENGHIANATAN SANG ADIK

PENGHIANATAN SANG ADIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ristha Aristha

Ariana harus menerima pukulan terberat dalam hidupnya, ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan adiknya. Siapa yang mengira, berkas yang tertinggal suatu pagi membawa Ariana menemukan kejam suatu perselingkuhan itu.
Berbekal sakit hati yang dalam, Ariana memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun dibalik itu, dia secara diam-diam mengurus perceraian dan merencanakan balas dendam.

Apakah Ariana berhasil menjalankan misi balas dendamny??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masih miskin saja kamu

Pukul sepuluh lebih dua menit ketika kami menyelesaikan naskah terakhir. Seperti mimpi ini bisa selesai, berkat bantuan dari anak magang ini.

"Wah, akhirnya kelar", ujarku sambil merenggangkan tangan ke atas. "Kamu jangan lupa tulis lembur di absen harian juga, ya".

Disampingku, Kenzi mengiyakan sekenanya. Daripada aku si anak senior, sepertinya anak magang itu terlihat santai, bahkan tidak terlihat lelah sama sekali.

Ah, enaknya jadi anak muda.

"BTW, berapa umur kamu?" tanyaku pada Kenzi , sembari mengemasi barang sebelum pulang.

"24 tahu, Bu".

"Masih muda banget berarti, ya!"

"Bu Riana, sendiri umur berapa?"

Keningku mengkerut. Konon katanya, perempuan akan sensi jika di tanya soal umur. "Aku sudah tua".

"Bohong!" timpal Kenzi sambil mengekor di belakangku. "Tua itu usia 60 keatas, Bu. Lagian, Bu Riana masih kelihatan muda banget".

"Idih... Dasar anak muda zaman sekarang, pandai sekali ngomong manis kayak gitu".

"Saya serius, Bu. Malah saya kira umur Bu Riana seumuran dengan saya".

"Hahaha ", tawaku meledak seketika. Mendengar pujian dari berondong rasanya... cukup menyegarkan.

"Kok ibu ketawa?" tiba-tiba Kenzi berjalan lebih cepat, menyamai langkahku sehingga kamu bersebelahan. "Saya serius loh, Bu". Lanjutnya.

"Ya, ya" aku mengangguk-angguk , menimpali anak itu sekenanya.

Sampai tak sadar, kami sudah sampai dilantai paling bawah, tempat parkiran mobil para karyawan.

"Kamu butuh tumpangan?" tanyaku sambil menekan kunci mobil.

Kenzi menggeleng. "Kebetulan saya bawa kendaraan, Bu". Katanya.

"Oh, ya. Kalau begitu hati-hati".

Sudut bibirku naik, aku tersenyum dan mengangguk ramah seperti perlakuan wajar senior ke junior. Kemudian setelahnya , aku berjalan menuju mobil yang terparkir disamping dinding.

Ketika sedang berjalan, mataku tidak sengaja menangkap mobil sport yang terlihat masih baru. Aku tidak begitu paham soal mobil, tapi aku yakin harganya pasti sangat mahal.

"Apa itu mobil salah satu pimpinan disini?" gumam ku sambil terus mengagumi.

"Itu punya saya, Bu".

Jujur aku terkejut. Bukan hanya karena Kenzi tiba-tiba bicara, tetapi apa yang dia katakan barusan?

"Itu ..." aku tergagap sambil menunjuk Kenzi dan mobil itu secara bergantian. "Mobil bagus itu punya, kamu?"

Kenzi mengiyakan. "Benar, Bu. Dan itu mobil punya Bu Riana, kan?" dia menunjuk mobil diujung lain.

"Y__ya, itu mobilku", benar, mobil buluk itu punyaku.

Dibandingkan dengan milik Kenzi, mobilku terlihat sangat menyedihkan. padahal aku karyawan yang sudah tahunan, sedangkan pria muda ini anak magang di perusahaan ini, terlihat tidak adil, bukan?

Namun daripada itu, yang membuat aku malu adalah.... Mobilku tak hanya butut, tapi juga kotor. Tahu gini, pas aku akan sering cuci mobil, buka dua atau tiga bulan sekali.

"Kamu pasti kaya", ucapku kadung salah tingkah karena malu.

"Saya belum kaya, Bu. Tapi orangtua kami yang kaya".

Nah itu maksudnya. Justru aku akan semakin merasa kerdil jika Kenzi mengakui dirinya yang kaya raya.

"Aku tebak, kamu pasti sering liburan keluar negeri".

Tanpa merendah sedikitpun, Kenzi langsung mengakuinya saat ini juga. "Kok Bu Riana biasa tahu?" ucapannya. "Tapi saya lebih sering ke jepang sih, Bu".

"Jepang?" aku lumayan iri. Jepang adalah termasuk salah satu wish list ku untuk dikunjungi, paling tidak sekali dalam seumur hidupku.

"Iya. Bu Riana pernah ke Jepang?"

Aku menggeleng. Boro-boro ke jepang, ke Bali saja baru sekali, itupun saat perusahaan mengadakan family gathering kesana tahun lalu.

"Enaknya! Aku pengen ke Jepang, tapi ongkosnya belum ada. Mulai sekarang, aku harus nabung buat liburan". Aku sungguh bertekad saat mengatakannya.

Disampingku, Kenzi terkekeh. Entah apa yang membuatnya merasa lucu. Namun di detik berikutnya, dia terdengar berkata, "Nanti kalau ibu ke Jepang, bilang saja ke saya. Saya punya banyak rekomendasi penginapan yang murah dan gratis".

"Beneran?" mataku langsung berbinar. Yah, walaupun paling tabunganku hanya bisa untuk beli tiket berangkat saat ini, tapi tetap, "Janji, ya? Aku pasti bakal hubungin kamu. kamu jangan ilang- ilangan".

Tawa Kenzi semakin lebar. Mungkin aku yang terlalu bersemangat , ini mungkin lucu bagi anak yang sering bolak-balik keluar negeri.

"Kamu pasti ketawa karena aku udah tua tapi belum pernah keluar negeri, ya?"

"Nggak, Bu. Bukan itu". Ujar Kenzi. "Saya cuma merasa Ibu itu gemesin ".

Oh, ada apa dengan bunyi 'deg' tiba-tiba di jantungku barusan? Tidak mungkin aku baper dengan ucapan anak-anak seperti Kenzi, kan? Sadar Ariana, dia itu berondong bukan seleramu.

Tak mau terlihat tersipu, aku membuang pandangan kearah lain sebentar. Kemudian mengalihkan pembicaraan dengan berujar "Kalo gitu aku pulang dulu. Udah malem".

"Baik, Bu. Hati-hati dijalan."

Aku mengangguk. Lalu setelahnya aku benar-benar pergi meninggalkan parkiran dan Kenzi masih terlihat berdiri, entah sedang menunggu apa, mungkin kabar dari pacarnya?

"Ah, enaknya punya pacar", gumamku sambil memutar mobil keluar dari parkiran

Memang benar, sepertinya menyenangkan memiliki pasangan yang selalu menuntut kabar setiap saat. Sayang sekali, notif di ponselku masih sepi, tidak ada pesan masuk selain dari operator jaringan.

Aku tertawa getir didalam hati. Betulkah aku merindukan pesan dari Dimas itu sebatas titipan untuk beli makan malam?

"aku lupa belum makan".

Ketika melihat penjual nasi goreng dipinggir jalan, aku langsung menepikan mobil. Mengisi perut sebentar sepertinya lumayan mengobati rasa kesepian.

Meskipun sudah pukul sebelas kurang, ternyata masih banyak orang-orang yang mengantri. Aku jadi khawatir tidak kebagian.

"Masih ada, Bang?" tanyaku memastikan

Lelaki yang mengaduk nasi diwajan besar itu mengangguk. "Masih, Neng. Mau berapa?"

"Satu. Makan disini, ya".

Setelah mendapatkan anggukan, aku langsung mencari kursi yang kosong. Beruntung, masih ada satu yang tersisa diujung.

Aku duduk sambil mengamati tenda dan kursi yang tidak banyak berubah sejak pertama kali aku kesini dulu. Saat itu, Dimas yang mengajakku saat pertama kali kita kencan.

Nasi goreng biasa dengan harga murah, waktu itu terasa nikmat hanya karena kamu memakannya dengan dibumbui rasa cinta.

Apakah aku sengaja datang ketempat penuh kenangan ini untuk mencari penyakit hati? Tidak, aku kemari untuk menghapus semuanya, termasuk memori bersama pria itu.

Meski nyatanya masih terasa sesak, tapi tidak masalah aku bisa melawannya.

Beruntung, nasi yang dihidangkan dihadapanku membuat bayangan masalalu itu lenyap. Di gantikan dengan aroma yang mengepul tercium nikmat.

Awalnya, aku begitu menikmati makan malam yang begitu terlambat untuk aku seorang diri. Namun saat sedang nikmat-nikmat nya nasi goreng aku kunyah, tiba-tiba dua orang yang sangat aku hindari datang dan duduk dikursi depan.

Aku yakin, mereka sengaja memilih kursi itu setelah melihatku disini.

"Eh, ada kak Riana", itu suara Ayunda.

Aku melengos, sama sekali tak ingin menyapa adik keparatku itu.

Namun sepertinya niatnya itu mencari masalah, Ayunda kembali berkata, "Kebetulan banget ketemu, kak Riana disini. Benarkan, kak Dimas?"

Ekor mataku bergerak, melirik sedikit ke arah Dimas yang terlihat mengangguk samar. Lihat, bahkan pria itu tidak mau menatapku sekarang.

"Sendirian aja, Kak?" tanya Ayunda lagi.

"Menurutmu?"

Perempuan itu terkekeh "Yah, aku kira Kakak bareng sama siapa gitu. Soalnya sudah malem, untungnya Kak Dimas mau nganterin aku.

Aku memaki didalam hati. Timbang diantar pria mokondo itu aja bangga, padahal aku yakin yang mengeluarkan uang itu Ayunda. Dimas mana punya uang.

"Sayang, apa aku boleh pesen jajanan yang lain, kan?" ucap Ayunda sambil bergelayut manja kulihat

"Uangku cuma cukup untuk beli nasi goreng dan minum ". Kata Dimas. "Lagian kamu daritadi udah jajan macem-macem!"

Mendengar itu, hidungku melebar menahan tawa. Persis seperti dugaanku, Dimas masih miskin seperti biasanya. Melihat wajah kesal Ayunda, aku jadi puas.

Daripada terus diam, mungkin akan lebih menyenangkan jika aku bermain-main sebentar.

"Bang", aku memanggil penjual nasi goreng sambil mengangkat tangan. "Jajanan itu semuanya aku borong, ya!"

Sesaat, ku lihat lelaki disana terkejut. Tetapi di detik yang sama, dia langsung mengiyakan dan membungkus jajanan untuk diberikan padaku.

Kulihat Ayunda yang semakin mengerucutkan bibirnya. Dia pasti sangat kesal sekarang.

"Pantes, Kak Dimas lebih memilih aku, ternyata mantan istrinya rakus begitu".

Aku tak peduli. "Biarin, aku punya duit ini", ujarku sambil menggigit jajanan gurih di depan Ayunda. "Hmmm... enak ".

1
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Ada apa dgn papanya Riana mungkinkah Riana mau dijodohkan !
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Sabar Riana semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yg baik juga atasan yg baik juga yg bisa menghormati dan melindungi seorang wanita dari orang2 yg mau melecehkannya dan segera dapat pengganti Dimas.
Ma Em
makanya Riana kamu jgn lemah lawan Ayuna dan ibunya yg selalu menghina dan merendahkan mu Riana kalau kamu diam Ayuna dan ibunya makin menjadi tambah berani dia dan jgn dituruti kemauan mereka lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri Riana tinggalkan orang2 yg tdk tau diri itu.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Semangat Riana kamu jgn patah semangat semoga kamu bisa melewati cobaan dgn legowo dan cepat lepaskan Dimas biarkan dia dgn Ayunda untuk apa Riana pertahankan lelaki mokondo yg cuma morotin uang kamu Riana, semoga Riana cepat move on dan aku berharap sih Riana berjodoh dgn Kenzi meskipun umurnya lbh muda dari Riana.
Ma Em
Bagus thor ceritanya aku langsung suka apalagi cerita perselingkuhan yg si istri yg diselingkuhin tdk bodoh dan berani melawan pada si suami dan pelakor .
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!