Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima
"Makanannya gak mau masuk," Ujar suara berat itu. Cia menatap Aaro dengan pandangan yang sulit di jelaskan.
"Ya dipaksa dong!" Sewot Cia.
"Nanti muntah lagi. Cape bolak-balik kamar mandi!" Jawab Aaro dengan lemas.
"Aa? Perut lo masih sakit?" Khawatir Rion.
"Pulang Ya?" Sambungnya membuat Aaro menggeleng.
"Disini aja," Ujarnya pelan yang masih bisa di dengar oleh Rion.
"Makanan datang..." Teriak Dikru, membawa makanan mereka di bantu oleh Zaki, Aisyah dan Dita.
"Aaro? Kamu kanapa?" Tanya Aisyah ketika melihat Aaro yang sedang membaringkan kepalanya di atas meja.
"Gak apa-apa!" Jawab Aaro kemudian mengangkat wajahnya yang pucat.
"Kamu pucat banget A', Kamu sakit ya? Pulang ya?" Tanya Aisyah dengan panik sembari memegang kening Aaro membuat Cia yang menatap kedua orang itu dengan pandangan yang cemberut.
"Lo kenapa?" Tanya Risa ke Cia.
"Kenapa orang itu pegang-pengang suami orang?" Tanya Cia sebal yang membuat semua orang yang berada di sana menatap Cia dengan pandangan terkejut yang berbeda-beda.
"Tau ah! Cia mau makan!" Ujarnya kemudian mengambil mangkok soto yang di sodorkan oleh Dikru kepadanya kemudian mengucapkan terima kasih.
"Oh iya! Kenalin, itu Dikru." Ujar Rion menunjuk ke arah Dikru.
"Dita..." Menunjuk perempuan yang terlihat agak tomboy.
"Zaki..." Tunjuk Rion kepada lelaki dengan gaya play boynya itu.
"Dan Aisyah...!" Tunjuk Rion pada wanita berhijab yang tadi membuat Cia kesal.
"Salam kenal!" Ujar mereka berempat kompak.
"Salam kenal juga! Gue Risa. Itu Cia, sahabat gue." Ujar Risa memperkenalkan diri. Walaupun dia sudah kenal dengan Dikru dan Zaki, tapi dia belum kenal dengan Dita dan Aisyah. Jadi... Tidak masalah bukan jika dia memperkenalkan diri ulang?
"Salam kenal.... Risa, Cia," Ujar mereka yang di angguki oleh Risa, sedangkan Cia malah sibuk pada makanannya dan tidak menghiraukan apa yang terjadi disekitarnya.
"Kamu makan dulu Aa! Isi perut kamu!" Ujar Aisyah.
"Iya," Ujar suara serak itu.
Aaro pun mulai menyendokkan nasi goreng miliknya, namun, belum sampai nasi itu ke dalam mulutnya, dirinya sudah merasakan mual dan ingin muntah membuat Aaro langsung berlari ke arah kamar mandi yang untungnya berjarak lumayan dekat dengan kantin kemudian memuntahkan isi perutnya yang kosong di susul oleh Risa, Aisyah, dan Rion yang berlari menyusul laki-laki itu.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya Aisyah sembari memijat tengkuk Aaro pelan membuat Risa yang melihatnya memutar matanya dengan malas.
"Gak apa-apa," Ujar Aaro yang berusaha melepaskan tangan Aisyah dengan sopan. Rion pun dengan sigap membantu Aaro untuk kembali ke meja mereka.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Dikru yang dibalas gelengan kepala oleh Aaro.
Aaro pun menatap Cia yang sedang memakan makanannya dengan lahap. Tiba-tiba saja rasanya Aaro ingin makan apa yang dimakan oleh Cia juga.
"Boleh gue minta?" Tanya Aaro yang mengalihkan perhatian Cia dari makanan yang di makannya.
"Punya Cia?" Tanya Cia tanpa menatap Aaro. Karena jika dia menatap Aaro, Cia pasti akan merasakan ketakutan yang berlebihan.
"Iya!" Ujar Aaro. Cia pun mengangkat sendoknya ke arah Aaro membuat Aaro membuka mulutnya dengan antusias.
Hap
Makanan itu masuk ke dalam perut Aaro. Bedanya adalah Aaro tidak merasakan mual sama sekali ketika memakan makanan Cia membuat mereka yang berada di sana terheran-heran.
"Tinggal dikit tapi, Kak Aaro mau semua?" Lirih Cia untuk pertama kalinya menyebutkan nama Aaro.
"Iya!" Ujar Aaro dengan semangat membuat Aisyah memandang mereka dengan pandangan sedihnya.
Cia pun terus menyuapkan makanan itu hingga tandas. Saat Aaro hendak minum dengan tangannya pun, tiba-tiba dia merasa mual, membuat Cia berinisiatif mengambil alih untuk memegangi gelas dan sedotan air es milik Aaro. Anehnya, setelah Cia yang memegangi itu untuk Aaro, Aaro tidak merasa mual sama sekali. Bahkan, dia bisa merasakan enaknya makanan dan minuman yang di berikan oleh Cia.
Kringgg kringgg
"Udah bunyi bel tuh, masuk kelas Yuk!" Ajak Risa yang sudah tersadar dari kebengongannya menatap Cia.
"Ayo!" Ajak Cia kemudian meletakkan gelas nya kembali.
"Makasih," Ujar Aaro kepada Cia yang di balas anggukan kepala oleh Cia tanpa menatap wajah Aaro. Mereka pun kembali ke kelasnya masing- masing.
\~\~\~
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumsalam!"
Ceklek
"Ohh Sana... Masuk San," Ujar Ratih mempersilahkan Sana masuk ke dalam rumahnya.
"Iya, Rat," Balas Sana.
"Silahkan duduk San," Sambung Ratih yang di balas Sana dengan senyum ramahnya kemudian mengambil tempat duduk di kursi yang berada di depan Ratih.
"Gimana kabarnya Rat?" Tanya Sana basa-basi. Niatnya ke sini adalah untuk mengajak Cia agar mau menginap di rumahnya. Sana tidak tega ketika melihat anak sulungnya itu yang tidak bisa memasukkan makanan apapun ke dalam perutnya sejak pagi. Namun saat mendengar perkataan Rion bahwa Aaro bisa makan dengan tenang jika disuap oleh Cia membuat Sana sangat senang dan itulah alasannya sekarang berada disini.
"Baik San, kamu gimana kabarnya, Aaro?" Tanya Ratih.
"Aku baik juga Rat, tapi Aaro enggak. Dia gak bisa makan apa-apa sejak pagi tadi." Ujar Sana yang membuat raut wajah Ratih berubah menjadi khawatir. Ada apa dengan mantunya itu? Pikirnya.
"Kenapa bisa gitu San?" Tanya Ratih.
"Kayaknya Cia udah isi deh Rat, soalnya si Aaro dari tadi pagi mual-mual mulu, terus pas makan apa aja langsung muntah. Tapi kata Rion, waktu disekolah Cia yang suapin Aaro makan dia makannya banyak sama lancar banget Rat, gak kenapa-napa." Lapor Sana yang membuat Ratih menganggukkan kepalanya pelan.
"Itu kan tadi siang, Kalau malam ini udah bisa makan? Kalo soal Cia, gak bisa di cegah lagi San kalo memang udah isi. Yang bisa kita lakuin cuma jagain Cia sama calon babynya aja." Ujar Ratih yang di angguki oleh Sana.
"Iya Rat kita harus hati-hati jagain Cia sama babynya mulai dari sekarang." Ujar Sana yang di balas dengan anggukan kepala oleh Ratih.
"Aaronya gimana San? Udah bisa makan?" Tanya Ratih mengulang pertanyaannya yang belum di jawab oleh Sana.
Dirinya kan khawatir juga dengan menantunya itu. Pikir Ratih.
"Belum Rat, malam ini Aaro belum makan sama sekali. Ini kami juga lagi panik, soalnya Maagnya si Aaro udah kambuh karena belum makan lagi," Jawab Sana.
"Emmm Rat... Aku boleh bawa Cia nginep dirumah gak?" Sambung Sana to the point.
"Kasian banget si Aaro." Gumam Ratih kemudian kembali terfokus dengan pertanyaan Sana yang lainnya.
"Coba kamu bujukin aja San si Cia, siapa tau nanti dia mau nginep. Kalo anaknya mau sih ajak aja San, kan Aaro udah jadi suaminya juga." Ujar Ratih yang di angguki oleh Sana.
"Makasih ya," Ujar Sana lega kala mendengar jawaban yang di berikan oleh Ratih.
"Ayok aku anter ke kamar Cia, San." Ajak Ratih yang di angguki oleh Sana.
Ratih pun mulai berdiri diikuti oleh Sana. Kemudian dua orang ibu itu menaiki tangga menuju kamar Cia.