My Mysterious Husband

Keesokan harinya setelah pulang kerja, dengan mengenakan gaun pesta, Ailyn kembali memarkir kan mobil nya di sekitar restoran tempat Jave bekerja.

Mereka sepakat untuk kembali bertemu. Tentu saja untuk melanjutkan pembicaraan tentang rencana yang akan mereka jalankan untuk kedepan nya nanti.

Sembari menunggu Jave datang, ia sibuk merapikan kembali riasannya yang tidak berantakan.

Tok.. tok.. tok ! (suara ketukan)

" Sebentar Jave !" sahut Ailyn masih fokus bercermin.

" Ehem, ini aku Pete" ujar Peter salah satu teman kerja Jave.

Dengan malas, Ailyn membuka kaca jendela mobilnya.

" Oh halo Peter, bagaimana kabarmu?, apa kau melihat Jave? " cecar Ailyn dengan senyum terpaksa.

Peter yang mendengar Ailyn menanyakan kabar nya, merasa tersipu. Kini wajahnya terlihat memerah seperti udang rebus.

" Oh.. iya aku baik, bagaimana kabar anda nona?" tanya Peter salah tingkah.

Ailyn yang melihat tingkah Peter, seketika merasa ilfeel dibuatnya.

" Ya baik, dimana Jave?" Ailyn kembali bertanya dengan ekspresi dingin.

" Rainer? sebentar lagi dia pasti keluar, hehe mau ku temani sambil menunggunya nona?" tawar Peter kembali salah tingkah.

" Ehm.. tidak terimakasih, kau bisa pergi sekarang"

Ailyn menutup kembali kaca jendela mobilnya. Lalu kembali fokus bercermin untuk melihat riasan nya.

Tok.. tok !

" Ck, apa lagi sih !? " decak Ailyn mulai kesal.

" Memangnya ada apa?"

Terdengar suara pria yang tak asing lagi ditelinga Ailyn sejak beberapa hari ini. Yang membuat mood Ailyn berubah seketika. Dengan cepat Ailyn membuka pintu mobil.

" Masuk lah, aku sudah menunggumu lama~" sambut Ailyn dengan nada yang manja.

Jave yang tidak menanggapi, bergegas masuk kedalam mobil Ailyn. Dengan cekatan Ailyn melajukan mobil nya ke daerah yang tidak terlalu ramai.

" Ini untuk mu"

Ailyn tiba-tiba menyodorkan sebuah handphone kepada Jave.

Seketika Jave mengambil benda pipih tersebut dari jari jemari lentik Ailyn.

" Itu namanya telepon seluler, lebih mudahnya sebut saja handphone " Ailyn mulai menjelaskan.

" Sudah tahu" jawab Jave singkat.

" Ehm kukira kau tidak pernah melihat nya di tempat asalmu" kilah Ailyn.

" Aku bukan berasal dari kerajaan kuno, tempat ku berasal bahkan lebih modern dari tempat ini" sahut Jave dingin.

" Apa semua orang di tempatmu bisa mengeluarkan cahaya dari matanya? sama seperti yang kau lakukan malam itu?" cecar Ailyn bertanya dengan antusias.

" Tidak, hanya elf berbakat yang memilikinya, itu pun tidak sama, sesuai keturunan nenek moyang" jelas Jave singkat.

Jawaban dari Jave membuat Ailyn semakin penasaran. Ingin sekali rasanya menghujani Jave dengan berbagai pertanyaan. Namun ia harus menahan nya, sebab ada hal lebih penting yang harus dilakukannya saat ini.

" Wah, anggap saja kau memang berbakat, cepat ganti pakaianmu" puji Ailyn sembari menunjuk kan jari telunjuk nya ke bagian kursi belakang mobil.

Di sana sudah ada perlengkapan outfit untuk Jave yang sudah disiapkan Ailyn sebelumnya.

" Untuk apa semua ini?" Jave terlihat bingung.

" Hari ini adalah malam perjodohan ku, mm..entah sudah yang keberapa kali aku tidak ingat. Sesuai obrolan kita kemarin, agar tidak membuang banyak waktu, kita bisa memulai nya sekarang" Ailyn membuka sabuk pengaman Jave.

Lalu mengubah posisi kursi yang Jave duduki menjadi datar.

Dengan santai Jave mengambil setelan Jas dari kursi bagian belakang, lalu membuka seragam kerja nya.

Terlihat jelas tubuh sexy dengan otot bagian perutnya yang ber pack-pack itu, membuat kedua mata Ailyn tak ingin berkedip sedikit pun. Perasaan ingin menyentuh nya, membuat Ailyn reflek menggigit bibir bawahnya sendiri.

Jave yang menyadari bahwa ia diperhatikan sedari tadi menghentikan aktivitas nya. Pandangan nya kini tertuju pada Ekspresi wajah Ailyn yang terlihat liar itu.

" Lihat apa ?! "

Teguran dari Jave membuat Ailyn tersadar, lalu kembali mengubah ekspresi nya. Kedua pipi nya terlihat memerah.

" Ehm.. kau memiliki bentuk tubuh yang bagus, sangat cocok dijadikan suamiku~" goda Ailyn sembari menahan malu.

" Ya memang benar"

Jave melanjutkan aktivitas mengganti pakaian nya. Kini wajah Jave terlihat tersipu, seiring dengan muncul nya perasaan aneh yang tidak biasa dalam hatinya.

°°°

Di kediaman tempat Ailyn tinggal, tepat di taman belakang yang sudah ditata dengan indahnya, telah kedatangan tamu penting. Yaitu keluarga dari calon pria yang akan dijodohkan dengan Ailyn serta para keluarga besar Smith. Tentu saja atas undangan dari Nyonya Lamia.

Dengan wajah ramah nya, ia menjamu para tamu tersebut dengan hidangan berbagai hidangan mewah. Kali ini nyonya Lamia sangat yakin acara perjodohan kali ini akan berjalan sesuai rencana nya.

Terlihat calon pria yang akan dijodoh kan dengan Ailyn, tak sabar menunggu kedatangan calon wanita nya yang belum kunjung datang.

" Apa masih lama?" tanya pria tersebut merasa gugup.

" Tunggu sebentar lagi ya, maklum saja anak itu sangat rajin bekerja" nyonya Lamia mencoba mengulur waktu.

Dari kejauhan, terlihat mobil Ailyn mulai memasuki halaman luas kediaman nya. Membuat seluruh mata yang hadir pada malam itu tertuju pada mobil itu.

Tak berapa lama kemudian keluar lah Ailyn dengan seorang pria tampan berpostur tinggi, membuat para tamu yang datang merasa terpesona melihat ketampanan nya. Kecuali bibi Maye yang terlihat tidak senang melihat Ailyn.

" Halo semua, maaf datang terlambat !"

Ailyn menyapa para tamu, sembari menggandeng lengan Jave.

" Sherly?! "

Calon pria yang akan dijodohkan pada hari itu tampak terkejut melihat wajah gadis cantik nan jelita itu.

" Oh, Charlie ! kau juga hadir di sini, bagaimana kabarmu?" Ailyn menyapanya dengan ramah.

" Ya, aku baik, lalu siapa pria itu?" tanya Charlie penasaran.

" Oh iya, perkenalkan ini Jave, Jave Rainer, calon suamiku" ujar Ailyn tersenyum manis.

Seketika suasana menjadi hening, para tamu dan keluarga yang datang terlihat sangat shock.

" Dasar anak haram ! anak wanita j*lang ! tidak tahu malu ! "

Umpatan dari mulut bibi Maye seketika membuat suasana menjadi gaduh.

" Nyonya Smith ! apa-apaan ini ?! kau bilang putri mu menyetujui menikah dengan anak ku, tapi apa ini ?!"

Ibu dari Charlie mulai emosi, karna merasa dipermainkan.

" Tidak Inggrid, kau salah paham, aku bisa jelaskan" nyonya Lamia berusaha menenangkan.

" Apa yang perlu dijelaskan?, Charlie ! ayo kita pulang !"

Ibu dari Charlie menarik tangan anak nya lalu bergegas pergi meninggalkan acara, diikuti dengan nyonya Lamia yang juga mengekornya.

Begitu juga dengan para tamu lainnya, hanya sisa keluarga besar Smith yang masih tetap berada di dalam acara tersebut.

Mereka terlihat saling berbisik, dengan sesekali melihat kearah Ailyn yang masih berdiri menggandeng tangan Jave.

Dalam hati nya saat ini Ailyn sangat merasa puas, karena untuk terakhir kalinya , ia sudah menghancurkan berkeping-keping acara perjodohan untuknya.

Melihat keluarga besar yang mencibir nya, dengan rasa luas Ailyn memberikan senyum terbaiknya pada mereka semua.

Namun berbeda dengan bibi Maye, dengan emosional nya ia melemparkan sebilah pisau daging kearah Ailyn. Membuat keluarga yang berada disekelilingnya merasa terkejut.

Ailyn yang merasa tak sempat menghindari pisau tersebut, terlihat pasrah dengan memejamkan kedua matanya.