"Enam bulan," lirih Diana dengan pelan bahkan terdengar ada rasa takut di nada bicaranya.
Sherly yang mendengar itu benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa, jantungnya terasa ditikam saat mendengar pernyataan dari adik kandung yang rela berselingkuh dengan suaminya sendiri.
Sakit? Bukan saatnya memikirkan rasa sakit ini, dengan tenaga yang masih tersisa, Sherly menatap Rian dengan tatapan kecewa.
"Ceraikan aku, mas!"
"Tidak! Jangan pernah berharap hal itu akan terjadi!"
Apa yang akan dilakukan Sherly saat Rian tidak mau menceraikannya? Apa yang akan terjadi antara Sherly dan Diana? Sanggupkah Sherly menahan rasa sakit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lujuu Banget, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Foto
"Mas ... nanti jadi temani aku belanja 'kan?" Sherly yang tengah melipat pakaian melirik Rian yang tengah asik memainkan ponselnya, bahkan pria itu sesekali tertawa pelan seakan ada hal yang lucu di sana.
"Mas!" pekik Sherly kesal karena Rian malah tidak mendengarkannya.
"Kenapa? Maaf, mas keasikan sendiri."
Rian lalu meletakkan ponselnya, dia menatap Sherly yang tengah mengembungkan kedua pipinya, bahkan Rian tertawa pelan melihat tingkah manja Sherly.
Sherly memang sangat jarang melakukan tingkah seperti itu, karena biasanya dia sudah terlatih untuk bersikap mandiri dan tidak bergantung dengan siapapun.
"Tadi aku tanya, mas jadi enggak menemani aku jalan-jalan?"
"Nanti ya?" Rian malah balik bertanya, seakan dia tengah memikirkan sesuatu, melihat itu, tentu saja Sherly menatap Rian dengan tatapan heran.
"Mas lupa bilang sama kamu, mas ada urusan nanti."
"Tapi ... mas udah janji dari lama, bahkan banyak rencana yang enggak jadi karena mas selalu punya urusan," kesal Sherly karena lagi dan lagi Rian membatalkan acara mereka.
Rian hanya tersenyum seraya mencubit kedua pipi Sherly, dia minta maaf dan berjanji lain kali mereka akan jalan-jalan, tentu saja Sherly hanya menganggukan kepala.
"Janji?"
"Iya, mas berangkat dulu ya, assalamualaikum!"
"Waalaikumussalam," jawab Sherly sambil melambaikkan tangan ke arah Rian yang sudah menghilang dari balik pintu.
Sherly kembali fokus melipat pakaian, setelah selesai, wanita itu mengambil ponsel, membuka beberapa aplikasi sebelum akhirnya mendapat sebuah panggilan telepon dari temannya.
"Waalaikumussalam, kenapa Na, tumben," ucap Sherly sambil tertawa pelan karena memang tidak biasanya wanita itu menghubunginya.
"Ly, coba kamu buka apa yang barusan aku kirim!"
Mendengar itu, Sherly mengerutkan keningnya, wanita itu membuka sebuah foto yang baru saja dikirim, keningnya berkerut saat melihat foto tersebut.
"Kamu mendapatkan foto ini dari siapa Na? Dari belakang memang mirip mas Rian, tetapi enggak mungkin mas Rian selingkuh," ujar Sherly seakan menolak pikirannya saat melihat foto punggung seorang pria dan wanita yang tengah bergandengan, memang dari belakang sangat mirip dengan Rian.
"Aku cuma mau memberitahu kamu aja, soal percaya atau enggak itu urusan kamu, kita kenal udah lama, kamu juga tahu aku orangnya seperti apa."
Mendengar itu, Sherly sejenak terdiam, apa yang dikatakan Nara benar, mereka sudah kenal sejak lama, tidak mungkin Nara mau menyebarkan hoaks kepadanya, apalagi sampai mau merusak rumah tangganya.
"Kalo gitu, terima kasih ya, Na, atas informasinya," ujar Sherly yang kemudian panggilan terputus.
Jujur saja foto itu mulai menganggu pikiran Sherly, bagaimana jika benar Rian selingkuh darinya? Bukankah sekarang banyak kasus perselingkuhan?
"Aku enggak boleh berburuk sangka, nanti aku tanya mas Rian dulu." Sherly menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak mau hanya karena foto yang belum jelas kebenarannya ini malah merusak rumah tangganya.
Bisa saja itu orang lain yang memakai baju sama seperti baju Rian, jadi lebih baik nanti ditanya lagi kepada Rian.
Waktu berlalu dengan cepat, Sherly yang sejak tadi menunggu kepulangan Rian sudah mulai gelisah, dia benar-benar tidak tahu harus memulai darimana jika Rian sudah pulang.
Setengah jam berlalu, suara mobil yang berhenti membuat Sherly segera berdiri, dia bahkan melangkahkan kaki ke depan, membukakan pintu untuk Rian membuat pria itu menatap Sherly cukup terkejut, pasalnya sangat jarang Sherly akan membukakan pintu untuknya seperti ini.
"Mas, ada yang mau aku tanyakan," ucap Sherly dengan tatapan serius, bahkan Rian yang melihat itu hanya mengangkat alisnya seraya terus melangkah.
"Enggak bisa besok aja? Mas capek banget," keluh Rian tetapi sama sekali tidak dijawab oleh Sherly, bahkan wanita itu belum bergerak dari tempat tadi, matanya menatap Rian seakan hal ini sangat penting dan harus dibicarakan.
Karena Sherly tidak menjawab, Rian menghela napas dengan pelan, dia lalu meminta Sherly untuk duduk dan membicarakan apa yang akan dia tanyakan barusan.
"Bisa kamu jelasin foto ini!" Sherly memberikan sebuah foto kepada Rian membuat pria itu menatap Sherly dengan tatapan cukup terkejut, darimana Sherly mendapatkan foto itu?
"Ehem, kamu dapat foto itu dari siapa?" tanya Rian dengan nada suara yang dibuat setenang mungkin, dia tidak tahu darimana Sherly mendapatkan foto itu, pasalnya Sherly sangat jarang keluar dari rumah kecuali untuk hal-hal yang penting.
"Jawab aja mas!"
"Kamu curiga sama mas? Mas baru pulang kerja capek-capek kamu malah nuduh mas selingkuh?" Kali ini Rian membalikkan fakta membuat Sherly malah menjadi gelagapan sendiri, dia tidak bermaksud menuduh Rian, dia hanya ingin membuktikan jika foto itu bukanlah mas Rian.
"Bukan gitu mas, aku hanya ...."
"Kalo kamu enggak percaya, tanya aja sama Jeki, sejak tadi mas hanya ada di kantor, apa perlu mas hubungi Jeki sekarang?" Rian berniat mengeluarkan ponselnya yang segera ditahan oleh Sherly, tentu saja dia tidak mau masalah ini menjadi semakin panjang.
"Enggak mas, aku minta maaf. Kamu lapar 'kan? Ayo kita makan!" Sherly segera menarik Rian untuk pergi dari sana, sedangkan Rian malah tersenyum penuh kemenangan.
Dia memang sudah yakin jika Sherly tidak akan bisa menuduh Rian lebih jauh lagi, tetapi jujur saja ... Rian harus memberitahu Diana tentang ini, mulai sekarang mereka harus berhati-hati dengan perselingkuhan mereka, jangan sampai ada seseorang yang tahu lalu kembali mengirim foto kepada Sherly.
Sedangkan Diana yang baru saja sampai di rumah dikejutkan dengan kehadiran Fahri di sana, pria itu sepertinya sudah menunggu sejak lama.
"Fahri? Sudah lama?" tanya Diana sambil tersenyum tipis, ibu yang juga ada di sana izin meninggalkan mereka berdua, memberikan ruang untuk berbicara.
"Kamu darimana?"
"Kantor, ke mana lagi?" jawab Diana dengan senyum kakunya, tentu saja dia tengah berbohong.
Sedangkan Fahri yang mendengar itu menatap Diana dengan tatapan tajam dan dingin, bahkan Diana tidak bisa berkata-kata saat melihat tatapan itu.
"Kantormu tutup."
"Itu ...."
"Aku pulang dulu!" Fahri segera berdiri, baru saja akan melangkah keluar, pria itu tiba-tiba berhenti.
"Beritahu ibumu, aku pulang!"
Diana hanya diam, dia hanya menganggukan kepalanya dengan pelan, bahkan dia yakin Fahri sudah curiga kepada dirinya, tetapi bukankah lebih bagus jika Fahri tidak mau menikah dengannya? Dia jadi bebas dengan Rian.
"Diana!"
"Kenapa Bu?" Diana mengalihkan pandangannya menatap ibu yang baru saja memanggil namanya.
"Nak Fahri sudah menunggu sejak tadi sore, kamu ke mana saja?"
"Ada urusan tadi," jawab Diana seenaknya seraya melangkahkan kaki memasuki kamar, baru saja dia akan merebahkan tubuhnya, sebuah notifikasi muncul dari Rian membuat senyum Diana mengembang dengan sempurna.
"Mbak Sherly curiga?"
\*\*\*
jalang ini dah bunuh org dgn mencelakai HBS it minta maaf dan selesai gK di penjara...anjing GK...y anjing bgt lah....anjingggggggggggg
bangettt