Tidak ada yang menyangka bahwa dirinya masih hidup, semua orang menganggapnya sudah mati. Padahal dia telah tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang berbahaya.
Adam Alvarez atau pria bernama asli Marvin Leonardo, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang mafia berdarah dingin, karena kepiawaiannya dalam menaklukkan musuh membuat dia mendapatkan julukan A Dangerous Man. Namun, ada sebuah luka di masa lalu yang membuat dia bisa berbuat kejam seperti itu.
Saat dia masih kecil, dia dan ibunya diterlantarkan oleh sang ayah, hanya karena ayahnya sudah memiliki wanita lain, bahkan wanita itu membawa seorang anak perempuan dari hasil hubungan gelap mereka. Hingga berakhir dengan peristiwa pembunuhan sadis terhadap ibunya.
Karena itu Adam memanfaatkan Nadine Leonardo, putri tercinta ayahnya sebagai alat untuk membalaskan dendam terhadap ayahnya. Adam tidak akan memaafkan siapapun yang telah tega membunuh ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Bukan Ibu Kandung
"Apa ini Nadine? Bagaimana bisa kamu mendapatkan nilai tujuh heuh?" Sonya sangat murka karena Nadine mendapatkan nilai tujuh dipelajaran matematikanya.
Tidak seperti biasanya, padahal anak perempuan itu selalu mendapatkan nilai 100.
Nadine sangat ketakutan, apalagi malam ini Tuan Rama belum pulang dari kantor. Mamanya pasti akan menyiksa dirinya. Dia juga tidak mengerti mengapa memiliki seorang ibu yang sangat kejam padanya.
"Ma-maafkan Nadine, Ma. Nadine janji Nadine akan belajar yang rajin lagi." Nadine mengatakannya dengan nada yang bergetar.
Sonya mere-mas kertas hasil ulangan itu, dia melemparkannya ke wajah Nadine, "Sudah mama katakan, jangan pernah membuat mama kecewa, Nadine. Kamu harus pintar seperti Marvin, bagaimana kalau papamu lebih menyayangi anak pertamanya, heuh?"
Anak perempuan berusia 6 tahun itu hanya bisa menundukkan kepala.
"Sini kamu!" Sonya menyeret Nadine ke kamar mandi, Nadine tidak bisa berontak, jika dia melawan sang mama kana menyiksanya dengan yang lebih kejam.
"Jongkok kamu!" bentak Sonya.
Nadine terpaksa berjongkok di kamar mandi yang luas itu, sambil menangis.
Sonya mengguyur kepala Nadine dengan air, sampai Nadine menginggil, apalagi sekarang ini sudah malam, cuaca sangat dingin.
"Ampun, Ma."
"Mama sengaja hukum kamu biar kamu pintar, kamu akan menjadi penerus Leon Grup, Nadine. Leon Grup akan menjadi milik kita, karena itu kamu harus mendapatkan nilai yang bagus." Sonya masih saja menguyur kepala Nadine, sampai badannya ikut basah kuyup.
"Bahkan kamu akan menjadi calon menantu Tuan Dafa, jangan pernah menjadi gadis yang bodoh, Nadine. Kamu harus tumbuh menjadi gadis yang sempurna!"
Nadine hanya bisa terisak, gadis kecil itu menyilangkan tangan di dada, sangat kedinginan sekali.
Sonya berhenti mengguyur Nadine, begitu mendengar suara ponselnya berbunyi. Sonya mendelik tajam pada Nadine, karena belum puas menghukumnya.
Sonya segera keluar dari kamar mandi, siapa tau ada telepon penting.
Sonya membawa ponselnya di atas nakas, ternyata dia mendapatkan telepon dari sang kekasih.
"Hallo sayang." sapa Erza begitu Sonya mengangkat telepon darinya.
"Bagaimana? Apa suruhan kamu sudah beraksi?" Sonya to the point saja. Dia ingin segera mendapatkan kabar baik tentang Bu Rena dan anaknya. Agar dia bisa hidup dengan tenang, karena ingin Leon Grup menjadi miliknya, tanpa ada gangguan dari mereka.
"Sudah dong, Markus itu seorang pembunuh profesional, dia tidak akan mengecewakan. Mungkin sekarang dia sudah membunuh mereka. Kita tunggu kabar baiknya saja."
"Hmm... bagus lah kalau begitu, aku sudah tidak sabar ingin segera mendengarkan kabar baik itu."
Nadine tidak bisa mendengar jelas pembicaraan Sonya dan Erza, karena dirinya sedang berada di kamar mandi.
Sonya terkejut saat mendengar deru suara mobil milik suaminya, dia harus segera mengakhiri percakapannya bersama Erza, "Si tua bangka itu sudah pulang, sudah dulu ya."
Klik!
Sonya mematikan panggilan telepon, dengan cepat dia menyimpan ponselnya di atas nakas, lalu mercari handuk, setelah mendapatkan handuk, dia masuk ke kamar mandi, melemparkannya kepada Nadine.
"Cepat ganti pakaian kamu! Awas jangan pernah bilang sama papa kalau mama sudah hukum kamu, mama akan hukum kamu lebih berat lagi."
Nadine hanya bisa menangis, dia meraih handuk itu, lalu mengerubuni tubuhnya dengan handuk, dia bergegas pergi ke kamarnya.
Sementara Sonya merapikan dirinya untuk menyambut kepulangan suaminya.
Sonya menyambut Tuan Rama di depan Mansion, dia tersenyum manis pada sang suami.
"Nadine mana, Ma?" setiap pulang kerja, selalu Nadine yang ditanyakan oleh suaminya kepada Sonya.
Tuan Rama dari dulu memang menginginkan anak perempuan, mungkin karena semua saudaranya lelaki, sayangnya Bu Rena tidak akan bisa memiliki anak lagi karena rahimnya bermasalah.
Karena itu Tuan Rama sangat senang begitu mendengar kabar kalau Sonya sedang mengandung anaknya, dan memberikan hasil USG yang menunjukkan dia sedang mengandung anak perempuan. Dan akhirnya Tuan Rama menikahi Sonya. Karena mereka sering berhubungan badan sebelum mereka menikah.
Sonya dulu adalah seorang karyawan biasa di kantor. Namun karena penampilan Sonya sangat menarik dan seksi, bahkan Sonya sering mencoba mencuri perhatian pada Tuan Rama, akhirnya Tuan Rama tergoda, dan mereka sering check-in hotel.
Tuan Rama mau bertanggungjawab setelah Sonya dinyatakan hamil, betapa bahagianya Tuan Rama karena Sonya mengandung anak perempuan. Bagi Tuan Rama, perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin, Nadine bisa menjadi penerus perusahaan Leon Grup.
Sonya hanya menghela nafas, karena suaminya hanya peduli pada Nadine.
"Nadine sedang belajar di kamarnya, Mas."
Tuan Rama tersenyum mendengarnya, ternyata dia sudah membeli boneka untuk Nadine. Dia segera pergi ke kamar Nadine.
Sonya mengikuti Tuan Rama, dia takut Nadine belum sempat berganti pakaian. Habislah riwayatnya jika dia ketahuan menyiksa Nadine.
Tok... Tok... Tok...
Tuan Rama mengetuk pintu kamar Nadine, "Nadine, papa bawakan boneka buat kamu."
Ternyata Nadine sudah berganti pakaian. Dia harus berpura-pura baik-baik saja, menyembunyikan kedinginan diseluruh tubuhnya. Karena itu dia memakai pakaian hangat.
Nadine membuka pintu kamarnya, dia melihat kedua orang tuanya di depan kamar.
Tuan Rama memberikan boneka panda kepada Nadine, "Ini papa sengaja membeli boneka untuk kamu."
Nadine pura-pura bahagia, dia menatap mamanya yang sedang memelototinya dari belakang. "Makasih, Pa." Nadine membawa boneka panda pemberian papanya.
"Lho kok rambut kamu basah, sayang?" Tuan Rama memperhatikan rambut Nadine yang basah.
Sonya segera angkat bicara, "Oh itu tadi Nadine katanya gerah, dia malah mandi, tapi mandinya sama air hangat kok. Padahal aku sudah melarangnya. Nadine hanya nurut sama papanya saja." Sonya pura-pura mengeluh.
Nadine hanya menundukkan kepala.
"Hmm... lain kali kamu harus mendengarkan perkataan mama kamu ya, sayang. Mandi di malam hari itu gak baik. Jangan diulangi lagi ya!" Tuan Rama tidak bisa marah pada Nadine, dia begitu sangat menyayangi anak itu. Bahkan dia tidak akan membiarkan satu orang pun menyakiti Nadine.