Warning.!! Area khusus dewasa.!
Bukan tempat untuk mencari nilai kehidupan positif. Novel ini di buat hanya untuk hiburan semata.
Tidak suka = SKIP
Pesona Al Vano Mahesa mampu membuat banyak wanita tergila - gila padanya. Duda beranak 1 yang baru berusia 30 tahun itu selalu menjadi pusat perhatian di perusahaan miliknya. Banyak karyawan yang berlomba lomba untuk mendapatkan hati anak Vano, dengan tujuan menarik perhatian Vano agar bisa di jadikan ibu sambung untuk anak semata wayangnya.
Sayangnya rasa cinta Vano yang begitu besar pada mendiang istrinya, membuat Vano menutup hati dan tidak lagi tertarik untuk mencintai wanita lain.
anak.?
Namun,,,, kejadian malam itu yang membuatnya tidur dengan sorang wanita, tanpa sengaja mampu membuat anak semata wayangnya begitu menyukai wanita itu, bahkan meminta Vano untuk menjadikan wanita itu sebagai ibunya.
Lalu apa yang akan Vano lakukan.?
Bertahan pada perasaannya, atau mengabulkan permintaan sang anak.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Vano mengangkat wajah ketika seseorang berjalan di depannya. Meski sudah 30 menit yang lalu di usir oleh Celina, tapi tidak membuat Vano pergi dari rumah sakit. Dia masih di sana, duduk didepan ruang rawat inap Celina.
"Kau.! Apa yang terjadi pada Celina.?!" Tanya Dion dengan sorot mata tajam. Sikap buruk Vano pada Celina saat di mall beberapa waktu lalu, membuat Dion tidak menyukai Vano.
Dan sekarang dia malah melihat Vano di sana.
Vano beranjak dari duduknya. Dia berdiri tegap, tak kalah tajam menatap Dion.
Kehadiran Dion semakin memperburuk perasaannya. Vano semakin merasa kehilangan harapan untuk memiliki Celina dan darah dagingnya. Karna dalam keadaan seperti itu, Celina lebih memilih untuk memanggil Dion di bandingkan ditemani olehnya yang jelas - jelas sudah membawa Celina ke rumah sakit.
"Celina sedang mengandung anakku." Tutur Vano dengan harapan yang tinggi. Vano yakin jika Dion tau kebenarannya, mungkin Dion akan memilih mundur dan Vano akan memiliki kesempatan untuk bisa memiliki Celina.
Penuturan Vano membuat Dion terkejut, namun dia bersikap santai di hadapan Vano. Dion bukan laki - laki bodoh, dia tau ada maksud lain kenapa Vano mengatakan hal itu padanya.
"Mengandung anakmu.? Apa kamu bercanda.?" Ucap Dion dengan nada sinis. Sejujurnya kenyataan itu sedikit menimbulkan rasa sakit dalam hatinya. Siapa yang tidak akan kecewa jika calon istrinya mengandung anak dari laki - laki lain, terlebih Dion tau betul bagaimana hubungan Celina dan Vano waktu itu.
"Kamu sudah lama tidak memiliki hubungan dengan Celina, jadi jangan membuat omong kosong.!" Tegas Dion.
"Omong kosong.?" Vano balik bertanya. Dia mengulas senyum smirk.
"Kandungan Celina sudah berjalan 6 minggu, bukankah kalian baru bersama 4 minggu yang lalu.?" Jelas Vano. Dia begitu percaya diri dan merasa menang setelah menjelaskan semua itu pada Dion.
Vano berhasil membuat Dion bungkam, dia tidak tau lagi harus menjawab apa karna Vano yang lebih tau disini. Sedangkan dia belum mendapat penjelasan apapun dari Celina.
"Celina dan aku yang lebih tau.!" Tegas Dion.
"Kalian sudah tidak memiliki hubungan, jadi apapun yang terjadi pada Celina saat ini, itu bukan lagi urusanmu.!" Dion menatap geram. Tanpa menunggu respon dari Vano, dia bergegas masuk kedalam ruangan Celina.
Kedua tangan Vano mengepal kuat. Bahkan rahangnya ikut mengeras dengan wajah yang memerah.
Dia tidak bisa berbuat apapun selain membiarkan Dion masuk kedalam untuk menemani Celina.
Kini perjuangan Vano untuk meluluhkan dan mendapatkan Celina akan semakin sulit dengan adanya Dion di samping Celina.
...****...
"Kak,,," Celina berusaha bangun saat melihat kehadiran Dion, namun Dion langsung mencegahnya.
"Tidak usah bangun, kamu masih terlihat lemah,," Kata Dion. Dia berjalan tenang menghampiri Celina, tapi tidak dengan Celina yang terlihat gusar menyambut kedatangan Dion.
Hal itu lantaran Celina masih bingung bagaimana caranya untuk memberitahukan kenyataan pahit itu pada Dion. Ada rasa sesak yang menyelimuti hatinya saat melihat wajah Dion. Celina belum siap melihat Dion kecewa. Tidak tega rasanya menorehkan luka pada laki - laki yang begitu baik dimatanya.
"Sejak kapan kamu di sini.? Kenapa baru menghubungi ku.?" Dion bertanya dengan tenang. Tangannya menarik kursi, menempatkan disisi ranjang kemudian duduk di sana.
"Apa dia yang membawamu kemari.?" Dion menengok sekilas ke arah pintu. Gerakan Dion juga di ikuti oleh Celina yang menatap ke arah pintu. Celina langsung tau siap yang di maksud oleh Dion. Siapa lagi kalau bukan Vano. Celina tidak menyangka kalau Vano masih ada disana.
"Jadi dia masih di luar,," Ucapnya datar. Ada ekspresi tak suka yang di tunjukan oleh Celina.
"Apa benar yang dia katakan.?" Tanya Dion hati - hati. Ucapan itu membuat Celina langsung menatap Dion. Dari pertanyaan dan ekspresi wajah Dion, Celina sangat yakin kalau Dion sudah tau semuanya.
"Maaf kak,, ini bukan keinginanku." Celina menunduk sendu. Selain tidak mau melihat Dion kecewa, Celina juga berusaha menyembunyikan air matanya yang sudah menggenang.
"Aku terlalu bodoh dan ceroboh,,"
Ada penyesalan yang mendalam dari ucapannya. Mungkin jika waktu bisa di putar, Celina memilih untuk tidak bertemu dengan Vano malam itu.
"Lalu apa yang akan kalian lakukan sekarang.?"
Kali ini Celina langsung menggelengkan kepalanya. Dion bisa melihat betapa putus asanya Celina.
"Apa dia mau bertanggungjawab.?" Sekali lagi Dion mengajukan pertanyaan dengan hati - hati. Dion tau bagaimana perasaan Celina saat ini, tapi Dion ingin memastikan langkah apa yang akan di ambil oleh Celina untuk mengatasi masalah yang sedang menimpanya. Hamil di luar nikah terlalu berat, apalagi untuk ukuran Celina yang belum genap 19 tahun. Ditambah dengan nama besar keluarganya yang merupakan seorang pengusaha. Jika salah mengambil langkah, bukan hanya hidup Celina saja yang hancur, keluarganya juga akan ikut terseret.
"Dia sempat menuduhku hamil dengan kak Dion." Tutur Celina. Nafasnya begitu tercekat, dia terluka dan kecewa atas perlakukan Vano yang tega menuduhnya hamil dengan laki - laki. Bahkan sampai membuat surat perjanjian agar tidak datang meminta pertanggungjawabannya. Padahal saat itu tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya untuk meminta pertanggungjawaban dari Vano.
"Aku sudah putuskan untuk merawatnya sendiri,," Celina menitikkan air matanya. Dia bukan sedang menangisi nasibnya yang buruk, tapi menangis karna sudah menyakiti dan membuat Dion kecewa.
"Aku benar - benar minta maaf kak." Ucap Celina tulus.
"Kak Dion bisa mencari wanita lain yang lebih baik dariku, aku sedang mengandung anaknya. Aku nggak mau kak Dion yang menanggung perbuatanku."
"Kak Dion tenang aja, aku yang bakal bilang sama Papa dan Mama untuk membatalkan pernikahan kita,"
"Laki - laki sebaik kak Dion harus bahagia dengan pasangan yang baik juga,," Kini Celina mengulas senyum tipis. Dia benar - benar berharap jika Dion akan menemukan wanita yang baik setelah ini.
"Aku hanya minta sama kak Dion, rahasiakan semua ini dari Papa dan Mama. Aku sendiri yang akan mengatakannya setelah dia lahir." Sorot mata Celina begitu sendiri menatap perutnya.
Dion terlihat tidak suka dengan keputusan Celina. Sorot matanya terlihat lebih kecewa di banding saat dia tau kalau Celina sedang hamil.
"Kamu akan berjuang sendiri.?" Tanya Dion penuh penekanan.
"Aku nggak selemah yang kak Dion pikirkan, kami akan hidup berdua dengan baik." Sahut Celina yakin.
Terbiasa hidup sendiri membuat Celina mampu menghadapi semuanya seorang diri, termasuk untuk mengandung dan melahirkan darah dagingnya tanpa harus ada orang lain disisinya.
"Tidak semudah itu Celina. Kamu mungkin bisa hidup sendiri, tapi tidak dengan anak kamu."
"Kita akan menikah setelah kamu keluar dari rumah sakit. Jangan pikirkan apapun, aku yang akan mengurusnya.!" Seru Dion tegas. Sedikitpun tidak ada keraguan di mata Dion untuk menikahi Celina yang sedang mengandung anak Vano. Dion benar - benar mau menerima Celina dan anak yang ada didalam kandungannya.
"Tapi kak, anak ini,,,
"Dia akan menjadi anakku.!" Potong Dion cepat.
Air mata Celina langsung tumpah, ada perasaan hari sekaligus bersyukur karna didekatkan dengan laki - laki sebaik Dion.
"Kenapa menangis lagi.?" Dion mengusap air mata Celina dengan perlahan.
Celina mamandang lekat wajah Dion. Sedikitpun tidak ada keraguan dari sorot mata Dion untuk mau menerima anak Vano sebagai anaknya.
Celina berfikir jika sekarang dia tetap menolak Dion, mungkin dia tidak akan pernah lagi menemukan laki - laki seperti Dion yang mau menerima anaknya dengan tulus. Lalu bagaimana bisa dia bisa menyia - nyiakan kesempatan yang tidak akan datang 2 kali.
Anak yang ada di dalam kandungannya juga membutuhkan sosok seorang ayah, dan nama baik keluarganya harus di jaga.
"Terima kasih sudah mau menerimanya,," Ucap Celina tulus. Mungkin ungkapan terima kasih tidak akan cukup untuk membalas kebaikan Dion padanya, tapi Celina berjanji pada dirinya sendiri akan mencintai Dion sepenuhnya meski butuh waktu.
"Sekarang jangan pikirkan apapun, fokus pada kesembuhan kamu."
"Aku tidak akan bilang kalau kamu hamil, mereka tidak akan percaya kalau aku melakukan itu padamu." Jelas Dion, karna orang tua Celina sudah memberikan peringatan pada Dion, jika Dion berani menghamili Celina sebelum menikah, maka sedikitpun Dion tidak akan diberi kesempatan untuk melihat Celina dan anaknya.
Celina mengangguk patuh.
"Aku lapar kak,," Ujarnya dengan pandangan yang tertunduk karna malu. Dion tersenyum tipis, tangannya menyentuh sekilas kepala Celina.
"Tunggu disini, aku akan memintanya pada perawat." Dion bergegas keluar dari ruangan. Celina tersenyum haru menatap kepergian Dion.
...****...
Makasih banyak votenya 😍😍
menginginkan yang lebih baik tapi sendirinya buruk . ngaca wooy 🙄
lagian celina kan kelakuannya doang yg buruk . hatinya mah melooooow 😂
Vano VS celine(rusak)