Novel ini dalam revisi!
Cinta dalam perjodohan seorang dosen bernama Darren Nicholas dan mahasiswanya Kanaya Syabila.
Dosen muda dengan sejuta pesona tapi terkenal galak dan pelit nilai, menjunjung tinggi disiplin. Dipertemukan dengan Kanaya mahasiswanya yang cerewet, nyablak, seru, gaje. Dan disatukan dalam sebuah pernikahan dengan konflik cinta segitiga yang rumit. Akankah mereka bertahan dengan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia... Menyebalkan
Setelah puas berbelanja aneka macam barang keperluan mandi, sembako dan macam-macam sayuran, daging, telur, ayam, lengkap dengan bumbu dapur serta ***** Bengeknya karena memang di rumah tidak ada sama sekali setok, mereka mampir ke food court demi mengisi perut yang sedari tadi protes minta di isi.
Sementara Darren nampak kerepotan membawa beberapa barang belanja menuju parkiran guna memasukan barang belanjaanya ke dalam mobil. Namun aku dan mama Alin tak peduli tanpa inisiatif membantunya berjalan menjauh dan membelokkan diri di food court sekitaran mall baru beberapa menit akhirnya Darren datang menyusul di saat pesanannya datang kemejanya.
Setelah acara bersantap ria selesai akhirnya di tutup dengan lambaian tangan bu Alin yang masuk ke rumahnya setelah kami mengantar.
"Nggak masuk dulu nak, mumpung masih sore ini?"
Naya hendak menjawab karena sejatinya memang hati dan raganya masih menginginkan singgah sebentar dari pada harus pulang ke rumah yang hanya berdua dengan Darren apalagi setelah kejadian tadi siang membuatnya binal. Namun urung mulut yang sudah hampir terbuka dengan kaku tertutup kembali demi mendengar suara orang yang paling menyebalkan saat ini.
"Langsung aja ma, cape! lagian Naya musti belajar untuk PAS besok." Ujarnya cepat yang langsung mendapat respon senang bu Alin karena di nyana sangat perhatian terhadap dirinya.
"Oh ya, bagus itu. Jangan terlalu di forsir kasih lah bocoran kisi-kisi soalnya." Seloroh Mama Alin seraya mengerlingkan matanya.
"Wah... wah... nepotisme dong ma. Pelanggaran, entar dia jadi malas belajar ini aja sistemnya SKS."
Ia mencebik sebelum akhirnya mama Alin yang bersuara kembali.
"Ya udah sana pulang, Hati-hati di jalan."
Darren langsung mengemudikan kembali mobilnya ke luar pagar dan mulai membelah jalan raya. Namun selama perjalanan tidak ada yang bicara, mereka sama-sama memilih diam sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Sebelum akhirnya Naya memutuskan mengambil ponselnya dari dalam sling bag guna melihat beberapa pesan yang sedari tadi belum di baca. Mulai dari grup di kelasnya sampai teman-teman gesreknya.
Grup GESREK
Alex: Kok sepi
Vivi:Lagi pada belajar woi...
Alex: Kamu nggak belajar beb
Vivi: Beb bebek....
Alex: Ini pada kemana sih, serius nanya? kok cuma kita doang yang muncul.
Vivi:Emoticon kabur
Seakan urung mengetikan jarinya demi melihat seseorang yang berharap muncul tidak menampakkan dirinya. Sedangkan jelas-jelas sedang online. Membuat ia buru-buru menyimpan ponselnya kembali, namun urung demi melihat pesan terakhir dari seseorang yang dinanti-nanti.
Riko: Belajar belajar
Naya sempat mengulas senyum dan baru saja akan mengirim balasan sebelum akhirnya suara bass menghentikan jarinya.
"Chat dengan siapa? kok senyum-senyum sendiri."
"Mau menambah hukuman lagi." Imbuhnya cepat depan tatapan menghunus ke depan. Sehingga membuat aku buru buru menyimpan ponselnya ke dalam tas.
Setelah sampai rumah dan mobil terparkir sempurna Darren dan Naya menurunkan barang-barang belanjaan nya dan membawa masuk.
Naya sempat membereskan botol kecap, saos dan aneka macam minuman yang Menggelinding karena kapasitas di tangannya penuh sehingga salah satu kresek merosot kebawah.
"Perlu di bantu?" Tawarnya sungguh-sungguh kemudian ikut membantu mengemas barang sesuai dengan tempatnya.
"Selesai akhirnya." Tukasnya lega seraya meregangkan otot-otot meliukan badan dan tangan ke samping kiri dan kanan.
Sebelum akhirnya menuju ke kamar dengan langkah malas menaiki tangga.
"Jalannya kaya semut." Darren mencibir seraya berlari mendahului melewati dirinya.
"Terserah." Jawabnya malas dan tak mau terpancing emosi.
Begitu sampai di kamar rasanya ingin segera membenamkan kan diri di pulau kapuk, langsung melemparkan diri di kasur berukuran besar itu.
"Hmmm, capeknya." Dengan mata terpejam demi menghirup udara yang masuk ke rongga hidungnya sangat segar dan wangi menguar di saringan hidungnya.
Tes
Terasa dingin dan...
"Eits... bocor..." Naya langsung terkesiap begitu wajahnya kejatuhan setetes air yang tak lain dari ramput basah Darren yang habis kramas sengaja di kibaskan ke arah dirinya.
"Ih... nggak sopan." Cibirnya kesal lalu berjalan senormal mungkin melewati dia yang sedang terkekeh.
Naya pun langsung menuju ke kamar mandi, namun beberapa detik kembali keluar karena belum membawa handuk. Keteledoran paling memalukan sepanjang sejarah dalam hidupnya tentu saja tak boleh terulang.
Namun ia sempat tertahan di tepi ranjang demi mengantri membiarkan Darren yang tengah mengganti pakain di walk in closet.
"Ini handuknya."
Begitu ia keluar sambil mengangsurkan handuk yang masih terlipat dan wangi. Naya pun sempat terbengong sebelum akhirnya handuk tersebut di taruh di atas kepalanya.
"Jangan lupa sholat, aku mau ke masjid maghriban. Titip doa enggak?"
Naya tak sempat membalas, lebih memilih diam dan memandang punggungnya sampai ia hilang di balik pintu.
Rasa pegal dan penat karena rutinitasnya seharian ini, di tambah peristiwa tadi siang yang cukup menguras emosi membuat Naya berinisiatif berendam di bath tub barang sejenak untuk merilekskan tubuhnya. Namun entah mengapa disaat sedang asik dengan mulai merendam tubuhnya tiba-tiba fikirannya terlintas kejadian tadi siang yang membuat ia kesal sekaligus takut dengan kejadian itu.
Mengingat kembali membuat Naya bergidik ngeri bagaimana seorang Darren yang selalu terlihat perfect bisa kesetanan hanya melihat Riko meraih tanganku.
"Ah Riko... hanya dengan menyebut namanya saja membuat hatinya berdesir. Tapi sampai kapan terus begini toh lambat laun dia pasti akan menjauh begitu mengetahui statusku."
"Mungkin jalan kita memang berbeda, kita di takdirkan saling mencinta tapi tidak memiliki."
Setelah di rasa cukup dengan acara berendamnya yang malah membuat hati melo, Naya segera membilas tubuhnya dan berganti baju lalu melaksanakan sholat maghrib yang hampir tertinggal, sebelum akhirnya kembali ke ranjang dengan beberapa lembar print foto copy di tangannya yang siap di baca. Setelah di rasa cukup menguasai materi untuk besok perlahan matanya mulai terlelap dengan sendirinya.
Sayup-sayup telinganya masih mendengar ketika pintu kamar di buka dan langkah kaki yang semakin mendekat mengambil kertas foto copyan dari genggamanku di susul rasa hangat yang menjalar seluruh tubuh karena selimut yang bergerak pelan namun pasti menyentuh kulitku.
***
Darren
Ia kembali ke rumah selepas isya, begitu masuk ke rumah niatnya pingin langsung ke kamar menyapa seseorang di dalam sana yang kebetulan pintu kamarnya tidak tertutup rapat sehingga menyisakan sedikit celah. Tapi langkahnya sempat terhenti begitu hendak masuk menangkap bayangan Kanaya yang tengah sibuk menekuri beberapa kertas di hadapannya.
"Lagi belajar dia." Seulas senyum menyungging di bibirku demi melihat ekspresi wajah Naya dengan mulut komat kamit seperti sedang menghafal sesuatu.
Darren pun mengurungkan niatnya masuk dari pada nanti membuyarkan konsentrasi gadis itu dan memilih pergi ke ruang sebelah ruang kerja yang ia habiskan untuk membaca buku sejenak dan beralih ke laptopnya guna mengecek pekerjaan di kantor Papa.
Tak terasa tiga jam sudah berkutat di depan komputer membuat ia segera sadar harus mengakhiri sesi malam ini dan memilih istirahat. Begitu masuk ke kamar Naya sudah terlelap dengan setengah duduk dan masih menggenggam kertas, tentu saja membuat Darren merapikan buku dan kertas yang berserak di dekatnya dan memposisikan tidur Kanaya nyaman.