* Alexandro Hutomo dan Alexandra Narnia *
Kehilangan dokumen membuat Xandra terjebak harus menjadi pembantu di rumah pemilik perusahaan dimana seharusnya ia bekerja.
Susah membuat orang percaya saat kita tak memiliki bukti ~ Xandra.
Penawaran tidak pernah datang dua kali, jika tidak silahkan tinggalkan tempat ini, jika ia mari kita pulang~ Alex.
Kita tidak tahu kemalangan apa yang akan menimpa kita, jika keberuntungan selalu ada dipihak kita~Xandra.
Mari kita lihat siapa pemenangnya~ Alex.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Alex part 2
2 hari kemudian
" Saya mau pulang." kalimat pertama yang diucapkan Xandra setelah kejadian yang membawanya ke rumah sakit ini.
" Saya tanya dulu ke dokter." Alex beranjak akan keluar, namun ucapan Xandra menghentikan langkahnya.
" Saya ingin pulang ke rumah bapak saya."
Alex berbalik mendekat ke Xandra yang kini tengah duduk dengan pandangan menerawang, namun masih ada jarak diantara
mereka. Itu yang Xandra minta. Mengingat itu Alex mundur beberapa langkah.
" Iya, jika keadaanmu sudah lebih baik." ucap Alex.
" Saya akan lebih baik jika pulang dan jauh dari anda." ucapan Xandra membuat dada Alex terasa sesak. Ia sadar jika dirinya yang sudah membuat Xandra seperti ini. Namun ia masih berusaha untuk tetap tenang.
" Saya tahu. Tapi tunggu benar-benar pulih jika pulang. Pikirkan bagaimana babe jika kamu pulang dalam keadaan seperti ini."
" Jangan panggil bapak saya dengan sebutan itu." nada bicara Xandra seperti tak rela jika Alex menyebut ayahnya sama seperti dirinya. Kebencian karena perlakuan Alex membuat niatnya untuk membuka hati, kini malah tertutup rapat.
" Maaf."
" Tapi tolong pertimbangkan bagaimana reaksi ayahmu jika kamu pulang dalam keadaan seperti ini, beliau pasti kawatir." Alex masih berusaha meluluhkan. Namun Xandra tetap kekeh ingin kembali.
" Beri alasan yang tepat, mengapa saya harus berada disini?"
Ucapan Xandra membuat Alex terkejut, ia tak mengerti apa maksudnya.
" Maksudmu apa?" Ia meminta penjelasan pertanyaan yang diajukan Xandra.
" Lalu jika saya bertanya, mengapa anda mencium saya, apa anda juga masih bertanya apa maksud saya?" Xandra membalik pertanyaan Alex.
" Maaf, saya hanya terbawa perasaan."
Penjelasan Alex membuat Xandra benar-benar merasa direndahkan, hatinya pedih, kecewa juga.
" Jika begitu, tidak ada alasan yang bisa menahanku tetap berada disini." Xandra beranjak dari tempat tidurnya, setelah melepas jarum infus dari tangannya.
Alex bingung dengan maksud ucapan Xandra.
Ia bermaksud mencegah Xandra untuk tidak pergi dari sana.
" Berhenti di sana."
Langkah Alex terhenti seketika. Ia tak ingin membuat Xandra semakin membencinya.
" Tolong pikirkan sekali lagi. Tinggalah sebentar lagi. Sembuhkan dulu luka ditanganmu agar ayahmu tak cemas melihatnya." bujuk Alex.
" Anda benar, luka ini bisa sembuh, tapi luka di dalam sini bagaimana?" telunjuk Xandra mengarah ke dadanya, itu cukup membuat Alex sadar bahwa Xandra sakit hati dengan perlakuannya.
" Maaf." Sekali lagi hanya kata maaf yang bisa terucap. Bibirnya terasa kelu menghadapi tatapan tajam Xandra, ia melihat dengan jelas rasa sakit di sana.
Seharusnya ia bisa membuat Xandra nyaman berada di dekatnya, namun kesalahannya malah membuat Xandra menjauh. Bahkan satu ruanganpun masih berjarak.
Xandra sudah memutuskan pergi dari sana, keluar dari ruang sesak itu. Ia melewati begitu saja Alex yang masih terpaku ditempatnya.
Namun saat akan mencapai ambang pintu langkahnya terhenti.
" Terima kasih untuk semua yang anda berikan. Maaf jika saya masih belum sempurna. Saya rasa cukup bagi saya untuk mengenal siapa anda, dan mengatakan pada orang tua saya untuk menghentikan ini."
Alex berbalik, ia tak peduli jika harus menjaga jarak dengan Xandra. Ia melangkah mendekat dimana saat ini Xandra berdiri. Ucapan Xandra barusan cukup membuatnya mengerti .
" Kau mengetahuinya? Kau tentang keinginan orang tua kita?." Alex berusaha menahan nada bicaranya agar tetap tenang, namun menuntut.
" Jawab." tegas Alex.
" Ya"
Satu jawaban dirasa sudah cukup bagi Alex.
" Bagus....." ucap Alex sinis. Ia masih tidak mengira jika ia masuk dalam permainan yang dibuat Xandra.
" Setelah kamu tahu lalu kamu datang padaku seolah-olah kamu tidak tahu apa-apa, dan setelah itu kamu pergi, apa maumu?" tanya Alex kemudian.
" Aku hanya ingin tahu, apakah kau juga bisa menerima kemauan mereka." ucap Xandra.
" Lalu setelah tahu, sekarang kamu mau apa dariku?" tantang Alex.
" Bahkan kamu tahu semua yang aku lakukan demi menerima semua ini. Kau tahu apa yang
sudah aku korbankan untuk itu, dan kau tahu apa yang aku rasakan terhadapmu. Lalu kenapa setelah kau tahu semuanya kau akan pergi? kau anggap apa semua ini Xandra?" Alex mengusap wajahnya, ia benar-benar tidak mengerti pola pikir dari wanita yang orang tuanya pilihkan dihadapannya ini.
" Aku akan katakan alasan saya menahanmu tetap disini jika itu maumu. Walaupun kau sudah tahu dengan pasti, dengarkan baik-baik ucapan saya, setelahnya silahkan jika kamu memang ingin pergi dari saya."
Alex memegang pundak Xandra untuk menghadapnya dan mengangkat dagu Xandra dengan tetap menahannya agar tatapan mata mereka bertemu.
" Aku mencintaimu." tulus ucapan Alex keluar dari bibirnya.
" Tetap disini bersamaku." pinta Alex.
Xandra tak menjawab apapun ucapan Alex. Membuat Alex merasa bahwa semua ucapannya tak berarti.
" Sulit awalnya bagiku menerima ini. Begitu pula dirimu. Tapi cobalah untuk berpikir seperti yang kupikirkan. Aku tahu kamu berat jika harus melepas Charles. Begitupun aku, aku seperti penghianat untuk sahabatku sendiri." Alex memberi jeda kalimatnya, " Kita mulai dari awal." pintanya kemudian.
Bukan Xandra jika mudah luluh, di butuh untuk berpikir, butuh waktu untuk tidak bertindak gegabah, ini menyangkut hidup dan matinya.
" Beri aku waktu." ucap Xandra kemudian.
" Sampai kapan?" tanya Alex " apa selama ini belum cukup waktu untukmu mengenalku? apa aku masih belum layak untukmu?"
" Bukan, hanya saja aku merasa ini seperti mimpi. Beri aku waktu untuk benar-benar sadar dengan semua ini."
" Ya.... Aku akan memberi waktu, tapi jangan lama-lama. Aku tak bisa membayangkan jika harus jauh lagi darimu."
Xandra tersenyum, tapi niatnya tetap bulat untuk tetap pergi dari sana.
" Sekarang biarkan aku pergi, kau juga butuh waktu untuk yakin dengan perasaanmu disaat aku tidak ada disisimu. Siapa tahu kau juga berubah pikiran." ucap Xandra, melepas tangan Alex dari pundaknya dan berlalu dari sana meninggalkan Alex sendiri.
Jika tak yakin dengan perasaanmu, tanyakan pada hatimu. Dia akan menunjukkan kebenarannya, karena hatimu tidak akan menyesatkanmu ~ Alex~