Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?
silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28.
Setibanya di mansion, Liam tidak langsung kembali ke ruang kerjanya.
Pria itu justru melepas kemejanya dan mengganti celana renang pendek, lalu menceburkan diri ke kolam renang yang airnya tampak berkilau tertimpa matahari sore.
Saat tadi keduanya sampai mansion, Liam menarik tangan Luna dan membawanya kesini.
"Luna.. duduk di sana. jangan pergi sebelum aku selesai," perintah Liam sambil menunjuk kursi santai di pinggir kolam.
Luna menghentakkan kakinya kesal, namun tetap duduk. Ia memperhatikan punggung lebar Liam yang membelah air dengan gerakan yang sangat atletis.
'Lihatlah dia, pamer otot seolah dia pria paling tampan sedunia. dasar narsis! kenapa juga aku harus menontonnya berenang? memangnya dia lumba-lumba sirkus? tapi... harus kuakui, punggungnya memang... ah, tidak! Luna sadarlah! dia tetap saja pria aneh yang menyebalkan!' Batin Luna.
'Dia mengataiku dalam diam, aku tahu itu dari wajahnya yang ditekuk. dasar kelinci kecil yang keras kepala. dia pikir dia tidak cantik saat sedang marah begitu? aku sengaja menyuruhnya di sini agar dia tahu siapa pemiliknya. lihat bagaimana dia memperhatikanku... dia mulai terpesona, bukan? manis sekali.' Batin Liam.
Setelah beberapa putaran, Liam menepi tepat di depan tempat Luna duduk. Ia menyugar rambutnya yang basah ke belakang, meneteskan air yang mengalir melewati dada bidangnya.
"Kenapa? kau tampak sangat haus melihatku," goda Liam dengan seringai tipis.
'Haus? aku justru ingin menenggelamkanmu Tuan!'
"Masa sih!" balas Luna ketus, meski wajahnya mulai memanas.
Liam mengulurkan tangannya yang basah. "Kemarilah.. airnya sangat segar. kau butuh mendinginkan otakmu yang penuh rencana itu."
"Tidak mau Tuan! aku tidak bawa baju ganti"Belum sempat Luna menyelesaikan kalimatnya. tangan kekar Liam sudah menyambar pergelangan tangannya.
Dengan satu tarikan kuat, Luna tertarik jatuh ke dalam kolam.
BYURRR!
Luna muncul ke permukaan sambil terbatuk-batuk, pakaiannya kini melekat sempurna di tubuhnya karena basah kuyup.
"Tuan Liam! kau gila! bajuku basah semua!"
Liam tertawa pendek, suara tawa yang jarang sekali didengar. lalu ia menarik pinggang Luna agar mendekat padanya di tengah kolam yang cukup dalam.
Luna terpaksa mengalungkan tangannya ke leher Liam agar tidak tenggelam.
Karena memang wanita itu sama sekali tidak ada bakat berenang, membuatnya kesulitan.
"Di dalam air kau tidak bisa lari dariku Luna," bisik Liam.
Tiba-tiba Luna merasakan sesuatu yang keras dan panas menyentuh paha bagian dalamnya di bawah permukaan air.
Ia terbelalak, menyadari bahwa pria itu sedang bereaksi karena kedekatan mereka.
Liam dengan sengaja menempelkan bagian pribadinya itu ke paha Luna, memberikan sensasi aneh yang membuat bulu kuduk Luna meremang seketika.
"Tuan... kau sedang menggesekkan sesuatu yang sangat aneh.. apa itu?" suara Luna mencicit, tubuhnya mendadak lemas.
'Astaga Luna.. apa yang kau tanyakan? kau ini tidak sepolos itu, bibirku ini minta diberi pelajaran.'
"Hanya memberitahumu bahwa tubuhku tidak bisa berbohong sesering mulutmu," gumam Liam.
Ia memajukan wajahnya, mengunci tatapan Luna yang tampak ketakutan sekaligus terbuai dengan kenekatannya.
"Kau merasakannya kan?"
Luna ingin menjauh, namun kakinya terasa lemas di dalam air. di bawah sana sentuhan itu semakin nyata, membakar kesadaran Luna bahwa keadaan mereka kini sudah masuk ke zona yang sangat berbahaya.
Wajah Luna kini sudah semerah kepiting rebus. Ia bisa merasakan seringai kemenangan di wajah Liam saat pria itu sengaja menggesekkan miliknya yang menegang ke paha Luna dengan gerakan lambat di bawah air. sensasi panas yang kontras dengan dinginnya air kolam membuat saraf Luna seolah korsleting.
"Tuan! hentikan... ini... ini tidak sopan!" rintih Luna berusaha mendorong dada bidang Liam yang sekeras batu.
Liam justru semakin merapatkan tubuh mereka, tangan besarnya turun dan meremas pinggul Luna. memastikan gadis itu tidak bisa menciptakan jarak satu inci pun.
Mata Luna serentak melotot tajam merasakan pinggulnya di sentuh seenak jidat.
"Kenapa? bukankah kau pernah menyebutku monster? monster tidak mengenal sopan santun sayang."
'Sialan! pria mesum ini benar-benar tidak punya urat malu! dia sengaja melakukannya, aku tahu itu! dengan wajah sok gantengnya itu, rasanya aku ingin menghantam hidung bangirnya sampai patah! kenapa juga tubuhku malah terasa lemas begini? ayolah Luna.. jangan kalah oleh rudal pria sialan ini! dia hanya ingin menggodamu, jangan beri dia kemenangan! dasar monster hormon berlebih!' Umpat Luna kasar.
Liam yang seolah bisa membaca pikiran Luna, tiba-tiba sedikit mengangkat tubuh Luna di dalam air sehingga posisi mereka kini semakin intim.
Ia sengaja mengembuskan napas hangat di leher Luna yang basah.
"Kau sangat tegang Luna. apa jantungmu selalu berdetak sekencang ini saat aku menyentuhmu?" bisik Liam penuh kemenangan.
Luna menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Ia benar-benar ingin meninju wajah Liam, namun tangannya justru tidak sengaja meremas bahu Liam karena berusaha tetap mengapung.
"Aku... aku hanya kedinginan Tuan! lepaskan aku mau naik! eh maksudnya, bawa aku ke tepian Tuan. aku tidak bisa berenang," seru Luna. suaranya sedikit melengking karena Liam baru saja dengan iseng memberikan tekanan ekstra di pahanya.
"Kedinginan?" Liam terkekeh rendah, suara yang sangat maskulin itu bergetar di dada yang menempel pada tubuh Luna.
"Aneh sekali. padahal bagian tubuhku yang menyentuh pahamu ini justru merasa kau sangat... panas."
Luna memejamkan mata, mengumpat habis-habisan di dalam kepalanya. Ia merasa dipermainkan seperti tikus kecil di tangan kucing raksasa yang lapar. namun di balik kemarahannya, ada sebuah pengakuan terlarang di lubuk hatinya sentuhan pria ini meski sangat nakal dan mendominasi. memberikan percikan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
'Jadi begini rasanya berdekatan dengan pria dewasa? aku dan Dion tidak pernah melakukannya.'
Lebih tepatnya Luna yang tidak ingin disentuh setiap Dion mencoba membujuknya melakukan hal-hal terlarang.
Melihat Luna yang sudah benar-benar kehilangan kata-kata dan hanya bisa memelototinya dengan wajah merah padam, Liam memutuskan untuk mengakhiri permainan di kolam itu.
Namun bukan dengan cara yang biasa.
tanpa peringatan, Liam menyelipkan lengannya di bawah lutut dan punggung Luna.
Dengan satu gerakan kuat, ia mengangkat Luna dalam posisi bridal style keluar dari air.
"Tuan Liam! turunkan aku! aku bisa jalan sendiri!" teriak Luna sambil meronta kecil saking kagetnya. air menetes deras dari pakaian mereka, membasahi lantai marmer di pinggir kolam.
"Lantai ini licin Luna. kalau kau jatuh dan kepalamu terbentur, aku harus repot-repot mencari istri baru yang sama menggemaskannya denganmu dan itu sulit," ucap Liam santai sambil mengabaikan protes Luna.
Liam melangkah tegap melewati lorong mansion yang megah. para maid yang berpapasan dengan mereka segera menunduk dalam, tak berani menatap pemandangan majikan mereka yang basah kuyup sambil menggendong paksa sang nyonya.
Diam-diam Luna mengintip wajah Liam dan sedikit menyadari kalau ternyata pria itu cukup tampan.
Liam menendang pintu kamar mereka hingga terbuka, lalu menutupnya kembali dengan tumit kakinya.
Suasana kamar yang tenang seketika berubah menjadi panas karena kehadiran mereka yang berantakan.
Ia tidak menurunkan Luna di lantai, melainkan langsung mendudukkannya di atas meja ruang ganti yang besar.
Luna terkesiap saat bokongnya menyentuh permukaan meja yang dingin, sementara tubuh Liam yang basah tetap berdiri tegak di antara kedua kakinya.
"Kau basah kuyup Luna. kau bisa sakit," bisik Liam pelan.
Tangannya mulai bergerak ke kancing paling atas pakaian Luna yang melekat di kulit.
"Aku bisa mengganti bajuku sendiri, Tuan Liam sekarang keluar!" ucap Luna dengan suara gemetar, tangannya menahan tangan Liam yang besar.
Liam justru mendekatkan wajahnya, memangkas jarak hingga ujung hidung mereka bersentuhan.
"Kau masih belum mengerti juga? di mansion ini aku adalah pemberi perintah dan kau adalah satu-satunya orang yang punya hak istimewa untuk aku layani. jadi diamlah dan biarkan suamimu ini membantumu." Ucap pria itu dengan entengnya.
Luna menelan ludah. Ia ingin sekali menghantam wajah Liam dengan botol parfum di sampingnya, tetapi tatapan Tuan Liam saat ini begitu dalam dan penuh damba. membuatnya seolah terhipnotis untuk tetap diam di tempatnya.
Bersambung...