NovelToon NovelToon
Istri Paksa Tuan Arka

Istri Paksa Tuan Arka

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Terlarang
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Alya, gadis kelas 12 yang hidup sederhana, terkejut saat mengetahui ayahnya terlilit hutang besar pada Arka Darendra — CEO muda paling berpengaruh di kota itu.

Saat debt collector hampir menyeret ayahnya ke polisi, Arka datang dengan satu kalimat dingin:

“Aku lunasi semuanya. Dengan satu syarat. Putrimu menjadi istriku.”

Alya menolak, menangis, berteriak—tapi ayahnya memaksa demi keselamatan mereka.

Alya akhirnya menikah secara diam-diam, tanpa pesta, tanpa cinta.
Arka menganggapnya “milik” sekaligus “pembayaran”.

Di sekolah, Alya menyembunyikan status istri CEO dari teman-temannya.
Di rumah, Arka perlahan menunjukkan sisi lain: posesif, protektif, dan… berbahaya.

Mereka tinggal seatap, tidur sekamar, dan gairah perlahan muncul—walau dibangun oleh luka.

Konflik berubah ketika masa lalu Arka muncul: mantan tunangan, dunia bisnis yang penuh ancaman, dan rahasia gelap kenapa ia sangat tertarik pada Alya sejak awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Menghilangnya Alya

​Pengakuan Arka di Bab 30—bahwa obsesinya terhadap Alya berakar dari trauma kehilangan Aida—menghancurkan Alya hingga ke dasar. Arka menawarkan kebebasan dari sangkar, tetapi kebebasan itu terasa hampa jika ia masih dicintai sebagai bayangan, bukan sebagai dirinya sendiri. Dia telah memenangkan pertarungan tentang sekolah dan ponsel, tetapi dia kalah dalam pertarungan hati.

​Alya tidak bisa lagi bernapas dalam kebohongan yang manis itu. Dia harus pergi. Bukan untuk melarikan diri dari Arka, tetapi untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia eksis di luar lingkup obsesi Arka. Dia harus mencari udara, membebaskan diri dari rantai sutra yang kini terasa menjerat jiwanya.

​Keputusan itu diambil dengan air mata kering dan tekad dingin. Arka telah memberinya kebebasan untuk bergerak, tetapi ia telah berjanji bahwa Jeevan dan para pengawal akan tetap mengawasinya. Alya tahu, melarikan diri dari villa seaman Darendra adalah tindakan bunuh diri, tetapi dia harus mencobanya. Dia hanya punya waktu satu malam, sebelum izin sekolah barunya diaktifkan, dan pengawasan Arka menjadi resmi.

​Rencana Pelarian yang Sunyi

​Pukul 02.00 dini hari, Alya terbangun. Arka tidur pulas di sampingnya, memeluknya dengan erat—pelukan yang kini terasa mencekik. Alya bergerak sangat hati-hati, melepaskan diri dari pelukan Arka. Dia merasakan tangan Arka refleks mengencang, dan Alya harus berbisik, “Aku hanya mengambil minum,” sebelum Arka melepaskan cengkeramannya.

​Alya mengenakan pakaian paling sederhana yang ia miliki: celana jeans dan kaus longgar, kontras dengan semua gaun sutra yang Arka belikan. Dia mengumpulkan beberapa uang tunai yang dia temukan di dompet lama yang ditinggalkan di laci, dan yang terpenting, dia mengambil ponsel baru yang Arka berikan padanya, yang dia tahu pasti dilacak.

​Jika dia ingin mencariku, biarkan dia melacakku. Aku ingin dia tahu aku tidak lari, aku pergi, pikir Alya.

​Dia tidak pergi melalui pintu depan. Dia mengingat instruksi Jeevan tentang titik buta kamera di area laundry belakang. Alya menyelinap melalui koridor servis, mengambil jalur yang hanya digunakan oleh para pelayan. Dia harus melewati satu kamera terakhir.

​Alya menggunakan selimut tebal yang ia temukan di lemari linen untuk menutupi kepala dan wajahnya, menyerupai tumpukan laundry kotor yang dibawa oleh staf. Alya berjalan membungkuk, dengan hati-hati melewati kamera pengawas yang diposisikan di sudut dekat dapur. Itu adalah risiko gila, tetapi Arka dan stafnya terlalu fokus pada ancaman luar sehingga mereka lupa pada ancaman domestik.

​Setelah keluar dari villa, Alya harus melompati pagar pembatas di area belakang yang berbatasan dengan hutan kecil. Dia tidak membawa tas, tidak ada kenang-kenangan, hanya tubuhnya dan ponsel di saku. Saat kakinya menyentuh tanah yang dingin di luar pagar, Alya merasakan kebebasan pertama yang mutlak sejak pernikahan paksa itu. Itu adalah kebebasan yang getir, karena ia tahu, ini akan menyakiti Arka lebih dari apa pun.

​Alya berlari tanpa tujuan selama hampir satu jam, mencari jalan utama. Dia harus menemukan tempat aman. Dan hanya ada satu orang yang bisa ia percayai sepenuhnya.

​Naya, Sahabat Sejati

​Alya berhasil menemukan taksi di jalan utama dan memberikan alamat seorang teman lama.

​Naya Pramesti adalah sahabat Alya sejak SMP. Naya adalah kebalikan Alya; berani, blak-blakan, dan cuek. Naya adalah satu-satunya orang yang tahu tentang hutang keluarga Alya, tetapi Arka telah membersihkan semua kontak Alya dari ponsel lamanya, sehingga Naya tidak tahu apa-apa tentang pernikahan paksa itu.

​Pukul 04.00 pagi, Alya mengetuk pintu apartemen sederhana Naya.

​Naya membuka pintu, matanya yang setengah mengantuk melebar kaget. “Alya? Kau? Ya Tuhan, dari mana saja kau? Kau menghilang seperti ditelan bumi! Aku pikir kau diculik!”

​Alya langsung memeluk Naya. Isakannya pecah. Kali ini, tangisannya bukan karena Arka, tetapi karena lega berada dalam pelukan tulus seorang sahabat.

​“Aku tidak diculik, Nay. Tapi aku… aku sudah menikah,” bisik Alya.

​Naya menarik Alya masuk, menatap pakaian Alya yang kotor dan wajahnya yang pucat. “Menikah? Kau baru 18 tahun, Alya! Siapa pria gila itu?!”

​Alya menghabiskan sisa malam itu, menceritakan semuanya: hutang, pernikahan paksa, obsesi Arka, dan yang paling menyakitkan, pengakuan Tanaya tentang Aida.

​Naya mendengarkan dengan sabar. “Dia psikopat, Alya. Tapi dia mencintaimu, dengan caranya yang sakit. Kau benar, kau harus pergi. Setidaknya sampai dia bisa membedakan mana Alya dan mana Aida.”

​Naya menyambut Alya. “Kau aman di sini. Aku akan menjagamu. Dia tidak akan pernah berpikir mencarimu di sini.”

​Arka Panik

​Fajar menyingsing di villa Darendra.

​Arka terbangun, tangannya meraba tempat tidur di sampingnya yang sudah dingin. Tempat tidur itu kosong.

​Arka langsung bangkit. Instingnya berteriak. Awalnya ia berpikir Alya ada di kamar mandi, tetapi saat ia memeriksa kamar mandi dan ruangan lain, kekhawatiran berubah menjadi kepanikan total.

​“Alya!” Arka berteriak, suaranya mengandung nada panik yang belum pernah didengar stafnya.

​Jeevan segera berlari. “Tuan Arka? Ada apa?”

​“Nyonya Alya hilang. Hilang! Periksa semua kamar! Panggil semua pengawal! Di mana dia?!” Arka menarik rambutnya sendiri, matanya liar. Wajahnya pucat pasi.

​Para pengawal segera memeriksa setiap inci villa, tetapi Alya tidak ditemukan. Mereka menemukan selimut kotor di belakang laundry, dekat pagar yang sedikit penyok.

​“Dia kabur,” bisik Jeevan, terkejut.

​Arka merasa dunianya hancur. Bukan karena rasa marah, tetapi karena ketakutan yang mutlak. Trauma itu kembali, menghantamnya dengan keras. Aku gagal lagi. Aku tidak bisa melindunginya. Aku membiarkannya pergi.

​“Cari dia! Sekarang! Semua orang! Cari di setiap sudut kota! Gunakan semua sumber daya, semua koneksi! Cek semua CCTV! Cek pelacakan ponselnya!” perintah Arka, suaranya bergetar.

​Arka berlari ke ruang kerja, menyalakan komputer dan sistem pelacakan pribadi yang ia sembunyikan. Dia melacak sinyal ponsel Alya. Sinyal itu bergerak cepat, jauh dari villa, menuju area pinggiran kota yang padat. Arka menyeringai pahit. Alya ingin dia melacaknya. Dia tidak melarikan diri untuk sembunyi, dia melarikan diri untuk menghukumnya.

​Arka tidak bisa duduk diam. Dia memerintahkan Jeevan untuk mengurus kantor dan berjanji akan menyusul, tetapi Arka tidak pernah meninggalkan villa. Dia mondar-mandir di kamarnya, sepanjang pagi, menatap peta pelacakan di layar.

​Arka Darendra, si CEO dingin dan tak terkalahkan, kini terlihat rapuh. Dia melepas jasnya, kemejanya kusut, rambutnya acak-acakan. Dia tidak makan, tidak minum.

​“Alya… kembali. Aku tidak bisa kehilanganmu,” Arka bergumam pada dirinya sendiri, rasa takut yang menggerogoti jiwanya lebih besar daripada semua kegagalan bisnis yang pernah ia hadapi.

​Dia tahu, ini adalah konsekuensi dari kebohongannya di Bab 30. Alya telah memilih kebebasan, dan Arka kini terpaksa hidup dalam ketakutan: ketakutan akan kehilangan satu-satunya orang yang membuatnya tetap waras setelah Aida.

​Arka tidak tidur semalaman. Dia hanya duduk di tepi ranjang, menatap peta pelacakan itu, menahan diri untuk tidak langsung menyerbu tempat itu, karena dia tahu, tindakan kasar hanya akan membuat Alya semakin jauh. Dia menunggu, rapuh dan hancur, untuk waktu yang tepat untuk merebut kembali istrinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!