NovelToon NovelToon
Rahim Untuk Balas Budi

Rahim Untuk Balas Budi

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Romansa
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Sea

Satu janji, satu rahim, dan sebuah pengorbanan yang tak pernah ia bayangkan.
Nayara menjadi ibu pengganti demi menyelamatkan nyawa adiknya—tapi hati dan perasaan tak bisa diatur.
Semakin bayi itu tumbuh, semakin rumit rahasia, cinta terlarang, dan utang budi yang harus dibayar.
Siapa yang benar-benar menang, ketika janji itu menuntut segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Sea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 – Doa di Bawah Langit

Angin malam merayap pelan ke teras kontrakan itu, seolah takut menyentuh kulit seseorang yang sedang rapuh. Nayara duduk di lantai semen yang dingin, lututnya ditekuk, Aru tertidur setengah dalam gendongannya. Bayi itu mengeluarkan dengusan kecil… suara paling lembut yang pernah menenangkan sekaligus mengiris hati Nayara.

Di atas sana, langit penuh awan. Bulan hanya seperempat, seperti luka lama yang tidak mau sembuh-sembuh.

Nayara menarik napas panjang, tapi tidak ada udara yang benar-benar masuk.

“Ya Allah…” bisiknya, hampir tidak terdengar. “Kalau aku boleh egois sedikit saja… tolong jagain Aruna di sana.”

Ia menatap Aru—bayinya—yang tidur dengan kelopak mata setipis kertas.

“Tolong… jagain anak ini juga. Dua-duanya. Walaupun cuma satu yang ada di pelukan aku.”

Kata-katanya patah. Tidak sempurna. Tapi itu justru membuatnya lebih jujur.

Nadim muncul di pintu, mengusap mata dengan punggung tangan. “Kak… kamu belum tidur?”

“Sebentar lagi.”

Nayara tersenyum, tapi itu senyum yang jatuh sebelum sampai ke mata.

Nadim duduk di sebelahnya, kepala bersandar ke bahu kakaknya. “Aku takut, Kak.”

Nayara memeluk Nadim, mencium rambutnya yang bau sabun murah. “Aku juga, Dim.”

“Kalau yang tadi… orang jahat?”

“Enggak usah dipikirin.”

Nayara menyembunyikan wajahnya sebentar ke bahu Nadim, seperti ia yang sedang butuh perlindungan.

Keheningan menggantung lama.

Hanya desah napas Aru dan suara malam yang terasa seperti hantu samar.

Di rumah besar itu, Rendra berdiri di balkon, memandangi langit sama yang sedang ditatap Nayara. Tapi langit yang ia lihat… tidak pernah terasa sejauh ini.

Tangannya gemetar sedikit saat memegang pagar besi. Ada sesuatu di dadanya—tidak jelas, tapi mengganggu. Seperti seseorang memanggil namanya dari tempat yang sangat jauh.

Karina muncul dari belakang.

“Masih belum tidur?” tanyanya lembut.

Rendra tidak menoleh. “Belum.”

“Mikirin Nayara lagi?” kalimat itu meluncur begitu saja, tanpa nada marah. Hanya… kejujuran dingin.

Rendra tak bergerak.

Tidak membenarkan.

Tidak membantah.

Karina berjalan mendekat, bersandar di sampingnya. “Kamu tau… sejak Aruna ada di sini… aku cuma ingin satu hal.”

“Apa?”

“Aku ingin semua tentang masa lalu kita… selesai.”

Karina menatap jauh, matanya redup. “Aku nggak punya kekuatan buat lihat lagi sesuatu yang mengingatkanku bahwa anak ini… bukan darahku.”

Rendra menelan ludah. Ada rasa pedih yang tidak ia pahami.

“Kamu harus percaya aku,” ucap Karina pelan. “Aku cuma… ingin tenang.”

Rendra mengangguk, tapi pikirannya tidak bersama anggukan itu.

Karena di benaknya, Nayara muncul lagi.

Gadis itu… dengan tatapan penuh ketakutan, tapi tetap mencoba tersenyum.

Bayangan itu tidak mau hilang.

Nayara kembali menatap langit. Ia tidak sadar air matanya jatuh. Air mata itu membasahi pipi Aru, tapi bayi itu tidak terbangun.

“Mungkin… aku memang bukan orang baik,” gumamnya.

Nadim menoleh cepat. “Kak! Jangan ngomong gitu.”

“Aku… ninggalin bayi yang lain, Dim.”

Suara Nayara seperti retakan kaca. “Aru sama Aruna, mereka berdua tidur di perut aku berbulan-bulan. Tapi… cuma satu yang boleh ikut aku.”

Nadim memegang tangan kakaknya erat. “Kakak bukan jahat. Kakak cuma… mau selamat.”

“Kamu masih kecil. Kamu nggak ngerti semuanya.”

Nadim menggigit bibir. “Aku ngerti kalau Kakak sayang sama dua-duanya.”

Nayara menutup mata. Kalimat itu menusuk lebih dalam daripada apa pun.

Ia menoleh pada Aru, menyentuh dahi bayi itu.

“Kalau kamu bisa ngomong, Ru… kamu pasti marah ya? Kenapa kita harus pergi jauh-jauh kayak orang dikejar dosa?”

Aru bergerak kecil, bibirnya seperti mencari puting. Nayara memeluknya lebih erat.

“Tapi ibu janji… apa pun yang terjadi… kamu nggak akan sendirian.”

Angin membawa doa itu ke tempat yang tak terlihat.

Di balkon rumah mewah, Rendra tiba-tiba menarik napas pendek—tidak sadar.

Karina menatapnya heran. “Ren? Kamu kenapa?”

“Aku cuma… tiba-tiba kepikiran sesuatu.”

“Pikiran apa?”

Rendra menghela napas, berat. “Tentang Nayara.”

Karina diam. Wajahnya merapuh sedikit, tapi tidak ia tunjukkan.

“Entah kenapa… aku merasa Nayara bukan pulang ke kampung,” lanjut Rendra. “Aku merasa dia… bersembunyi.”

Karina menegang. “Bersembunyi? Dari siapa?”

Rendra menggeleng. “Aku nggak tahu.”

Ia tidak tahu.

Ia benar-benar tidak tahu.

Yang ia tahu hanyalah perasaan aneh yang menguasainya. Seperti seseorang memanggil-manggil namanya lewat udara.

Atau mungkin… itu cuma hatinya sendiri.

Jam hampir lewat tengah malam.

Nayara berdiri, ingin masuk ke dalam. Tapi langkahnya terhenti saat suara notif terdengar dari ponsel Nadim.

Nadim mengangkat ponsel itu, membuka layar.

“Kak… ada pesan masuk.”

Nayara menoleh cepat. “Dari siapa?”

Nadim mengerutkan dahi. “Nggak tau. Nomornya nggak dikenal. Pesannya cuma…”

Ia menelan ludah.

“Ada hal yang harus kita bicarakan.”

Nayara merasa bumi di bawah kakinya bergerak.

Dan yang paling membuatnya panik bukan isi pesannya—

tetapi kenyataan bahwa pesan itu—

masuk ke ponsel Nadim.

Ponsel yang tidak pernah terdaftar atas nama siapa pun. Ponsel anak kelas 4 SD yang tidak punya jejak digital.

Bagaimana… bisa?

Aru tiba-tiba menangis kecil, seperti menggema rasa takut ibunya.

Nayara menatap langit sekali lagi.

“Ya Allah… lindungi kami.”

1
strawberry
Karina takut Rendra berpaling darinya karena Aru mirip Rendra, Nayara takut Aru diambil Rendra dan takut akan perasaannya. Rendra takut perasaannya jatuh hati pada Nayara dan pada Aru yg mirip dengannya.
Mommy Sea: pada takut semua mereka
total 1 replies
strawberry
Dalam rahim ibu kita...
Titiez Larasaty
ikatan batin anak kembar dan ayah
strawberry
mulai ada rasa cemburu...
Titiez Larasaty
semoga rendra gak tega ambil aru dia cm mengobati rasa penasaran selama ini kasihan nayara harus semenyakitkan seperti itukah balas budi😓😓😓
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Muhammad Fatih
Bikin nangis dan senyum sekaligus.
blue lock
Kagum banget! 😍
SakiDino🍡😚.BTS ♡
Romantisnya bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!