Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamparan Balasan
Masih seperti termenung, terkejut akan ucapan Davin yang meracau saat mabuk ini. Yumna belum bisa mencerna semuanya. Ketika Davin mendekatkan wajahnya pada Yumna, seperti sedang memperhatikan wajah Yumna. Tangannya menangkup wajah Yumna, menelusuri wajahnya itu.
"Tahu jika wajah ini yang selalu mengganggu pikiranku. Tapi kau terlalu bodoh hingga tidak peka"
Wajah Yumna memerah, di tatap begitu dekat oleh Davin seperti ini sungguh membuat jantungnya berdebar begitu kencang.
"Em, sebaiknya ayo masuk dan istirahat. Anda terlalu mabuk hingga seperti ini"
Yumna memegang tangan Davin, dia menariknya untuk kembali berdiri dengan susah payah. Hampir kewalahan, Yumna sudah hampir terjengkang karena kurang seimbang dengan berat tubuh Davin. Namun seketika tangannya di tarik oleh Davin dan jatuh dalam pelukan pria itu. Yumna mendongak dan menatap wajah Davin dari jarak yang sangat dekat.
"Kau tidak boleh melukai dirimu sendiri, aku tidak suka melihatmu terluka"
Seketika Yumna terdiam, ucapan Davin kali ini benar-benar membuat jantungnya tidak aman. Yumna menggeleng cepat untuk mengusir segala pikiran dalam kepalanya. Dia segera meraih tangan Davin dan mengenakan pada gagang pintu yang menggunakan sidik jarinya. Setelah pintu terbuka, Yumna memapah Davin untuk masuk, sudah tidak sanggup membawanya jika harus sampai ke kamarnya, apalagi Yumna juga tidak begitu berani membawa Davin ke dalam kamarnya di saat keadaan pria itu sedang mabuk. Yumna takut jika Davin akan kehilangan kendali.
"Mau bagaimana pun dia tetap seorang cassanova, mana bisa berubah" Yumna menjatuhkan tubuh Davin di sofa bed di ruang tengah. Membuka sepatu dan kaos kakinya. "Menyusahkan sekali, seandainya dia pergi sendiri dan mabuk seperti ini. Pasti akan di culik sama wanita malam"
Yumna menggeserkan kaki Davin agar bisa tidur lebih nyaman. Menatap pria itu dengan menghembuskan napas pelan. "Dia mabuk sampai seperti ini, memang apa yang sedang dia pikirkan. Sebenarnya aku cukup kasihan dengan dia yang kurang perhatian dan kasih sayang dari kecil, tapi kalau melihat sikapnya yang sepertinya, aku juga kesal"
Yumna akhirnya keluar dari Apartemen Davin, hanya membiarkan Davin tidur di sofa ruang tengah. Kembali ke Apartemen miliknya, Yumna merasa lelah dengan hari ini. Percakapannya dengan Ibu Rani, cukup membuatnya kepikiran. Memandang dengan berbeda pada Davin yang sekarang.
"Mungkin memang benar jika Pak Davin hanya kekurangan kasih sayang dan perhatian. Hingga selalu ada amarah dan kekecewaan pada keluarganya. Apalagi dia harus menerima jika ternyata dirinya mempunyai adik perempuan dari wanita lain Ayahnya.
"Sebenarnya Shafa dan Pak Davin sama-sama korban dari keegoisan dan kesalahan orang tua. Bedanya, Shafa bisa langsung menerima kenyataan, tapi kalau Pak Davin memang terlalu keras hingga sulit menerima kenyataannya"
Setelah cukup lama merenung, Yumna akhirnya pergi ke kamarnya untuk mandi dan tidur. Ucapan Davin padanya terus terngiang dalam ingatannya. 'Cincin itu untukmu, calon istriku'. Yumna hanya tidak ingin terlalu memikirkan ucapan Davin.
"Dia berbicara asal seperti itu karena sedang mabuk berat. Nanti juga setelah sadar dia akan lupa apa yang sudah dia ucapkan"
*
Kepala yang terasa berat, dan perut yang terasa mual. Davin terbangun pagi hari dengan keadaan yang kacau, dia berlari ke arah wastafel di dapur untuk muntah. Kepalanya terasa begitu pusing dan pengar. Davin mencuci wajahnya di wastafel, mencoba menghilangkan rasa pusing di kepalanya. Berjalan gontai ke arah meja dan duduk di kursi meja makan.
"Ah sial, aku terlalu banyak minum semalam sampai seperti ini" Davin memukul-mukul kepalanya yang terasa sangat berat dan pusing. "Apa Yumna yang membawaku pulang kesini?"
Seketika bayangan-bayangan semalam berputar-putar seperti kaset rusak dalam kepalanya. Lalu dia tersenyum saat mengingat apa yang dia ucapkan pada Yumna semalam.
"Ah, kenapa aku harus mabuk begitu parah semalam. Jadi aku tidak bisa melihat ekspresinya, pasti sangat menggemaskan"
Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Davin dari segala bayangan yang terjadi semalam. Davin berjalan kembali ke ruang tengah, mengambil ponselnya di atas meja. Tersenyum saat melihat siapa yang meneleponnya.
"Hallo Pak, bagaimana keadaan anda? Apa perlu saya belikan obat?"
Suara yang terdengar cukup khawatir itu, membuat Davin tersenyum tanpa henti. "Buatkan aku sup hangat saja, aku lapar dan ingin makan. Aku akan datang ke Apartemenmu setelah mandi"
"Eh..." Sudah dapat Davin bayangkan bagaimana wajah Yumna yang kebingungan atas permintaannya barusan. Membuat Davin tersenyum sendiri. "Em, baiklah Pak. Saya akan pergi beli bahan-bahannya dulu"
"Tunggu! Aku- tut..."
Davin sudah ingin mencegah Yumna pergi sendirian, tapi sambungan telepon langsung terputus karena ponselnya yang habis baterai.
"Sial, dia tidak boleh pergi sendirian. Bagaimana jika dia kenapa-napa"
Davin segera mengisi daya ponselnya dan pergi ke kamar mandi. Dia juga tidak mungkin menyusul Yumna pergi ke Swalayan dengan penampilan seperti ini. Dia mandi secepat mungkin, memakai baju dan celana santai dengan terburu-buru sampai hampir terjatuh karena memakai celana dengan terburu-buru.
"Dia pasti sudah pergi, biar aku menyusulnya saja"
Selesai bersiap, Davin segera pergi menyusul Yumna pergi belanja. Sudah pasti Yumna akan pergi belanja di Swalayan di dekat Gedung ini. Karena jika ke Supermarket mungkin akan memakan waktu cukup lama. Saat sampai di depan lift, Davin seolah baru ingat jika kunci mobilnya bahkan masih Yumna yang pegang. Dia berlari kembali ke Apartemen dan mengambil kunci lain dari sebuah laci.
Davin pergi dengan motor sport besarnya yang jarang sekali dia pakai selama ini. Sampai di depan Swalayan, dia langsung masuk dan mencari keberadan Yumna di setiap lorong rak berisi barang-barang kebutuhan.
"Di tempat sayuran pastinya, karena aku memintanya memasak"
Davin pergi ke tempat dimana sayuran dan bahan masakan lain berada. Ketika sampai disana, sebuah kejadian di depannya membuat tangannya mengepal erat. Davin menarik rambut perempuan yang baru dajs menampar Yumna dengan begitu keras. Membantingnya sampai terjatuh di atas lantai. Dia terlihat sangat terkejut melihat keberadaan Davin disini.
"Pak Davin?"
Davin sama sekali tidak menghiraukan panggilan Yumna, dia berjongkok di depan Salsa yang ketakutan saat melihatnya datang. Menyentuh pipi mulus wanita itu dengan jemarinya, tatapan yang begitu mematikan membuat Salsa seperti di ambang kematian saat ini.
"Apa hak mu menamparnya seperti itu?" Suara Davin terdengar rendah, namun penuh penekanan. Rahangnya terlihat mengeras, mata yang menyala dan wajah merah padam menunjukan kemarahan yang tidak bisa di redam lagi. "Kau hanya sampah yang tidak tahu diri, dan sekarang berani menamparnya tanpa alasan!"
"Dia yang memulai duluan, aku hanya membela diri saja"
"Membela diri?" Bertanya dengan dingin dan tatapan membunuhnya. Jemarinya masih menelusuri wajah Salsa, membuat wanita itu merinding dibuatnya. "Meski dia menganiayamu, kau tidak berhak membela diri. Meski dia memukulmu, kau tidak berhak membalas pukulannya. Bahkan jika dia membunuhmu sekalipun, kau tidak berhak melawan!"
Plak.. plak.. dua tamparan lebih keras dari Davin yang diberikan pada Salsa sebagai balasan karena sudah menampar wanitanya. Senyuman mengerikan itu membuat Salsa beringsut ketakutan.
"Pak Davin, sudah Pak"
Bersambung
ya benar tuh saran dari bara...
ngambek kan yumna... smngt ya smg yumna luluh 😁😁😁
tau kan Davin tidak di perhatikan oleh
ibu dan papa nya Yo di maklumi jangan
langsung gagal nikah lihat sayang
luar biasa' menolongmu Tampa ingat
dirinya terbuka rela menolongmu ingat
jangan menjadi merasa di sakiti atau
apalah
butuh ruang butuh penyesuaian diri
tidak seperti itu Ak ga setuju' taukah
kamu Davin begitu menyedihkan di satu
sisi itu ibunya di satu sisi ibunya menye
bahkan menghilangkan nyawa orang lain
jadi jangan seolah kamu yang tersakiti
ada sebab musababnya Jangan asal
menuduh Davin bisa bangkit Karena
kamu bisa mengambil hati nya tetapi.
jangan di hakimi,,,
apapun masa lalu nya asalkan saat ini yang dulu jahat menjadi baik yang dulu
tukang selingkuh sekarang sudah insyaf
pokonya banyak jalan menuju kebaikan
😁🥰❤️👍 ok Davin Yumna jalan kan
hidup sebaik mungkin selagi ada waktu,