Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Resign
Di dalam mobil, sesekali maira masih menoleh ke arah Jack. Dia masih belum bisa mempercayai ini. Benarkah Jack sebaik ini padanya? benarkah?
"Kenapa?" tanya Jack dengan nada suara datar ciri khasnya.
"Tuan, bukannya tuan bilang pernikahan ini hanya pernikahan kontrak, tuan hanya ingin memastikan apakah aku akan hamil atau tidak setelah malam itu. Aku pikir tuan sangat baik, tuan tidak memintaku minum obat, karena akibatnya akan buruk untuk tubuhku. Tapi kalau kita ke kantor klub itu, nanti ada yang mengenali tuan..."
"Kamu malu punya suami, aku?" tanya Jack menyela.
Mata Maira melebar, dia segera melambaikan tangannya berkali-kali di depan wajahnya sendiri.
"Bukan begitu tuan, tidak seperti itu. Tapi, kata tuan pernikahan ini pernikahan rahasia kan? tidak boleh ada yang tahu aku istri tuan. Bahkan 11 bulan lagi, bukannya kita akan bercerai..."
Cittt
Maira tersentak kaget, untungnya sabuk pengamannya sangat efisien. Dia tidak terpental sedikit pun ke arah depan meskipun Jack menginjak pedal rem secara tiba-tiba.
Wajah Jack terlihat merah padam. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, ini semua memang dia yang mengatakan hal seperti itu pada Maira. Dia mengingatkan Maira berkali-kali saat akan menandatangani surat perjanjian itu. Pernikahan mereka hanya pernikahan rahasia, karena Jack mencintai wanita lain.
"Tuan..."
"Jangan bicara lagi!" perintah Jack yang lagi-lagi membuat Maira tidak berani bicara lagi.
Mobil itu kembali melaju ke arah kantor klub. Tapi di dalam hati Maira, dia sungguh tak mengerti dengan Jack.
'Sikapnya membuat bingung. Sudahlah, kalau aku bicara. Nanti tuan marah lagi! jantungku bisa berdebar lagi, lama-lama lemah jantung kan bahaya!' ujarnya dalam hati.
Sampai di depan kantor, Maira menoleh ke arah Jack yang berjalan di belakangnya.
"Aku akan hubungi kak Mika dulu..."
"Langsung saja, dimana ruangan bosnya!" Jack menyela dan menggandeng tangan Maira dengan cepat.
Maira terkejut, dia merasa apa yang dilakukan Jack ini sungguh membuatnya canggung.
"Tuan..."
"Maira" panggil Mika yang kebetulan lewat.
"Kak Maira"
Maira dan Jack menghentikan langkah mereka. Arah pandangan Mika tertuju ke tangan Maira yang di gandeng oleh Jack.
"Dia siapa?"
"Kak Mika, apa pak Ferdy ada di ruangannya?" tanya Maira pelan.
Mika mengangguk.
"Ada, ada apa ini?" tanya Mika penasaran.
"Aku mau bertemu bos pemilik klub!" kata Jack begitu acuh dan dingin pada Mika.
"Tuan Jo..." Mika nyaris mengatakan yang sebenarnya, tapi kemudian dia menghentikan apa yang ingin dia ucapkan, "tuan masih di luar kota! aku akan antar ke ruangan pak Ferdy kalau memang ada perlu penting! mari!" kata Mika.
Ferdy yang memang mengenal Jackson Romero, segera mempersilahkan pria itu untuk duduk.
"Maira, kamu dan tuan Romero...?"
Ferdy menoleh ke arah Maira,
"Aku mau bayar semua hutang Maira di klub. Termasuk uang pinjaman yang diberikan oleh bartender itu, berikan rekeningmu, dan rekening bartender itu!"
Jack memang tak pernah berbasa-basi kalau bicara. Dia langsung pada poin utamanya. Tanpa basa-basi sama sekali.
"Begini tuan Romero, bos kami sedang berada di luar kota. Maira mendapatkan pinjaman itu karena..."
"Jadi aku harus panggil pengacara?" tanya Jack menyela.
Maira menaikkan bahunya merasa terkejut. Reaksi sama juga ditampakkan oleh Ferdy.
"Tuan Romero..."
"Aku akan panggil pengacaraku!" kata Jack mengeluarkan ponselnya.
"Baiklah, baiklah! aku akan minta seseorang mencaritahu rekening Jonathan! tunggu sebentar!" kata Ferdy yang segera meninggalkan ruangan itu.
Maira melirik ke arah Jack.
'Tuan ini, apa barusan dia menakuti pak Ferdy. Pengacara? benarkah?' batin Maira ragu.
Ferdy segera mengambil ponselnya dari sakunya. Dia bermaksud menghubungi Jonathan. Sayangnya sebelum dia bisa melakukan itu, Paul dan beberapa orang sudah berada di depannya.
"Kalian..."
"Aku Paul, asisten pribadi tuan Jackson Romero. Mau hubungi siapa? jangan mempersulit apa yang diinginkan tuan. Kamu tahu kan? Romero grup, bisa menutup klub ini kapan saja dia mau. Meski pemiliknya adalah pewaris tunggal Vernon grup!" gertak Paul.
Tapi, semua orang yang berada di bisnis ini. Akan mengetahuinya. Semua itu bukan sekedar gertakan. Jika kalian Carat, maka kalian akan paham, jika Pledis ada dalam naungan Hybe. Maka Vernon grup juga ada di bawah Romero grup. Lebih kurang seperti itu.
Keringat mulai terlihat di kening Ferdy. Ini sungguh keputusan yang tidak bisa dia buat sendiri. Tapi, bukankah ini demi klub. Dia sama sekali tidak bisa ambil resiko.
"Silahkan ikut aku ke bagian keuangan!" kata Ferdi yang pada akhirnya.
Di bagian keuangan, Paul sudah mengurus semuanya. Setelah dia menerima tanda bukti pelunasan. Paul menyimpan kertas itu di saku jasnya.
"Dan mulai saat ini. Nona Maira resign dari klub. Terimakasih untuk bantuanmu selama ini pada nona kami. Kami permisi!"
"Tunggu! resign? kenapa?" tanya Ferdy panik.
Dia tentu saja tahu, kalau Maira adalah seseorang yang sangat dijaga oleh Jonathan. Dia selalu membantu apapun kesulitan Maira. Tidak mungkin Jonathan akan senang kalau Maira resign.
"Nona kami, akan fokus kuliah. Sudah tahun akhir!" kata Paul yang segera meninggalkan tempat itu.
Ferdy terlihat khawatir, dia bingung bagaimana menjelaskannya nanti pada Jonathan. Tapi kemudian matanya melebar, dia sepertinya menyadari sesuatu.
"Sejak tadi tuan Paul memanggil Maira, nona kami? nona kami? sebenarnya apa hubungan Maira dengan tuan Paul dan tuan Romero?" gumamnya bingung.
***
Bersambung...
kalau bisa double up lagi thor 🤭maaf ngelunjak thor😁😁😁😁
💪💪💪💪💪💪💪