Tiiiiiiiin...
BRAK..
kecelakaan tidak bisa terhindar.
gadis kecil itu mengeratkan pelukannya.
airmata mengucur deras tanpa henti, hatinya merasa sakit dan takut secara bersamaan, melihat keluarganya tidak sadarkan diri.
Qiara berteriak namun hanya bisikan yang keluar.
'Tolong.. ayah, bunda, kakak bangun, buka mata kalian, jangan tinggalin Qia.
Qia janji gak nakal, Qia janji gak cengeng, Qia janji gak rewel, Qia janji akan nurut, Qia janji akan jadi anak baik, Qia janji akan jadi anak yang pintar seperti kata kak Al yang selalu manjain Qia tolong usap lagi kepala Qia, tapi Qia mohon bangun.. bangun..'.
"Ini makam Ayah, Bunda dan kakak kamu".
mereka membawa Qiara melihat makam keluarga nya.
'kalian, benar-benar meninggalkanku sendiri'.
keluarga bahagia yang selama ini ia miliki, kini telah pergi, Qiara hidup seorang diri.
"Aris" pemilik hati juga sebagian hidup Qiara.
namun bagaimana dengan Aris sendiri, apakah sama.
sad/romansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @d.midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Viola
Mereka semua menatap Qiara.
"aku tau orangnya, yang nyebarin lo dirawat kalian gak perlu khawatir, aku bakal cari tau".
Aris mengusap kepala Qiara.
"gak usah biarin aja, lagian kita gak bakal biarin SMA kita di hajar mereka". kata Atala.
"thanks kalian udah bantu tadi". max merasa berterima kasih, jika bukan karena mereka ia pasti sudah kembali ke rumah sakit.
"santai aja, lagian SMA emang milik Lo tapi isinya bukan cuma milik Lo sendiri". Tambah Atala di angguki Mereka.
"berhenti main-main, serius belajar, mau sampai kapan Lo berontak, lagian Lo sadar kan kakek Lo malah biarin aja". Tambah Radit.
Qiara hanya jadi pendengar sedikit banyak paham dengan pembicaraan mereka.
'Intinya Maxim benar cucu dari pemilik sekolah meski yang lain menganggap hanya rumor'.
'max juga sepertinya sedang ada problem dengan kakeknya, membuatnya berprilaku memberontak akan aturan sekolah, terkesan brandal dan sesuka hati'. tapi bagi Qiara semua orang memiliki alasan dengan apa yang mereka lakukan.
sama seperti dirinya.
"udah sore kita pulang duluan, cepet sembuh" Aris membawa Qiara pulang.
"kenapa, biar bisa duel lagi". Tanya max sambil terkekeh.
"boleh juga". Aris malah meng ia kan.
"ok kapan-kapan kita latian bareng, mantap juga tendangan Lo, pukulan Lo juga tepat sasaran banget". Puji max.
"inget tepati janji lo, kita pulang duluan". Max hanya mengangguk.
"kita juga pamit pulang".
Setelah perbicangan selesai mereka memutuskan untuk kembali ke tempat masing-masing.
Sebelum menaiki taxi yang Aris pesan ia melihat belakang.
"nah kayak gini kan cakep, gak usah pake kacamata". Fajar yang mendapat petuah dari Qiara hanya tersenyum.
"masuk" titah Aris yang sudah membukakan pintu mobil untuk Qiara.
'sial, kenapa lagi-lagi ada lalat sih'.
Padahal sedari tadi Aris sudah menahan diri tidak menghajar orang-orang yang terus memperhatikan Qiara yang membuat hatinya panas.
Aris kembali diam sepanjang perjalanan
namun setelah sampai rumah.
"jangan terlalu dekat dengan mereka". Qiara berhenti melangkah menaiki tangga.
tentu saja mereka yang di maksud Aris anak-anak tadi kan.
"enggak ko biasa aja". Qiara mengira Aris pasti khawatir jika Qiara terlibat masalah dan bahaya karna yang susah pasti Aris.
"tenang aja aku bisa jaga diri, kamu gak usah khawatir kalaupun terjadi sesuatu aku janji bakal selesai yin sendiri". Qiara berlalu memasuki kamarnya.
'maksud ku bukan itu Qia'. Aris menggaruk kepalanya kesal sendiri.
Besoknya Qiara sudah siap dengan setelan rok selutut baju kaos pendek dan dandanan sederhana.
"sarapan sayang". Rina menaruh roti bakar di atas piring.
"makasih mama ku sayang". Qia duduk setelah mencium pipi Rina.
"sama-sama, tapi kamu keliatan cantik banget, mau jalan ke mana". Rina melahap roti bakar miliknya.
"aku ada janji sama temen, aku pergi dulu ya". Rina mengangguk.
"hati-hati di jalan sayang" pesan Adnan.
"siap laksanakan". Qiara membuat sikap hormat, lalu mencium pipi mereka berdua.
"kemana". Aris baru saja selesai lari pagi.
"ada perlu dulu diluar". Qiara melihat pak Hilmi sudah siap.
"sama siapa". Qiara melihat Aris.
"sama temen". Qiara melihat jam.
"pergi dulu ya". Qiara melambai.
"tunggu, cewek cowok". Aris memegang tangan Qiara.
"kenapa kepo ya.., kalo cewe kenapa, terus kalo cowok kenapa, cemburu yaaaa..". Goda Qiara, setengah hati serius berharap berkata ia.
"gak usah geer". Aris melepas tangan Qiara.
'hem sudahlah jangan berharap banyak padanya Qiara'
"jangan terlibat masalah". Tambah Aris serius.
"Ia.. Ia.., udah kan". Qiara menaiki mobil lalu menutup pintunya lumayan keras. 'Sebel'.
Qiara membuang nafas lalu mengusap dada.
"Jalan pak". Qiara melihat ponselnya, melihat alamat tempat ketemuan.
Setelah sampai.
Qiara melihat kafe yang lumayan luas dan terlihat nyaman. Qiara masuk kedalam.
"hai Qiara apa kabar". Viola melambai ke arah Qiara.
"baik, kakak apa kabar". Balas Qiara.
"Baik juga, mau pesen apa". Tawarnya.
setelah memesan dan makanan datang.
Mereka saling mengobrol sedikit lalu.
"Sebenarnya aku ngajak kakak Vi ketemu karna ada yang ingin aku tanyakan". Qiara meminum minumannya.
"tanya aja, kenapa".
"waktu kita ngobrol di hotel tentang max, apa kamu kasi tau yang lain". Tanya Qiara tanpa basa-basi.
"Ia waktu itu sebelum ke kamar, temenku nanya aku akrab dengan kalian, aku jawab baru kenalan, terus dia tanya kita ngobrol apa aja, aku jawab seadanya dan aku juga bilang ngomongin max juga emang kenapa". Viola terlihat was-was.
"kak Vi bilang max di rumahsakit".
Viola pun mengangguk.
"emang kenapa". Tanyanya penasaran.
"Hem, salah aku juga si gak bisa juga mulut". Qiara tidak ingin menyalahkan orang lain.
"emang kenapa, itu gak boleh ada yang tau ya". Tanya Vi lagi.
"beberapa hari setelah selesai lomba, anak sekolah kakak ngajak ketemuan dan akhirnya berkelahi". Viona menutup mulutnya dengan tangan.
"Serius terus gimana". Jujur Vi sedari pun tidak ingin itu terjadi.
"Hari itu kak max baru keluar dari rumah sakit, tapi semuanya aman". Qiara tersenyum.
Namun itu tidak membuat Viola lega, ia malah tambah khawatir.
"terus gimana keadaan max sekarang". Qiara mengangkat bahunya.
"gak tau, sejak hari itu aku belum ketemu lagi". Qiara meminum minumannya kembali.
"Hari udah sore ka, aku pulang dulu ya". Setelah berpamitan ia pun pulang.
'Sepertinya dia bukan orang jahat' biasanya tebakan Qiara tidak pernah meleset.
"Qia beneran ya kita bentar lagi ujian". Dinda melihat isi kelas, nanti mereka tidak akan tinggal di kelas ini lagi kan.
"Tidak terasa ujian kenaikan kelas tinggal sebentar lagi".
Hari ini pembagian jadwal ujian. Semua murid sedang mempersiapkan untuk ujian.
"aku ke toilet bentar, kebelet pipis".
karna malas ke toilet kelas 10 yang jaraknya lumayan jauh Qiara memilih toilet belakang yang lebih dekat, meski jarang orang lewat.
"heh anak sopir". Tidak ada lagi orang disekitar, Qiara menunjuk dirinya.
"aku". Tanya Qiara.
bukan nya kelas tiga sudah bebas ya kenapa Miranda dan teman-temannya ada di sekolah.
"emang siapa lagi yang ada di sini selain Lo". Hah Qiara sempat melupakan urusannya dengan ular satu ini. 'Miranda'.
"kenapa kak". Qiara sok polos.
Miranda mendekat menunjuk pundak Qiara dan menekannya
"Denger baik-baik, jauhi Aris".
"Emang kenapa". Ayolah Qiara sedang mud bermain sekarang.
"pake nanya lagi". Teman Miranda meremehkan.
"karna dia milik gue, ga ada yang boleh milikin dia kecuali gue". Tekan nya lagi.
"kalo gak mau gimana". Tantang Qiara. Miranda mendorong Qiara lebih keras membuatnya menabrak tembok.
"maka semua orang bakal tau kalo Lo anak sopir, sekolah bakal keluarin Lo dan Lo gak bakal bisa sekolah di manapun". Miranda menyeringai.
mau revisi malah gak mut, jadi di biarin dulu aja🙈🙈🤭