Gadis berusia dua puluh tahun harus merelakan impian pernikahannya dengan sang kekasih demi memenuhi keinginan terakhir sang ayah. Ia di jodohkan dengan bujang lapuk berusia empat puluh tahun yang hidup dalam kemiskinan.
Namun siapa sangka, setelah enam bulan pernikahan Zahira mengetahui identitas asli sang suami yang ternyata seorang milyarder.
Banyak yang menghujatnya karena menganggapnya tidak pantas bersanding dengan sang suami hingga membuatnya tertekan. Akan kah Zahira tetap mempertahankan pernikahan ini atau ia memilih untuk meninggalkan sang suami?
Dukung kisahnya di sini!
Terima kasih buat kalian yang mau suport author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RESTU KAKEK SENO
Huek huek...
Pagi ini Hira kembali mengalami mual dan muntah. Entah mengapa perutnya terasa tidak nyaman sejak ia bangun tadi. Aarav yang sedang masak di dapur langsung berlari ke kamarnya begitu mendengar suara Hira.
" Sayang kamu tidak apa apa?" Aarav menghampiri Hira.
Huek..
Aarav memijat tengkuk Hira dengan pelan. Hira membasuh mulutnya setelah merasa mendingan. Ia bersandar pada wastafel sambil mengatur nafasnya.
" Gimana? Udah mendingan? Apa kita ke rumah sakit aja? Mas khawatir sama keadaanmu sayang." Ucap Aarav khawatir.
" Nggak perlu, aku baik baik saja."
Hira hendak meninggalkan Aarav, namun tiba tiba kepalanya pusing. Tubuhnya tidak seimbang, ia terhuyung hendak jatuh.
Bruk..
" Hati hati sayang!"
Beruntung Aarav segera menopang tubuhnya hingga tidak jatuh. Posisi keduanya begitu intim. Wajah mereka nampak dekat, bahkan hanya berjarak satu centi saja.
Deg... Deg... Deg...
Jantung keduanya berdetak kencang seperti genderang mau perang. Bahkan mungkin kini keduanya bisa mendengar detakan jantung satu sama lain.
Tiba tiba tatapan Aarav tertuju pada bibir manis Hira. Ia begitu merindukan rasanya yang begitu manis dan menggoda. Tiba tiba ia menundukkan wajahnya hingga bibir itu hampir menempel. Namun sebelum itu terjadi Hira sudah mendorongnya lebih dulu.
" Lepaskan!" Hira menjauh dari Aarav.
" Maaf sayang, mas tidak bermaksud." Ucap Aarav.
" Nggak usah cari cari kesempatan buat dekat dekat sama aku mas. Aku nggak mau hanya kamu jadikan sebagai pelarian saja. Kamu membutuhkan aku kalau tidak ada wanita lain di sampingmu, kalau kamu sudah mendapatkan wanita lain kamu akan langsung melupakan aku."
Cessss...
Ucapan Hira bak belati tajam yang menusuk hati Aarav. Karena kebodohannya, kini istrinya menilai buruk padanya.
" Aku tidak meminta cerai darimu karena aku memandang kebaikan mama. Tapi untuk terlibat jauh denganmu, aku sudah tidak menginginkan lagi."
Hira berlalu begitu saja, Aarav menghembuskan kasar nafasnya.
" Maafkan aku sayang! Kesalahan yang aku lakukan benar benar melukai hatimu." Ia kembali ke dapur menyelesaikan masakannya.
Beberapa saat kemudian..
" Sayang, sarapannya udah siap." Ucap Aarav masuk ke dalam kamarnya, ia menatap Hira yang sedang bercermin di depan kaca. Sepertinya ia baru saja mandi.
" Mas yang masak?" Tanya Hira menoleh menatap Aarav.
" Iya, semoga kamu suka sama masakan mas." Sahut Aarav.
Hira menganggukkan kepala. Ia beranjak lalu menuju meja makan bersama Aarav. Ia akan mencoba masakan yang di buat oleh Aarav kali ini.
" Silahkan duduk!" Aarav menarik kursi untuk Hira.
Hira duduk tanpa menyahut ucapan Aarav.
" Mas masak ayam krispy, ayam lada hitam sama tumis capcay. Kamu mau makan apa?" Tanya Aarav menatap Hira.
Sebenarnya Hira tidak selera makan, namun demi menghargai hasil kerja keras Aarav, akhirnya ia memilih ayam lada hitam. Ia berharap perutnya tidak mual karena ada lada di dalamnya.
" Gimana sayang? Apa masakan mas enak?" Tanya Aarav menatap Hira sambil menanti jawabannya.
Hira mengunyah sepotong ayam lada hitam sambil meresapi rasanya.
" Ini enak banget, bahkan lebih enak dari masakanku. Rupanya mas Aarav pintar masak juga." Batin Hira.
" Gimana sayang?" Tanya Aarav lagi.
" Lumayan." Sahut Hira.
" Hanya itu doang? Ya Tuhan, sepertinya aku harus melebarkan kesabaran. Padahal resep masakanku ini di pakai di restorant AA kuliner dan di akui semua orang kalau rasanya sangat enak. Tapi istriku bilang cuma lumayan. Sepertinya Hira gengsi untuk mengakuinya." Batin Aarav.
Hira makan dengan lahap, Aarav tersenyum senang.
" Habis ini kita jalan jalan ya sayang."
Hira mendongak menatap Aarav.
" Kemana?" Tanyanya.
" Kamu maunya kemana? Mas akan jadi sopir kamu hari ini." Ujar Aarav.
Hira mencoba memikirkan keinginannya mau pergi kemana. Tiba tiba ia teringat satu tempat.
" Aku mau jenguk kakek Seno, apa boleh?"
Deg...
Aarav menatap Hira dengan tatapan entah.
" Mau apa kamu menjenguk laki laki tua itu?" Selidik Aarav.
" Aku sedang hamil saat ini. Setidaknya aku mau meminta restunya." Sahut Hira.
" Apa kamu tidak takut padanya? Bagaimana pun dia pernah menghinamu dan hendak menyakitimu. Apa kamu tidak menyimpan dendam padanya?" Tanya Aarav.
" Tidak. Bukan kah kalau dia mau ngapa ngapain aku harusnya kamu melindungi aku mas." Ucap Hira. " Bukan malah mendukung semua rencananya dan berbalik menyerangku dengan meninggalkan aku." Sindir Hira.
" Mas minta maaf sayang. Itu memang kebodohan mas." Ucap Aarav. " Tapi mas janji, mulai saat ini mas akan melindungi kamu. Mas tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Mas benar benar mencintaimu sayang. Mas tidak sanggup kehilangan kamu. Sekali lagi mas minta maaf." Ucap Aarav menggenggam tangan Hira.
" Ya sudah lah mas, nggak ada gunanya juga membahas hal yang sudah berlalu. Tapi untuk memaafkan, aku belum bisa. Rasanya hati ini masih sakit mas, bahkan sangat sakit." Sahut Hira menarik tangannya.
" Tidak apa sayang, di ijinkan untuk tetap di sampingmu saja mas sudah bahagia." Sahut Aarav.
" Ayo kita jenguk kakek!" Ajak Hira.
Aarav mencoba memikirkannya sebelum ia menyetujuinya.
" Baiklah ayo. Tapi kamu jangan dekat dekat dengannya, mas takut dia berbuat jahat sama kamu." Ujar Aarav.
" Oke." Sahut Hira.
Setelah selesai makan, mereka segera menuju ke pondok rutan. Sampai di sana mereka bertemu dengan tuan Seno.
Tuan Seno berdiri di depan meja Aarav dan Hira. Ia menunduk tidak berani mengangkat wajahnya.
" Kakek." Ucap Hira.
Tuan Seno mendongak menatap Hira. Matanya berkaca kaca dengan panggilan yang Hira sebutkan barusan.
" Duduk lah kakek." Ucap Hira.
Tuan Seno menatap Aarav, Aarav memutar bola matanya malas. Ia masih emosi jika melihat wajah pria tua yang ia anggap malaikat selama ini.
" Istriku memintamu duduk, maka duduklah." Ucap Aarav cuek.
" Te... Terima kasih Aarav." Ucap tuan Seno duduk di bangku depan meja Aarav.
" Gimana kabarmu kek?" Tanya Hira.
" Seperti yang kamu lihat." Sahut tuan Seno.
Untuk sesaat hanya ada keheningan. Aarav benar benar tidak mau menyapa sang kakek.
" Aku minta maaf padamu Hira. Karena sebelumnya aku sama sekali tidak menghargaimu. Itu semua karena Della memegang rahasia kejahatanku. Aku tidak mau sampai rahasia yang selama ini sudah aku pendam terbongkar di depan Aarav. Aku takut Aarav akan membenciku. Tapi sepandai pandainya aku menyimpan bangkai, pada akhirnya baunya tercium juga. Aku minta maaf Hira, pria tua ini menyesal." Ucap tuan Seno.
" Semua sudah berlalu kek. Masalahmu denganku, aku anggap sudah selesai. Kalau mengenai masalah kalian, aku tidak akan ikut campur. Bagaimana pun kesalahan kakek membuat mas Aarav terluka sekaligus kecewa. Dan rasa kecewa tidak mudah untuk di obati." Ujar Hira. Ia hanya ingin hidupnya di restui banyak orang. Bagaimanapun tuan Seno adalah sesepuh dalam keluarga Alaric. Ia membutuhkan doa restunya untuk memulai hidup baru bersama Aarav dan calon anak mereka.
" Iya, aku mengerti." Sahut tuan Seno.
" Kakek, aku datang ke sini untuk meminta restu darimu. Aku sedang mengandung calon cicitmu. Aku harap kakek mau memberkatiku dan mendoakan supaya aku dan janinku baik baik saja." Ucap Hira.
Tuan Seno menatap Hira dengan mata berkaca kaca. " Ka.. Kamu sedang hamil?"
" Iya kek." Sahut Hira.
" Kalau begitu kakek ucapkan selamat. Aku do'akan kau dan calon anakmu sehat selalu. Aku tidak menyangka hubungan kalian seharmonis ini sampai sampai aku berencana untuk memisahkan kalian berdua. Aku kira Aarav tidak mencintaimu karena kalian menikah atas dasar perjodohan. Ternyata aku salah, Aarav sangat mencintaimu Hira. Bahkan rasa cintanya kepadamu lebih besar dari rasa cintanya padaku. Maafkan aku! Berbahagialah kalian berdua, aku merestui hubungan kalian berdua." Ucap tuan Seno menitikkan air mata. Ia menyesali kesalahan yang pernah ia lakukan pada Hira.
" Terima kasih kakek, In Sha Allah kami bahagia." Ucap Hira.
Tuan Seno menatap Aarav, " Aarav. Aku minta maaf padamu. Kesalahanku memang tidak akan bisa di maafkan, tapi setidaknya aku tulus minta maaf padamu. Aku ikhlas menerima kemarahan dan kebencianmu. Sekali lagi aku minta maaf padamu. Aku do'akan semoga kalian hidup bahagia."
Setelah mengatakan itu tuan Seno segera meninggalkan mereka berdua. Aarav menatap tuan Seno dengan tatapan entah.
" Jika kamu menyayanginya, kamu bisa memaafkan dia mas. Karena hati yang tenang adalah hati yang mau memaafkan. Meskipun kamu memaafkannya, kakek juga tidak lepas dari hukuman. Cuma bedanya, hati kamu bisa merasa tenang mas." Ujar Hira seolah tahu isi hati Aarav yang sedang berperang dengan batinnya.
Aarav menatap Hira, " Kalau begitu, kamu juga harus memaafkan mas. Bukan kah mas sudah mendapat hukuman selama satu bulan ini?"
Mendadak Hira menjadi gugup. Ia merasa termakan dengan omongannya sendiri.
" Gimana? Apa kamu mau memaafkan mas?" Tanya Aarav. " Bukan kah hati yang tenang adalah hati yang mau memaafkan? Berarti kamu bisa melakukan itu kepada mas." Imbuh Aarav.
" A.. Aku sudah memaafkan mas kok."
" Benarkah?" Tanya Aarav dengan mata berbinar.
" I.. Iya. Aku cuma sedang menghukum mas saja." Sahut Hira.
Terdengar helaan nafas dari Aarav.
" Baiklah kalau begitu, mas terima semua hukuman darimu. Terima kasih sudah memaafkan mas. Mas mencintaimu." Aarav menarik tangan Hira lalu mencium punggung tangannya.
Hira tersenyum menatap Aarav. Benar, permasalahan tidak akan selesai, hubungan tidak akan membaik jika kita menuruti ego. Hira memaafkan Aarav karena ia sudah melihat ketulusan Aarav selama ini. Namun ia masih ingin mengikuti Aarav lagi ke depannya.
" Kalau begitu ayo kita pulang!" Ajak Aarav.
" Kenapa buru buru pulang bukan kah kita mau jalan jalan?" Tanya Hira.
" Mas sudah tidak sabar ingin menjenguk calon anak kita."
" Eghhhh... "
TBC...
..pintaran mak mu dr pd luu...😏😏