Kayla terkenal sebagai ratu gelud di sekolah-cewek tempramen, berani, dan udah langganan ruang BK. Axel? Ketua geng motor paling tengil sejagat raya, sok cool, tapi bolak-balik bikin ortunya dipanggil guru.
Masalahnya, Kayla dan Axel nggak pernah akur. Tiap ketemu, selalu ribut.
Sampai suatu hari... orang tua mereka-yang ternyata sahabatan-bikin keputusan gila: mereka harus menikah.
Kayla: "APA??! Gue mending tawuran sama satu sekolahan daripada nikah sama dia!!"
Axel: "Sama. Gue lebih milih mogok motor di tengah jalan daripada hidup seatap sama lo."
Tapi, pernikahan tetap berjalan.
Dan dari situlah, dimulainya perang baru-perang rumah tangga antara pengantin paling brutal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 35
"Asalamualaikum..." ucap Axel pelan, suaranya dalam sekaligus menenangkan, membuyarkan lamunan Kayla yang sejak tadi hanyut dalam pikirannya sendiri.
"Walaikumsalam... Axeeel, aku kangen kamu loh," sahut Kayla dengan suara manja, matanya berbinar penuh kerinduan.
Axel menaikkan sebelah alisnya, bibirnya melengkung nakal. "Oh ya? Tumben," jawabnya dengan nada meledek.
Kayla manyun, tangannya terlipat di dada. "Ih, Axel mah gitu. Kesel deh."
Axel terkekeh kecil, lalu menatap istrinya dengan hangat. "Aku juga kangen kamu, sayang." Suaranya kali ini lebih tulus, terdengar dari dalam hati.
Seakan tak bisa menahan diri, Kayla langsung memeluk Axel erat, bibirnya mengecup bibir suaminya dengan lembut. Axel tersenyum dalam dekapan itu, merasa seolah dunia benar-benar berhenti berputar.
"Jalan-jalan yuk, malam mingguan," ucap Axel sembari menatap mata Kayla, ada binar semangat di sana.
"Cus!" jawab Kayla singkat, tapi senyumnya merekah penuh kebahagiaan.
Malam itu mereka melangkah berdua, sederhana namun penuh arti. Mereka makan di warung pinggir jalan, suara sendok beradu dengan piring, bercampur tawa kecil mereka.
Usai makan, Axel menggandeng tangan Kayla menuju area trek balap motor. Suasana riuh oleh deru mesin motor dan sorak-sorai penonton.
"Wah, ini bos lama nggak nongol," seru David sambil terkekeh, menepuk bahu Axel.
"Sibuk gue," jawab Axel sambil ikut tertawa.
"Ciee, yang sibuk!" timpal Niko sambil ngakak.
Axel mengangkat dagunya dengan bangga. "Iya dong, harus. Udah punya tanggungan," katanya, nada suaranya terdengar bercanda.
Kayla, yang duduk di sampingnya, mencubit pelan perut Axel. "Udah, jangan banyak ngomong!" bisiknya dengan wajah merona.
"Aww, sakit sayang," Axel pura-pura meringis, lalu tangannya naik mengelus rambut Kayla dengan lembut. "Aku cuma mau semua orang tahu aku bahagia sama kamu."
Kayla menunduk, senyumnya malu-malu tapi hatinya berdegup kencang.
Cuaca semakin dingin malam itu. Axel tanpa pikir panjang meraih tubuh Kayla, memeluknya erat seakan ingin melindungi dari udara malam.
Walau jaket hangat membalut tubuh mereka, pelukan Axel jauh lebih menenangkan daripada apapun.
Larut malam mereka pulang ke apartemen. Dalam perjalanan, hanya suara mobil dan dengung AC yang terdengar, namun genggaman tangan mereka seolah bicara lebih banyak dari seribu kata.
"Besok libur, mau main ke mana?" tanya Axel sambil melirik Kayla sekilas.
"Mau ke pantai," jawab Kayla sambil mengerucutkan bibir, seperti anak kecil yang minta dituruti.
Axel tertawa kecil. "Hayu! Subuh pergi ya, biar dapat sunrise."
"Ok!" Kayla tersenyum manis, hatinya berbunga. Malam itu mereka tertidur saling berpelukan, seolah enggan melepas satu sama lain.
Subuh tiba. Suara alarm membangunkan mereka. Benar saja, Axel menepati janjinya. Dengan mata yang masih sembab karena kantuk, mereka berangkat menuju pantai.
"Padahal mamah nyuruh ke rumah kemarin," ucap Axel sambil melirik Kayla di kursi penumpang.
Kayla menoleh sebentar, lalu menghela napas. "Akh, mau main dulu. Aku belum ke pantai lagi. Terakhir itu..." suaranya tiba-tiba melemah, ada bayangan masa lalu yang menohok hatinya.
"Kapan?" tanya Axel, nada suaranya penuh penasaran.
"Saat sama Revan, sama Romi, juga sama Salsa," jawab Kayla akhirnya, menahan perih yang tiba-tiba menyeruak.
Axel terdiam sejenak, lalu hanya berkata singkat. "Oh... udah lama berarti ya."
"Iya," jawab Kayla sambil mengangguk.
Diam-diam, Axel kembali mencoba pancingan. "Revan apa kabar? Masih suka chat?"
Kayla buru-buru menjawab, pura-pura tak peduli. "Nggak ada. Terakhir pas aku sakit itu aja."
Axel menatap jalan, bibirnya menyunggingkan senyum samar. "Oh gitu... sibuk kayaknya."
"Iya, kayaknya," sahut Kayla cepat, berharap topik itu cepat berlalu.
Mereka berhenti di kebun teh, mengisi perut dengan mie rebus hangat. Uap panas mie itu mengembun di wajah Kayla.
"Liburan semester mau ke mana?" tanya Axel sambil menyeruput kuah.
Kayla mengangkat bahu. "Nggak tahu."
Axel tersenyum penuh rencana. "Kemana atuh, rencanain. Pokoknya aku mau manjain kamu."
Kayla terkekeh geli. "Aakh, Axel baik deh."
"Iya atuh. Kan istrinya juga baik," balas Axel sambil meraih tangan Kayla, menggenggam erat seolah tak mau dilepas.
Wajah Kayla merona. "Gombal, ih."
"Biarin. Daripada perang." Axel terkekeh.
"Akh, iya juga," balas Kayla, senyumnya malu-malu.
Setelah sampai pantai, Kayla dan Axel berlari-larian di tepi ombak. Tawa mereka pecah, bergema di udara pagi.
Seolah dunia hanya milik mereka berdua, sementara yang lain hanyalah penyewa sementara.
"Axel... jangan jahat sama aku ya," ucap Kayla sambil melingkarkan tangannya di tengkuk Axel, menatap matanya dengan cemas.
Axel tersenyum, lalu mengecup bibirnya pelan. "Nggak akan, sayang. Aku kan sayang kamu."
Kayla tersipu, buru-buru menoleh ke arah warung. "Malu, ih. Nanti ada yang lihat."
Axel tertawa kecil. "Nggak ada orang."
"Ada tau. Tuh, penjaga warung!" Kayla ikut tertawa, menyembunyikan wajahnya di dada Axel.
Axel hanya terkekeh. "Ya ampun, iya juga ya."
Mereka berfoto bersama, lalu Kayla mengunggahnya di story WA. Notifikasi komentar berdatangan.
"Lo kagak ngajak ke pantai!" tulis Laras.
"Anjir, pantai eunk!" kata Putra.
"Jiah, bulan madu terus," sahut Anya.
"Gue mau ke sana!" timpal Salsa.
Kayla membalas sambil terkekeh, "Siniii!"
Axel melirik penasaran. "Kenapa?"
Kayla menunjukkan layar ponselnya. "Ini di-post di SW, banyak yang komen."
Axel tertawa kecil, matanya menatap Kayla penuh rasa memiliki. "Haha... mereka ngiri."
Siang itu, saat matahari mulai terik, mereka pun masuk ke penginapan. Suara deburan ombak masih terdengar, namun di dalam kamar, hanya ada mereka berdua-dengan kehangatan yang semakin tumbuh.
Bersambung...
Kasih author semangat dong caranya
#vote
#komen
#like
Makasih udah baca cerita ku 🥰🥰
Mampir juga ke cerita ku yang ini 👇🏻
jangan sentuhan