NovelToon NovelToon
Transmigrasi Hanabi

Transmigrasi Hanabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Persaingan Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Erika Ponpon

Hanabi di bunuh oleh wakil ketua geng mafia miliknya karena ingin merebut posisi Hanabi sebagai ketua mafia dia sudah bosan dengan Hanabi yang selalu memerintah dirinya. Lalu tanpa Hanabi sadari dia justru masuk kedalam tubuh calon tunangan seorang pria antagonis yang sudah di jodohkan sejak kecil. Gadis cupu dengan kacamata bulat dan pakaian ala tahun 60’an.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erika Ponpon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Suara televisi terdengar samar di ruang tamu yang luas.

Lampu gantung kristal berayun pelan karena hembusan angin dari jendela yang tak tertutup rapat.

Paula duduk di sofa, masih mengenakan gaun tidur satin, satu tangan memegang ponsel — berulang kali menekan nomor yang sama.

Beep… beep…

Nada sambung terus terdengar, tapi tak pernah diangkat.

“Razka… kenapa sih lo gak ngangkat juga?” gumamnya kesal, bibirnya mengerucut.

Dia meneguk wine dari gelasnya, matanya masih terpaku pada layar ponsel.

“Jangan bilang lo lagi ngilang lagi, dasar breng—”

Suara pembawa berita dari TV memotong omelannya.

“Berita terbaru malam ini — ditemukan seorang pria tewas dalam kebakaran di gedung tua kawasan industri barat. Polisi menduga korban tewas akibat terjebak di dalam saat api membesar.”

Paula refleks menoleh. Alisnya berkerut, wajahnya menegang.

“Korban diketahui bernama… Razka Mahendra.”

Gelas di tangan Paula jatuh ke lantai, pecah berkeping.

Matanya membesar, napasnya tercekat.

“Ng… gak… gak mungkin…” suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.

Dia menatap layar televisi dengan tatapan kosong — wajah di layar itu memang Razka, penuh luka bakar, namun masih bisa dikenali.

Paula memegangi dadanya, tubuhnya bergetar hebat.

“Gak mungkin itu Razka… gak mungkin… dia janji mau nemuin gue besok… dia—”

Suaranya pecah di tengah-tengah kalimat. Ponsel di tangannya bergetar, tapi kali ini bukan panggilan masuk — hanya notifikasi berita yang sama.

“AAARRRGGHHHH!!!”

Paula menjerit, melempar ponsel itu ke dinding hingga pecah.

Kamera beralih ke TV — berita terus berulang, menayangkan reruntuhan gedung yang masih berasap.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Cahaya jingga senja menembus tirai apartemen mewah itu. Di depan cermin besar, Stella menatap pantulan dirinya. Bibirnya membentuk senyum samar, namun matanya tajam — penuh perhitungan.

Di meja rias, ponselnya bergetar.

Pesan dari salah satu temannya masuk:

📩

“Lo yakin mau jalanin ini, Stel? Arland bukan cowok sembarangan.”

Jari Stella menari di atas layar, membalas cepat.

“Justru karena dia bukan cowok sembarangan. Gue harus pastiin dia gak bisa kabur dari gue.”

Dia meletakkan ponselnya, lalu menatap foto Arland dan Moira yang pernah viral di kampus. Tatapannya berubah dingin.

“Lo pikir lo bisa dapetin Arland begitu aja, Moira?” gumamnya lirih. “Gue bakal pastiin dia cuma lihat gue malam ini.”

Stella mengambil botol wine, menuang sedikit ke gelas kristal, lalu menatap jam di dinding.

“Sebentar lagi, Arland… tinggal sedikit lagi dan lo bakal gue buat gak bisa ninggalin gue.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ruang makan keluarga Gavintara tampak elegan dan dingin. Lilin-lilin di atas meja memantulkan cahaya lembut, tapi suasananya kaku.

Stella duduk di samping Arland, mengenakan gaun putih polos dengan senyum lembut di wajahnya.

Namun di balik senyum itu, pikirannya gelap — penuh rencana.

“Senang kamu bisa datang, Stella,” ucap Tuan Gavintara, dengan nada ramah. “Om kira kamu gak akan datang.”

Stella menunduk sopan. “Terima kasih udah ngundang Stella, Om. Saya senang bisa makan malam bersama.”

Sepanjang makan, Stella terus berakting manis. Ia tahu Tuan Gavintara menyukai gadis yang sopan dan “lembut”. Tapi setiap kali dia melirik Arland, matanya tak bisa menyembunyikan rasa ingin menguasai.

Di bawah meja, tangannya mengepal pelan.

Sebentar lagi, Arland. Cuma malam ini. Lo bakal jadi milik gue… entah lo mau atau nggak.

———-

Cahaya pagi menembus tirai kamar yang setengah terbuka, menyoroti debu halus yang berterbangan di udara.

Arland terbangun perlahan — kepala berat, pandangan kabur, seolah baru bangun dari mimpi buruk yang samar.

Dia duduk di tepi ranjang, mengusap wajahnya, mencoba memahami keadaan sekitar.

Baju kerjanya berserakan di lantai. Kemeja Stella juga tampak tergeletak di kursi, dan gadis itu… tertidur di ujung tempat tidur, hanya diselimuti kain tipis.

“Apa yang terjadi semalam?” gumam Arland pelan. Kepalanya berdenyut hebat, ingatan semalam kabur, seperti diselimuti kabut tebal.

Suara lembut tapi gemetar terdengar di sebelahnya.

“Arland?” Stella membuka mata perlahan, wajahnya tampak bingung — atau berpura-pura demikian. Dia duduk, menarik selimut ke dada. “Lho… kok gue ada di sini?”

Arland menatapnya kaget. “Itu juga yang gue pengen tahu, Stell…”

Wajah Stella tiba-tiba berubah tegang, matanya membulat. “Terus… kenapa gue cuma pakai selimut? Land… apa yang lo lakuin semalam?” suaranya mulai bergetar, penuh nada tuduhan dan kepanikan yang dibuat-buat.

“Gue gak tahu, sumpah!” Arland menggeleng cepat, frustasi. “Gue cuma inget makan malam bareng lo sama bokap, terus… semua blank. Pas gue sadar, lo udah di sini. Kita satu ranjang—gue sendiri gak ngerti gimana bisa terjadi!”

Stella menunduk, menggigit bibirnya seolah menahan tangis. “Jadi lo mau bilang gak inget apa pun? Setelah semua yang terjadi semalam?”

Arland menatapnya tajam. “Apa maksud lo, Stell? Jangan bikin seolah—”

“Jadi gue cuma mainan lo, gitu?!” potong Stella keras, pura-pura tersinggung. “Lo mabuk, lo nyentuh gue, lo bilang sayang sama gue—terus sekarang lo pura-pura gak inget?!”

“APA?!” Arland membentak, berdiri cepat. “Gue gak pernah—”

Dia terhenti.

Tatapan Stella penuh air mata, tapi di balik itu… ada sesuatu yang aneh. Tatapan yang terlalu tenang untuk seseorang yang katanya baru saja diperlakukan seperti itu.

Arland menarik napas dalam, menatap lantai. “Stell… kalau bener gue ngelakuin sesuatu yang salah, gue minta maaf. Tapi sumpah, gue gak inget apa pun. Gue gak akan pernah… ngelakuin hal kayak gitu.”

Stella diam sejenak, lalu menunduk pura-pura terisak. “Tapi semua bukti ada di sini, Land… lo dan gue…”

Dia melirik seprai berantakan, pakaian berserakan, lalu menatap Arland dengan mata berkaca.

“Lo gak bisa bilang gak terjadi apa-apa…”

Arland tak menjawab. Dia hanya memejamkan mata, menahan diri dari ledakan emosi.

Dalam hatinya, dia tahu ada yang tidak beres — tapi tanpa bukti, tanpa ingatan, semua hanya akan jadi kata-kata kosong.

Dia berdiri, mengambil bajunya, lalu berkata pelan namun tegas,

“Gue akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam.”

Begitu Arland keluar kamar, Stella perlahan menurunkan tangis pura-puranya.

Senyum licik muncul di sudut bibirnya. Dia menyandarkan kepala ke bantal, menatap langit-langit sambil berbisik pelan,

“Sekarang, lo gak akan bisa kabur lagi dari gue, Arland…”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tuan Gavintara baru saja turun dari lantai atas, masih mengenakan kemeja santai dan membawa secangkir kopi di tangan. Suasana pagi itu seharusnya tenang — sampai langkah Arland dan Stella terdengar dari arah koridor lantai dua.

Namun begitu dia menengadah, matanya langsung membulat.

Arland keluar dari kamarnya dengan wajah kusut dan langkah terburu-buru. Di belakangnya, Stella muncul… dengan rambut acak-acakan, pipi memerah, dan hanya mengenakan kemeja tipis yang jelas bukan miliknya.

Cangkir kopi di tangan Tuan Gavintara hampir terjatuh.

“Arland…” suaranya berat, tajam, seperti menahan amarah dan rasa tidak percaya. “Apa yang… sedang terjadi di sini?”

Arland terdiam, bibirnya terbuka tapi tak ada kata keluar.

“P—Pah, ini gak kayak yang Papa pikir…”

Sementara Stella menunduk, pura-pura malu. “Maaf, Om… saya… semalam mungkin… saya salah kamar.”

“Salah kamar?” Tuan Gavintara menatap tajam, nadanya meninggi. “Salah kamar sampai rambut berantakan begitu?! Arland!”

“Papa, sumpah ini bukan kayak yang Papa bayangin! Gue gak tahu gimana Stella bisa ada di kamar gue pagi-pagi!” Arland mencoba menjelaskan, tapi suaranya terdengar putus asa.

Stella cepat-cepat menatap Arland, matanya berkaca seolah merasa tersakiti. “Arland… lo gak perlu nutupin semuanya. Gue juga malu kok, tapi yang terjadi udah terjadi…”

“APA?!” Arland hampir meledak. “Stella, jangan ngomong sembarangan!”

Tuan Gavintara membanting cangkirnya ke meja terdekat hingga pecah berderai.

“Cukup! Saya gak mau dengar alasan sekarang!” suaranya bergemuruh memenuhi ruangan. “Arland, kita akan bicara nanti di ruang kerja. Dan kamu, Stella—pulang sekarang juga sebelum saya benar-benar kehilangan sabar!”

Stella menunduk dalam, berpura-pura menangis kecil. “Baik, Om… maaf…”

Dia melangkah pergi pelan, tapi di ujung tangga, wajahnya berubah licik — bibirnya melengkung ke atas dalam senyum puas.

Sementara Arland berdiri diam di depan ayahnya, jantungnya berdegup keras.

Dia tahu, pagi itu adalah awal dari kekacauan besar yang baru saja dimulai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bonus Gentha...

1
Lia Aurora
🤣🤭 lu pikir dengan merebut arland dari Moira, Moira bakalan redup? ya enggak lah, justru Moira makin bersinar apa lagi ada gentha dan geng somplak di samping Moira 🥳
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
akhirnya wanita itu menang? ck ck ck dia benar-benar menginginkan milik orang lain
Reycaryuca: Nah kan… apalagi sekarang lg pd demen laki orang.. pdhl bnyk laki bujang mah.. 😭
total 6 replies
Lia Aurora
lah ini juga saran emak aku tuh dan aku terapkan sampe sekarang ya Allah 🤣🤭😭
Senja
Yuhu my comeback to hanabi ......
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Reycaryuca: Oke makasih ka 🙇🏻‍♀️
total 1 replies
Chauli Maulidiah
keren Thor.. muncul dr kegelapan, dgn rambut gondrong yg berkibar2... 😍😍
Reycaryuca: Wkwkwk 😭
total 7 replies
Lia Aurora
mau rumpi aja lah sama teh Eli kalo part nya teh nik belum banyak muncul🤣🤭😭
Lia Aurora: teh Eli semedi cari wangsit. siapa selanjutnya iblis yg harus bangkit lagi🤣🤭😭
total 2 replies
Lia Aurora
udah segini doang. seginiiiii doang kak. hellooooo😒 makan aja baru satu suapan tau2 udah dipenghujung part. ayolah up yg banyak 🤣🤭😭
Lia Aurora
woiii teh Eli nih ngumpul sini ngerumpi bareng teh nik, seru ada darah loh🤤
Reycaryuca: Wkwkwkwk😭🤣
total 5 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
yuk bisa yuk buat Jiyo berada di pihak Mu Bi
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira 𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲💎
sabar Tha sabar /Facepalm//Facepalm/
Chauli Maulidiah
kan.. kaaann.. kaaann.. musuhnya kabuurrr
Chauli Maulidiah
iiihh keren lah Thor.. gondrong pulak.. 😍
Reycaryuca: Kaburrrrrrr ahhh🤣😭😭
total 5 replies
Chauli Maulidiah
waaaahhhh... akhirnya.. ada yg nyaingin si jeng eli.. 😍😍😍
Reycaryuca: Klo elijah denger wahhh kabuuurrrrr 😭🤣… sesangar elijah di panggil neng eli 😭🤣
total 3 replies
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
nah kok jadi berantakan si Tha kamu ngga bisa menahan amarah dan membuat si Razak kabur
Reycaryuca: Nah itu namanya 😭🤣
total 11 replies
princess Halu
ingatkan gentha ni cewek ternyata cowok
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira 𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲💎
lah, itu si evander gak punya hati dan pikiran ya, anak yang masih kecil dituduh sebagai pembunuh istrinya... rasanya ingin jambak tuh kepala si evander...

ini lagi si Stella, harusnya dia buktikan dong, bahwa dia bisa, bukannya malah jadi iri/Sweat/
Lia Aurora
kayaknya karakter gentha lebih cocok ke Moira ya dari arland. hemm.. tapi kita tnggu aja keajaiban apa yg di miliki arland
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
ayo bi jangan sesantai itu segera singkirkan semua orang yang buat kamu menderita
Musdalifa Ifa
beh Moira cantik sekali kayak Barbie
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!