Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.
inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Energi Yin Yang
Xiao Chen terus berlari tanpa menoleh ke belakang, tubuh Ling Ye yang berat kini terasa seperti beban tak terhindarkan, namun pada saat yang sama, berfungsi sebagai jangkar emosional yang membuatnya tetap fokus di tengah badai amarah. Ia mendorong dirinya ke kedalaman hutan lebat, menjauh dari bau asap yang memuakkan dan tangisan yang terputus-putus dari Desa Qingfeng.
Ia berlari selama apa yang terasa seperti keabadian. Otot-ototnya menjerit karena kelelahan, tetapi rasa sakit fisiknya tertolak mentah-mentah oleh kemarahan yang membara di dadanya. Kecepatan Pemurnian Qi Level 3 miliknya (yang sebenarnya sudah melampaui level itu, meskipun ia tak menyadarinya) membuatnya melaju seperti anak panah menembus semak-semak.
Akhirnya, setelah memastikan mereka sudah menempuh jarak yang aman—sejauh beberapa puluh li dari Sekte dan Desa Qingfeng—Xiao Chen melompat tangkas ke atas sebuah pohon raksasa yang menjulang dan berhenti.
Ling Ye segera meluncur turun dari punggung Xiao Chen, terengah-engah hebat dan terkapar di dahan yang kokoh. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan mereka memekakkan telinga, diisi hanya dengan suara napas Ling Ye yang tersengal-sengal dan deru angin malam yang dingin yang menyapu dedaunan.
Xiao Chen duduk bersandar pada batang pohon, menatap ke arah tempat asal mereka, matanya kosong dan merah, bekas tangisan dan kurang tidur. Wajahnya yang muda telah kehilangan keceriaan dan sifat jenaka yang dulu ia miliki. Ia kini tampak dingin, keras, dan memikul beban yang melampaui usianya.
Ling Ye, yang mulai bisa bernapas normal, memaksakan diri untuk duduk. Ia ingin menghibur sahabatnya, tetapi kata-kata terasa terlalu dangkal untuk menggambarkan kehancuran total yang baru saja mereka saksikan.
"Xiao Chen..." Ling Ye akhirnya berhasil bersuara, nadanya rendah dan penuh iba.
Xiao Chen perlahan menggeleng. "Jangan bicara, Ling Ye," bisiknya, suaranya parau dan serak karena teriakan dan air mata yang ditahan. "Biarkan aku merasakan... rasa sakit ini sejenak. Jika tidak, aku takut aku akan meledak."
Di sekitar mereka, suasana hutan terasa sunyi mencekam. Cahaya rembulan perak menerobos kanopi pohon yang lebat, menciptakan pola bayangan yang menari-nari di kulit mereka. Udara terasa dingin dan lembap, sebuah kontras tajam dengan kemarahan membara yang bersemayam di hati Xiao Chen.
Saat keheningan yang mengiris itu berlanjut, tiba-tiba Xiao Chen merasakan sensasi yang aneh di telapak tangannya. Batu Naga Hitam yang dipegangnya—warisan berlumuran darah dari Li Yuan—mulai bergetar hebat. Getarannya tidak hanya terasa di tangan, tetapi merambat naik melalui lengan Xiao Chen, memanaskan Qi di dalam meridiannya.
"Apa...?" gumam Xiao Chen, alisnya berkerut dalam saat ia menatap batu yang kini berdenyut samar dengan cahaya hitam pekat.
Pada saat yang sama, Ling Ye merasakan sensasi dingin yang tajam di kantung pakaiannya. Ia segera merogoh, menarik keluar Batu Naga Putih yang tadinya kusam. Batu itu kini bergetar keras dan memancarkan cahaya putih susu yang lembut, kontras total dengan aura Batu Naga Hitam.
Kedua pecahan batu naga itu beresonansi dengan intensitas yang semakin meningkat.
"Batu... Batu ini bergerak sendiri!" seru Ling Ye, suaranya kembali dipenuhi keterkejutan murni.
Xiao Chen segera mendekat, mengabaikan rasa sakit dan keletihannya. Kedua batu itu, yang tadinya hanya merupakan pecahan tak berarti, kini memancarkan energi purba yang sangat kuat dan berlawanan arah. Batu Hitam memancarkan aura dominasi dan kekuatan yang menekan, simbol Yin yang dingin dan gelap, sementara Batu Putih memancarkan aura kehangatan dan perlindungan, simbol Yang yang hangat dan cerah.
Kedua batu itu tertarik satu sama lain seperti dua magnet yang sangat kuat. Xiao Chen memegang Batu Naga Hitam dengan kuat, sementara Ling Ye memegang Batu Naga Putih. Ketika kedua batu itu berdekatan dalam jarak genggaman, energi Qi purba yang terkandung di dalamnya meledak dan mengelilingi kedua sahabat itu.
Qi tersebut membentuk pusaran energi di sekitar mereka, dengan cahaya hitam dan putih yang berpilin seperti simbol yin dan yang, saling berinteraksi namun tidak menyatu.
Wajah Xiao Chen dan Ling Ye terpantul oleh cahaya misterius itu. Mereka menyadari bahwa kedua batu ini bukanlah sekadar artefak biasa, melainkan kunci kuno yang terpisah. Reaksi mereka menunjukkan bahwa warisan Li Yuan telah sepenuhnya terintegrasi ke dalam tubuh Xiao Chen dan Ling Ye, berkat Qi spiritual yang mereka dapatkan dari memakan Makhluk Spiritual.
Xiao Chen menatap Batu Naga Hitam. Ia tidak merasakan kekuatan langsung, melainkan beban pengetahuan yang menekan. Ia menyadari bahwa Batu Naga Hitam dan Putih ini adalah magnet bagi musuh, dan selama pecahan itu tidak disatukan secara permanen, mereka akan terus menarik bencana ke mana pun mereka pergi.
Di atas dahan pohon, dikelilingi oleh cahaya energi purba yang berpilin, Xiao Chen dan Ling Ye telah berhenti berlari dari musuh. Kini, mereka harus mulai mencari tahu cara memanfaatkan warisan mereka untuk bertahan hidup. Dunia mereka telah berubah dari permainan menjadi perjuangan eksistensial yang brutal.
makanya pembaca langsun hiatus