NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Transmigrasi Menuju Kemanusiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Psikopat / Cinta pada Pandangan Pertama / Reinkarnasi / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang psikopat yang ber transmigrasi ke tubuh seorang gadis, dan apesnya dia merasakan jatuh cinta pada seorang wanita. Ketika dia merasakan cemburu, dia harus mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Bagaimana kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

"Aku harus pergi sekarang, Avi," kata Alice sambil melihat jam tangan dan tersenyum kecil, meskipun matanya menunjukkan sedikit rasa bosan.

"Aku tidak ingin telat kuliah," tambahnya dengan nada yang santai, meskipun sebenarnya tidak masalah jika dia telat atau tidak masuk sama sekali karena dia tahu bahwa hari ini tidak ada kelas yang penting. Lagi pula dia tadi berangkat lebih awal karena tidak mau berinteraksi dengan penghuni rumah dan menghindari drama.

Avi memandang Alice dengan rasa bersalah, "Ah, jadi kamu sebenarnya mau pergi ke kampus? Ah maafkan aku dan adikku karena sudah merepotkanmu, Alice," katanya dengan suara yang lembut dan penuh penyesalan.

Alice tersenyum menenangkan, "Bukan apa-apa, Avi. Bukankah kita sebagai manusia harus saling membantu? Tidak perlu berpikir jika aku repot," katanya sambil meletakkan tangan di bahu Avi, menunjukkan rasa nyaman dan percaya.

Avi memandang Alice dengan khawatir, "Pastikan kamu tidak kehujanan lagi," kata Avi dengan suara yang hangat dan penuh perhatian.

Alice tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih, Avi. Aku akan hati-hati," kata Alice sambil melambaikan tangan sebagai tanda pamit.

Padahal Alice kehujanan juga karena menolong adiknya, kalau tidak mana mungkin dia basah dan berakhir di rumah Avi.

Setelah Alice pergi, Avi melangkah dengan lembut menuju kamar adiknya, Darrel. Dia membuka pintu kamar dengan hati-hati dan melihat Darrel yang terbaring di tempat tidur, masih terlihat lemah dan pucat.

Avi mendekati Darrel dengan khawatir dan menanyakan keadaannya dengan suara yang lembut, "Bagaimana keadaanmu, Darrel?" sambil memperhatikan kondisi adiknya dengan penuh kasih sayang.

Darrel membuka matanya perlahan-lahan, memandang Avi dengan tatapan yang masih lemah, dan Avi bisa melihat rasa sakit dan kesedihan di dalamnya. "Aku... aku masih merasa lemas," kata Darrel dengan lirih dan perlahan.

Avi mendekati Darrel dan duduk di sampingnya, "Jangan khawatir, kakak ada di sini untuk merawatmu," kata Avi dengan suara yang hangat dan penuh kasih sayang.

Avi kemudian memeriksa kondisi Darrel dengan teliti, memastikan bahwa adiknya mendapatkan perawatan yang tepat. "Apa yang sebenarnya terjadi, Darrel? Siapa yang melakukan ini padamu?" tanyanya dengan suara yang tegas namun penuh kasih sayang.

"Dia mengkhianati kita, Kak. Beruntung kakak menolaknya, andai kakak menerima badjingan itu, pasti hidup kakak tidak akan bahagia," kata Darrel dengan pelan namun penuh emosi. Dia juga tidak akan rela jika Avi harus hidup dengan laki-laki yang penuh dengan penekanan.

Avi mengepalkan tangannya dengan keras, wajahnya memerah karena kemarahan dan tekad yang kuat terpancar dari matanya. "Badjingan!" umpatnya dengan keras, suaranya menggema di ruangan.

"Kakak akan membalasnya, kakak tidak akan membiarkan dia lolos dari ini," kata Avi dengan suara yang dingin dan penuh ancaman, menunjukkan bahwa dia tidak akan tinggal diam terhadap orang yang telah menyakiti adiknya.

Avi merasa sangat terkhianati dan marah karena orang yang menurutnya baik dan profesional, ternyata membawa masalah pribadi ke bisnis mereka. "Bagaimana bisa dia melakukan ini?" pikir Avi, rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu.

"Kakak tidak akan memaafkannya, kakak akan membuatnya membayar untuk apa yang telah dia lakukan," kata Avi dengan suara yang tegas dan penuh tekad.

Dengan kemarahan yang membara, Avi mulai merencanakan balas dendamnya. Dia tidak akan membiarkan orang itu lolos dari konsekuensi perbuatannya. Avi akan membuatnya menyesali apa yang telah dia lakukan pada adiknya.

Menyadari atmosfer kemarahan kakaknya meningkat, Darrel mencoba mengalihkan pembicaraan dengan nada yang santai dan berharap bisa meredakan ketegangan yang membara. "Kak, apakah gadis yang menolongku sudah pulang?" tanyanya sambil berusaha tersenyum, berharap bisa mengalihkan perhatian Avi dari kemarahan yang masih membara di matanya.

Avi memandang Darrel dengan mata yang masih menyala karena kemarahan, api di dalam hatinya masih berkobar-kobar. Tapi dia berusaha menahan diri dan menjawab dengan nada yang netral, meskipun suaranya masih terasa berat. "Ya, dia sudah pergi. Dia bilang ada urusan kuliah," kata Avi sambil memperhatikan Darrel.

"Oh, baiklah. Aku harap dia baik-baik saja," kata Darrel dengan nada yang lembut, sambil memandang Avi dengan harapan bisa meredakan ketegangan antara mereka yang masih terasa seperti asap tebal yang belum hilang.

"Dia gadis yang cantik dan baik hati, bukan?" kata Avi sambil tersenyum memuji Alice dengan tulus, seolah-olah melupakan masalah yang baru saja memancing amarahnya.

Darrel langsung menanggapi dengan heran dan cemas, "Jangan bilang kakak akan menjodohkan aku dengan gadis itu, ya?" kata Darrel sambil tertawa kecil dan menggelengkan kepala.

Avi tertawa dan mengangkat tangan, "Tidak, tidak, kakak tidak akan melakukan itu," katanya sambil tersenyum.

Darrel bertanya dengan penasaran, "Lalu kenapa kakak sekarang membahas dia?"

Avi menjawab dengan jujur, "Karena kakak suka kepadanya," kata Avi sambil tersenyum lembut.

Darrel terkejut dengan jawaban Avi, matanya terbuka lebar dan dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Apa?! Kakak suka sama gadis itu?" tanya Darrel dengan suara yang sedikit keras, sambil memperhatikan reaksi Avi dengan penuh perhatian.

Avi kembali mengangguk, "Ya, kakak suka dengan Alice," kata Avi dengan suara yang pasti.

Darrel terkejut dan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Ah, jadi nama gadis itu Alice? Tapi, kak. Dia kan ...," Darrel mencoba untuk mengatakan sesuatu, tapi Avi memotongnya dengan tegas, "Sudah, pokoknya kamu harus membantu kakak mendapatkan Alice. Kakak tidak peduli siapa dia, bagaimana latarbelakangnya maupun apa yang sebenarnya sedang kamu pikirkan, kakak tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, Darrel," kata Avi dengan senyum yakin dan mata yang berbinar.

Darrel terkejut dengan permintaan Avi, tapi dia tidak bisa menolak permintaan kakaknya. "Baiklah, aku akan membantu, apapun demi kebahagiaan kakak," kata Darrel dengan nada yang sedikit resign, sambil menggelengkan kepala dan tersenyum.

Avi tersenyum, merasa yakin bahwa dia akan mendapatkan Alice dengan bantuan adiknya. "Tapi, yang terpenting sekarang adalah kesembuhan mu, Darrel," kata Avi sambil memperhatikan adiknya dengan penuh kasih sayang. Dia bangga memiliki adik yang sangat perhatian dan selalu mengerti.

**

Alice berjalan menuju kantin kampus dengan langkah yang cepat, perutnya yang keroncongan seperti menggeram keras, menuntut perhatian segera. Ketika dia tiba di kantin, aroma makanan yang lezat langsung menyambutnya, membuat air liurnya mengalir deras.

Kantin kampus yang biasanya ramai dengan mahasiswa yang sedang bersantai dan mengobrol, hari ini terlihat sedikit lebih sepi dari biasanya, memberikan suasana yang lebih tenang.

Alice memesan makanan favoritnya dan menunggu dengan sabar sambil melihat sekeliling, matanya menangkap detail-detail kecil di kantin yang biasanya tidak dia perhatikan.

Ketika makanan akhirnya siap, Alice langsung menyantapnya dengan lahap, rasa lapar yang tadi menghantuinya seperti lenyap seketika. "Ah, seharusnya tadi aku menerima tawaran dari Avi untuk sarapan dulu," gumamnya sambil menikmati makanan yang lezat, rasa menyesal yang singkat muncul di wajahnya.

Alice menikmati sisa makanannya dengan pikiran yang berputar-putar tentang Avi, perasaan yang tidak biasa mulai tumbuh di dalam hatinya.

"Sepertinya aku benar-benar tertarik kepadanya," kata Alice dalam hati, sambil tersenyum sendiri. Dia tidak bisa menyangkal perasaan yang mulai tumbuh di dalam hatinya, meskipun mereka baru pertama kali bertemu secara tidak langsung melalui kejadian yang melibatkan Darrel. Ada sesuatu tentang Avi yang membuatnya merasa tertarik, sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan.

Momen ketika dia menolong Darrel dan kemudian bertemu dengan Avi masih teringat jelas di pikirannya. Namun, saat ini Alice mulai merasa ragu dan pesimis. "Bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku kepada Avi jika aku berada di dalam raga ini?" pikir Alice, merasa bahwa situasi ini membuatnya merasa tidak yakin.

1
Apis
knp aku ngebayanginya peran alex/alice kaya lucinta Luna ya thor 🤣🤣🤣🤣
LOLLIPOP: Hihi...iyakah?🤭
total 1 replies
Apis
jd critanya alex transgender trs transmigrasi ke tubuh alice yg beneran cewe, baru x ini nemu novel peran utamanya lain dari yg lain 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!