Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.
Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.
Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?
Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke sekte
Keheningan yang mencekam menyelimuti penginapan setelah Banxue menyelesaikan ceritanya. Wayne, Linrue, dan Fengyu masih memproses setiap detail—dari pengkhianatan Anyu hingga kekacauan di desa. Pikiran mereka diliputi amarah, simpati, sekaligus kebingungan.
Fengyu bangkit dari kursinya, tinjunya terkepal rapat.
“Kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus menghentikan si brengsek Anyu itu! Dia tidak pantas hidup.”
“Tunggu, Fengyu,” potong Wayne, suaranya tegas. Ia menatap lekat ke arah Banxue dan Jingyan. “Ada hal lain yang belum kalian ceritakan, bukan? Panah itu... surat itu... semua ini terasa lebih besar dari sekadar dendam pribadi.”
Banxue terdiam. Pandangannya bertemu dengan Jingyan, yang hanya mengangguk pelan, memberi dukungan tanpa kata. Banxue tahu, ia tidak bisa lagi bersembunyi.
“Anyu hanya pion,” ucapnya perlahan, suaranya berat. “Di balik semua ini ada dalang yang jauh lebih kuat—Shanliu, pemimpin Kultus Jiwa Terbalik.”
Ia kemudian menceritakan pertemuannya dengan Jingyan di bawah pohon plum: tentang Anyu yang terjebak dalam dilema, tentang kemunculan seorang wanita bernama Hungyi, dan ancaman yang datang bersamaan dengan panah serta surat itu.
“Anyu tidak mau menjelaskan siapa Hungyi,” jelas Banxue. “Tapi dari caranya berbicara, wanita itu sangat terobsesi dengannya. Dia mengatakan, Hungyi-lah yang mengirim panah dan surat itu padaku.”
Wayne, Linrue, dan Fengyu saling pandang, terkejut mendengar adanya pihak ketiga yang misterius.
“Kalau begitu, apa rencana kita?” tanya Linrue hati-hati. “Kita tidak bisa membiarkan wanita itu terus mengancammu.”
Banxue menatap satu per satu wajah temannya.
“Shanliu menginginkan tubuhku karena aku memiliki Tubuh Surgawi. Anyu gagal membawaku kepadanya, jadi dia pasti akan mencari cara lain.”
Wayne mengangguk pelan. “Artinya, dia akan menyerang lewat titik terlemahmu.”
Banxue mengeraskan rahangnya. “Dan apa titik lemahku?” Meski ia tahu, jauh di lubuk hati, jawabannya tak ingin ia akui.
Jingyan melangkah maju. “Anyu bilang, dia akan terus mengirim pesan sampai kamu menyerah.”
“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” tanya Fengyu, suaranya penuh tekad.
Banxue berdiri. Pandangannya menembus jendela, ke arah malam yang kian pekat. “Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Shanliu, Kultus Jiwa Terbalik, dan terutama siapa sebenarnya Hungyi. Anyu dan Hungyi adalah kunci untuk mengalahkan mereka.”
“Jadi, langkah pertama?” tanya Jingyan, berdiri di sisinya.
“Kita akan melacak Anyu,” sahut Linrue mantap. “Dia satu-satunya yang tahu banyak tentang Shanliu. Dan dia satu-satunya yang bisa kita paksa untuk berbicara.”
---
Banxue menarik napas panjang. “Tidak. Kita tidak akan langsung melacak Anyu.”
Fengyu menoleh cepat. “Kenapa? Bukankah dia kunci dari semuanya?”
“Justru itu,” jawab Banxue tenang, tapi sorot matanya tajam. “Dia tahu kita akan mencarinya. Kalau kita bergerak terburu-buru, itu sama saja berjalan ke perangkap yang dia atau Shanliu pasang. Kita harus kembali ke Sekte Pedang Azura terlebih dahulu.”
Linrue mengernyit. “Untuk apa? Waktu kita semakin sedikit.”
“Untuk menyiapkan diri,” sela Wayne. “Sekte memiliki catatan lama tentang Kultus Jiwa Terbalik. Juga mungkin ada arsip atau orang yang pernah berurusan dengan Shanliu dan Hungyi.” Ia melirik Banxue. “Kita butuh pengetahuan itu sebelum membuat langkah besar.”
Jingyan menambahkan, “Selain itu, di sana kita bisa memperbaiki kondisi fisik dan mental. Perjalanan ini akan memakan lebih banyak dari sekadar tenaga.”
Fengyu akhirnya menghela napas, meski jelas masih tak sabar. “Baik. Tapi begitu kita siap, kita akan bergerak cepat. Aku tidak akan membiarkan Anyu atau Shanliu punya waktu lebih lama.”
Banxue mengangguk. “Setuju. Kita akan berangkat besok subuh.”
Di luar, malam telah pekat. Lampu-lampu penginapan bergetar diterpa angin, seolah ikut merasakan ketegangan yang menggantung. Di hati masing-masing, mereka tahu—kembali ke Sekte Pedang Azura bukan berarti mundur, tapi mengumpulkan kekuatan sebelum badai yang lebih besar datang menghantam.