Joi, siswa SMA kelas 2 yang cuek dan pendiam, memiliki kemampuan indigo sejak kecil. Kemampuannya melihat hantu membuatnya terbiasa dengan dunia gaib, hingga ia bersikap acuh tak acuh terhadap makhluk halus. Namun, pertemuan tak terduga dengan Anya, hantu cantik yang dikejar hantu lain, mengubah kehidupannya. Anya yang ceria dan usil, terus mengikuti Arka meskipun diusir. Pertikaian dan pertengkaran mereka yang sering terjadi, perlahan-lahan mencairkan sikap cuek Joi dan menciptakan ikatan persahabatan yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joi momo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Joi 3
"Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" bentaknya, suaranya menggema di ruangan yang sunyi. Joi tersentak, terkejut dengan kemarahan yang tiba-tiba meledak itu.
"Baim tenanglah, dia akan membantu Anya." sahut ayah anya
"Pak… saya… saya hanya menjenguk Anya," jawab Joi, suaranya gemetar.
"Jenguk? Kau tidak punya hak untuk menjenguknya! Pergi! Keluar dari sini!" Paman Anya mendorong bahu Joi dengan kasar, hingga Joi terhuyung mundur. Orang tua Anya, yang duduk di kursi dekat jendela, hanya diam, seolah terpaku oleh kemarahan paman mereka. Mereka tak berusaha menghentikan paman Anya.
Joi tertunduk, lalu menatap ibu Anya seperti memberi isyarat.
Tanpa sepatah kata pun lagi, Joi meninggalkan ruangan itu, hatinya remuk redam. Mentari telah tenggelam, meninggalkan kegelapan yang terasa lebih pekat daripada biasanya.
***
Langkah Joi terasa berat, setiap langkahnya diiringi deburan jantung yang tak menentu. Bayangan wajah Anya yang pucat dan dingin terus terbayang di benaknya. Kemarahan Paman Baim—ia baru menyadari nama paman Anya—begitu membingungkan dan menakutkan. Ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang berkaitan dengan kecelakaan Anya. Kecurigaan itu semakin menguat di hatinya.
Sepanjang perjalanan pulang, otak Joi bekerja keras. Ia harus memberitahu orang tua Anya tentang kecurigaannya terhadap Paman Baim. Tapi bagaimana? Bagaimana ia bisa meyakinkan mereka, sementara Paman Baim tampak begitu berkuasa dan menguasai situasi?
Sesampainya di rumah, Joi langsung menghubungi temannya, seorang jurnalis investigasi bernama Reza. Ia menceritakan semuanya kepada Reza, dari sikap Paman Baim yang agresif hingga kecurigaannya tentang keterlibatan Paman Baim dalam kecelakaan Anya. Reza mendengarkan dengan saksama, sesekali mengajukan pertanyaan.
"Aku rasa kita perlu bukti," kata Reza setelah Joi selesai bercerita. "Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Anya. Kita bisa mulai dengan menyelidiki kecelakaan itu."
Joi mengangguk setuju. Ia tahu ini akan menjadi jalan yang panjang dan sulit, tapi ia harus melakukannya. Demi Anya, ia harus mengungkap kebenaran, apapun resikonya.
Ketika sampai di rumah.
Rumah Joi terasa hangat, dipenuhi aroma masakan yang familiar. Namun, yang membuat bulu kuduk Joi merinding adalah sosok Anya yang berdiri di dapur, sedang mengaduk masakan di atas kompor. Rambutnya yang hitam legam terurai indah, kulitnya bersinar sehat, senyumnya merekah—sama seperti hal yang tidak akan ia temui lagi.
Anya, dalam wujud rohnya, menyambut Joi dengan hangat, seperti seorang istri yang menyambut suaminya pulang. Ia menyajikan makanan dengan lembut, matanya memancarkan kasih sayang yang dalam. Gerakannya anggun, penuh kelembutan yang membuat Joi merasa nyaman dan tenang. Tidak ada rasa takut, hanya ada cinta yang murni dan tulus. Joi merasakan sentuhan lembut ruh Anya di pipinya, sebuah belaian yang penuh kasih sayang.
Meskipun hanya berupa ruh, Anya tetap mampu menunjukkan cintanya kepada Joi. Cinta yang melampaui batas fisik, cinta yang mampu menenangkan jiwa Joi yang lelah dan terluka. Di tengah keputusasaan dan misteri yang menyelimuti kecelakaan Anya, kehadiran Anya memberikan secercah harapan dan kekuatan bagi Joi untuk terus berjuang mengungkap kebenaran. Di malam itu, di tengah aroma masakan yang harum, Joi menemukan kedamaian yang tak terduga, dipeluk oleh cinta abadi Anya, meskipun hanya dalam wujud rohnya.
"Eehh..! Sayang." ucap Anya penuh malu malu.
Joi pun langsung memerengkan kepalanya menatap Anya yang tiba tiba memanggil nya sayang.
"Wajahmu tidak asik sekali sih, aku udah latihan seharian tuk manggil gini tau!" ucap Anya lagi sambil memanyunkan bibirnya "Ah bete ah sama kamu."
Joi pun tersenyum kecil, lalu mengusap rambut Anya yang lembut.
Sentuhan itu begitu menenangkan membuat Anya langsung menyandarkan wajahnya di bahu Joi.