Di dunia di mana Spirit Master harus membunuh Spirit Beast untuk mendapatkan Spirit Ring, Yin Lian lahir dengan kekuatan yang berbeda: Kontrak Dewa. Ia tidak perlu membunuh, melainkan menjalin ikatan dengan Spirit Beast, memungkinkan mereka berkembang bersamanya. Namun, sistem ini dianggap tabu, dan banyak pihak yang ingin melenyapkannya sebelum ia menjadi ancaman.
Saat bergabung dengan Infernal Fiends Academy, akademi kecil yang selalu diremehkan, Yin Lian bertemu rekan-rekan yang sama keras kepala dan berbakatnya. Bersama mereka, ia menantang batas dunia Spirit Master, menghadapi persaingan sengit, konspirasi dari akademi besar, serta ancaman dari kekuatan yang mengendalikan dunia di balik bayangan.
Di tengah semua itu, sebuah rahasia besar terungkap - Netherworld Spirit Realm, dimensi tersembunyi yang menyimpan kekuatan tak terbayangkan. Kunci menuju puncak bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga keberanian untuk menghadapi kegelapan yang mengintai.
⚠️pict : pinterest ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Detak jantungnya berdegup sedikit lebih cepat.
Itu adalah gurunya, sosok yang sudah lama tidak ia temui. Wanita yang pernah mengajarinya dasar-dasar Phantom Shadow. Wanita yang dulu ia anggap sebagai penuntun... dan kini muncul kembali dalam bentuk bayangan masa lalu yang nyata.
Tanpa perlu diperintah, Dai Yushen maju setengah langkah dan berkata dengan suara tegas,
“Berdiri rapi. Guru Zhou datang.”
Kelima murid itu langsung merapatkan barisan, berdiri tegak menghadapi ketiga orang di hadapan mereka. Wajah Yin Lian masih menyimpan kejutan, namun ia menunduk cepat dan menyembunyikannya.
Namun dari balik matanya yang tenang... berbagai pertanyaan mulai muncul.
Kenapa Xu Feiyan ada di sini...?
Halaman akademi yang tadinya sunyi kini menjadi pusat perhatian. Semua murid berdiri rapi di bawah sinar matahari pagi, berhadapan dengan tiga sosok penting yang baru saja datang.
Guru Zhou Wuchen, dengan jubah gelap yang berkibar pelan ditiup angin, berdiri di tengah. Di sisi kanannya ada pria paruh baya dengan mata tajam dan aura menenangkan. Sementara di sisi kirinya, Xu Feiyan—wanita berambut hitam panjang yang tampak muda namun membawa tekanan yang tidak bisa diabaikan.
Zhou Wuchen melangkah maju, suaranya tegas seperti biasanya.
“Hari ini aku akan memperkenalkan dua orang penting di akademi ini.”
Ia melirik ke pria di sebelah kanannya.
“Ini adalah Spirit Sage Li Zhonghai, pemilik resmi Akademi Infernal. Beliau telah mencapai level 74, dan merupakan salah satu spirit sage dengan reputasi tinggi di wilayah timur.”
Mata para murid terbelalak. Bahkan Dai Yushen, yang biasanya tenang, tampak sedikit terkejut. Spirit Sage dengan level di atas 70 adalah eksistensi langka—dan jika Li Zhonghai adalah pemilik akademi, itu menjelaskan mengapa tempat ini begitu dijaga dan tersembunyi.
Zhou Wuchen lalu menoleh ke kiri.
“Dan ini... adalah Xu Feiyan, yang akan menjadi instruktur baru di akademi. Meski baru bergabung, beliau adalah pantherku dan telah mencapai level 72.”
Yin Lian hampir tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia menatap wajah gurunya yang selama ini ia kenal begitu dekat. Xu Feiyan... seorang spirit sage?
Ia menunduk sedikit, mencoba menenangkan dirinya. Sejak dulu ia tahu gurunya bukan orang biasa, tapi tidak pernah terbayang bahwa tingkatannya sudah setinggi itu.
Zhou Wuchen melanjutkan,
“Dengan kekuatan dan pengalaman mereka, akademi akan menjalankan program pembinaan khusus untuk beberapa murid pilihan. Aku sendiri yang memilih siapa saja yang akan dilibatkan.”
Yin Lian mendengar suara desis kecil dari Ling Shu di sebelahnya.
“Jadi... selama ini guru Xu juga bagian dari akademi ini?” bisiknya.
Yin Lian hanya mengangguk samar. Kini semuanya masuk akal. Dulu Xu Feiyan menyuruhnya datang ke Akademi Infernal, dan meskipun saat itu tampak seperti saran pribadi, kini jelas bahwa itu adalah bagian dari rencana yang lebih besar.
Xu Feiyan belum mengucapkan sepatah kata pun. Tapi tatapannya berbicara lebih banyak dari perkataan.
Mata tajamnya menyapu wajah Yin Lian, memperhatikan setiap perubahan ekspresi. Lalu berpindah ke Ling Shu, yang berusaha tetap tersenyum meski kaku. Tatapannya kemudian mengarah ke Yue Xian, yang masih menunduk seperti biasa, namun jelas sedang menahan kegugupan.
Namun tatapan Xu Feiyan tak berhenti di sana.
Ia menggeser pandangannya ke Dai Yushen dan Gu Tian.
Ada kilatan tajam di matanya saat melihat postur tubuh Dai Yushen—tenang, percaya diri, dan tanpa sedikit pun keraguan. Gu Tian, di sisi lain, tampak lebih santai, tetapi tidak mengabaikan situasi.
Akhirnya, Xu Feiyan membuka mulutnya untuk pertama kali.
“Anak itu... yang berdiri di tengah,” ia menunjuk ringan ke arah Dai Yushen, “Dialah murid terkuat saat ini, bukan?”
Zhou Wuchen mengangguk.
“Benar.”
Xu Feiyan melanjutkan.
“Aku bisa melihatnya dari postur tubuh dan cara dia berdiri. Walau dua tahun lebih tua dari yang lain, dia sudah berada di level 37. Pencapaian yang sangat baik.”
Dai Yushen hanya menunduk sedikit, menerima pujian itu tanpa komentar.
Xu Feiyan lalu menatap kelima murid di hadapannya.
“Aku akan mengamati kalian. Bukan hanya dari segi kekuatan, tapi juga karakter dan bagaimana kalian berkembang dalam tekanan. Program pembinaan ini... bukan tempat untuk mereka yang hanya ingin menjadi kuat. Tapi untuk mereka yang siap mengendalikan kekuatan itu.”
Nada suaranya tenang, tapi penuh tekanan.
Setelah pujian singkat pada Dai Yushen, Xu Feiyan berdiri tegak kembali di sisi Zhou Wuchen. Tatapannya masih tajam, dan suaranya kembali terdengar jelas menyapu halaman yang mulai disinari matahari penuh.
“Untuk beberapa hari ke depan, aku yang akan bertanggung jawab atas pelatihan kalian.”
Sontak, keheningan menyelimuti para murid. Bahkan Zhou Wuchen sedikit mengerutkan alis, tak menyangka bahwa Xu Feiyan akan mengambil alih begitu langsung.
Zhou meliriknya sejenak dan berkata dengan nada netral, “Feiyan... kau yakin? Metodemu—”
“Kau tahu sendiri seperti apa metodeku,” potong Xu Feiyan pelan, namun cukup menusuk. “Tapi mereka butuh lebih dari sekadar kekuatan. Mereka butuh arah. Dan aku tahu caranya.”
Zhou Wuchen terdiam, namun tak bisa membantah. Ia tahu betul bahwa meski Xu Feiyan dikenal keras, teori dan pendekatannya jauh melampaui dirinya, terutama dalam penguasaan teknik tingkat tinggi dan kontrol energi.
Xu Feiyan kemudian melangkah maju perlahan, menyusuri barisan mereka.
Langkahnya anggun, namun membawa tekanan tak kasatmata. Matanya menyapu satu per satu—Yue Xian yang menunduk dalam, Ling Shu yang menggigit bibirnya agar tak terlihat gugup, dan Yin Lian yang mencoba menjaga sorot matanya tetap tenang meski tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih.
“Aku juga sudah mendengar... tentang pertarungan seleksi awal kalian,” katanya sambil berjalan mengitari mereka. Suaranya datar, namun tajam.
“Kerja sama, strategi, kekuatan individu. Menarik, tapi belum cukup.”
Mata Xu Feiyan menajam saat berhenti tepat di belakang Ling Shu dan Yin Lian. Bahkan tanpa menyentuh, aura dingin yang ia keluarkan membuat tubuh mereka refleks menegang.
Ling Shu bahkan sedikit menarik napas saat merasakan lirikan tajam dari gurunya.
“Kalian bertarung dengan keras... tapi jangan salah. Kemenangan itu hanya terjadi karena kalian terdesak. Bukan karena kekuatan sesungguhnya.”
Perkataannya menusuk, membuat suasana menjadi berat. Yin Lian sempat melirik sekilas ke arah Zhou Wuchen, tapi sebelum ada yang berbicara, guru itu sudah mencoba menyela dengan batuk ringan.
“Feiyan, tak perlu membahas detail pertarungan itu. Bagaimanapun... aku juga bagian dari—”
“Kau kalah karena terdesak, Zhou.” Xu Feiyan langsung menoleh dengan senyum tipis yang lebih mirip ejekan lembut. “Tapi, jika bukan karena peraturan... dan jika kau tak melihat umur mereka... kau mungkin akan menghancurkan mereka dalam satu serangan.”
Zhou mengerjapkan mata, lalu hanya mengangkat bahu. Ia tahu itu benar—tapi tak berarti ia menikmati kalimat itu.
Sementara itu, Li Zhonghai yang berdiri tenang di sisi mereka akhirnya ikut bicara. Suaranya tenang namun penuh wibawa.
“Meski begitu, dari cerita Zhou... kemampuan Yin Lian, Ling Shu, dan Yue Xian menunjukkan potensi luar biasa. Mereka berbakat, dan layak mendapat pelatihan lanjutan.”
Namun belum sempat Zhou atau yang lain mengangguk, Xu Feiyan memotong dengan nada tajam.
“Bakat saja tidak cukup. Mereka hanya menang karena didorong keadaan, dan karena mereka terlalu saling mengandalkan. Begitu salah satu dari mereka jatuh, yang lain akan ikut goyah.”